Valentino Rossi, Berjaya di Honda dan Yamaha, dan Selalu Dapat Tempat di Hati Aprilia

oleh Yus Mei Sawitri diperbarui 01 Jul 2020, 12:45 WIB
5. Valentino Rossi (Movistar Yamaha) - 168 Poin. (AFP/ Javier Soriano)

Bola.com, Jakarta - Valentino Rossi belum gantung helm, tetapi sudah menjadi legenda hidup di MotoGP. Dia akan melakoni musim ke-25 di ajang Grand Prix atau tahun ke-21 di ajang MotoGP. 

Publik menjadi saksi ketika Valentino Rossi berjaya bersama Honda dan Yamaha. Namun, rider Italia tersebut tadinya justru merupakan ikon Aprilia, yang ternyata selalu menyediakan tempat bagi The Doctor di hati mereka sampai sekarang.

Advertisement

Kecintaan besar itu diungkapkan pemilik dan Presiden Aprilia, Ivano Beggio, dalam buku otobiografinya. Beggio meninggal dalam usia 74 tahun pada 2018, saat sibuk mengerjakan buku tersebut. Otobiografinya sedang dilanjutkan oleh Claudio Pavanello, yang baru-baru ini memperbolehkan Marca mengintip sebagian isinya.

Beggio merupakan sosok penting yang membentuk departemen balap Aprilia yang kini dinamai Aprilia Racing. Pabrikan asal Noale, Italia, itu mengorbitkan banyak pembalap ternama Italia. Tak hanya Rossi, ada juga Max Biaggi, Loris Capirossi, dan Marco Simoncelli.

Dalam bukunya, tepatnya pada bab 'Ciclone Valentino' atau 'Badai Topan Valentino', Beggio mengisahkan hubungan eratnya dengan Rossi, begitu juga momen saat The Doctor menandatangani kontrak pertamanya dengan Aprilia. Bersama Aprilia, Rossi memenangi Kejuaraan Sport Production dan Kejuaraan Eropa, dan akhirnya turun di GP125 pada 1996.

"Rivalitas dengan Biaggi menyertai debut Valentino Rossi, yang duduk di peringkat 9 di GP125 dan meraih kemenangan perdananya di Brno, dan itu nyaris tak terduga. Rossi dibawa ke kantor saya oleh (Carlo) Pernat sebagai rider muda yang sangat menjanjikan," ungkap Beggio.

"Realitanya, kami ingin menggaetn Valentino Rossi karena ia anak Graziano, rider Italia yang hebat di GP250 dan GP500. Graziano juga membantu kami mengembangkan motor 125cc. Siapa sangka anak ini, yang menandatangani kontrak pertamanya dengan nilai 30 juta lira (sekitar 15.500 euro) saja, malah jadi bintang dunia dan ditakdirkan lebih hebat dari Giacomo Agostini?" lanjutnya.

 

2 dari 4 halaman

Kenangan Selebrasi-Selebrasi Rossi

Beggio kemudian mengenang masa-masa remaja Rossi yang tak hanya hebat di lintasan, namun juga berkarisma, terbukti lewat selebrasi-selebrasi ikoniknya setelah meraih kemenangan. Beggio mengaku sangat ingat momen-momen istimewa saat Rossi melakukan perjalanan menuju gelar dunia pertamanya di GP125 1997.

Selebrasi yang dikenang Beggio di antaranya adalah saat Rossi memenangi GP125 Mugello, Italia, sembari membawa boneka Claudia Schiffer untuk meledek Max Biaggi yang tengah menjalin kasih dengan Naomi Campbell. Ada juga saat ia berdandan seperti Robin Hood setelah menang di Donington Park, Inggris.

Beggio tak menyangka Rossi akan dicintai banyak orang, dari anak-anak sampai kakek-nenek, dan membuat dunia balap motor menjadi makin dikenal dunia.

Beggio berlanjut ke momen saat Rossi naik ke GP250 pada 1998, dan juara lagi setahun setelahnya.

"Jadi 1999 adalah tahun penting di GP250. Kami tahu Vale akan menang dengan satu tangan saja, dan ia membawa popularitas Aprilia menuju level yang sangat tinggi. Saat saya lihat Rossi balapan sekarang, pikiran saya otomatis kembali ke masa-masa bahagia itu. Secara pribadi, saya selalu menyimpan kenangan luar biasa dari rider asal Tavullia itu," ungkapnya.

 

3 dari 4 halaman

Rossi Bantu Kesehatan Mental Beggio

Ivano Beggio, yang merupakan anak kandung Alberto Beggio sang penemu dan pemilik pertama Aprilia, juga menyatakan tak sekadar mengagumi talenta, performa, dan prestasi Rossi di lintasan. Ia juga mengagumi karakternya yang ceria dan santai di luar lintasan. Menurut Beggio, Rossi secara tak langsung telah memberikan pengaruh positif pada kesehatan mentalnya.

"Ia selalu dikelilingi rasa bahagia dan kerap melakukan tindakan spontan. Saya tak pernah ingat ia bersitegang atau salah paham dengan timnya. Meski saya tak lagi muda, melihat Vale selalu memberi saya energi besar dan kekuatan mental yang saya butuhkan dalam periode di mana saya merasa sangat stres meski perusahaan kami sangat sukses," lanjutnya.

Beggio juga mengisahkan momen saat merasa cemas bakal ditinggalkan Rossi ke GP500 pada 2000. Kala itu, Rossi tengah dalam perjalanan menuju gelar dunia GP250 1999. Rossi berkata pada Beggio akan mendapatkan kontrak dari Honda hanya jika ia merebut gelar dunia GP250. Jika gagal, Rossi bertekad tetap bertahan di Aprilia.

 

4 dari 4 halaman

Minta Italia Pertahankan Semangat Valentino Rossi

Walaupun gagal menjadi juara dunia MotoGP 2015, Valentino Rossi tetap disambut hangat penggemarnya dalam GP Valencia di Sirkuit Ricardo Tormo, Valencia, Spanyol, (8/11/2015). (AFP Photo/Javier Soriano)

Beggio siap menyediakan gaji besar untuk Rossi agar mau bertahan di Aprilia. Namun, saat Rossi benar-benar sukses juara. Beggio akhirnya memahami turun di kelas tertinggi adalah impian semua anak muda yang berkecimpung di dunia balap motor.

Beggio akhirnya menyadari talenta Rossi akan sia-sia jika bertahan di GP250. Ia yakin takdir Rossi adalah menang di GP500.

"Saya sudah bertahun-tahun tak bertemu dengan Vale, tapi saya rasa ia tak berubah, dan ini bikin saya kaget bahwa ia akan diingat sebagai pebalap terhebat sepanjang masa. Tak lupa, jika di Italia olahraga balap motor menjadi sangat populer dan dipertimbangkan serius, serta dijadikan hobi, itu semua berkat Vale," tutur Beggio.

Beggio memperingatkan orang-orang yang terlibat dalam industri balap motor Italia untuk tetap mempertahankan semangat Rossi jika sang legenda pensiun. Menurutnya, talenta dari Italia harus tetap ada di ajang Grand Prix setelah Rossi gantung helm suatu saat nanti.

"Saat ia pensiun nanti, kita harus hati-hati, jangan sampai Italia mengalami penurunan dalam dunia balap motor, seperti apa yang terjadi pada dunia ski setelah Alberto Tomba pensiun," ungkap Beggio.

Uniknya, kini Rossi justru telah mempersiapkan banyak penerus di ajang Grand Prix, lewat VR46 Riders Academy.

Sumber: Marca

Disadur dari: Bola.net (Penulis Anindhya Danartikanya, published: 30/6/2020) 

 

Berita Terkait