4 Cerita Kocak Timnas Indonesia di Piala Dunia U-20 1979: Maradona Datang, Pemanasan pun Bubar

oleh Nandang Permana diperbarui 24 Jul 2020, 08:00 WIB
Timnas Indonesia - Piala Dunia U-20 1979 (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia untuk kali pertama terjun di Piala Dunia U-20 pada tahun 1979 di Jepang. Namun pada artikel kali ini, Bola.com bukan membahas perjuangan para pemain Timnas Indonesia di turnamen bergengsi tersebut.

Melainkan cerita unik yang terjadi dan mengiringi perjalan Timnas U-20 saat itu. Setidaknya ada 4 hal lucu yang terjadi pada saat Timnas U-20 berlaga di Piala Dunia U-20 1979.

Advertisement

Cerita lucu ini diceritakan langsung sosok yang memperkuat Timnas U-20 1979 yakni Bambang Nurdiansyah.

Selain Bambang Nurdiansyah, Timnas U-20 yang dilatih Sutjipto Suntoro saat itu diperkuat Endang Tirtana, David Sulaksmono, Pepen Rubianto, Bambang Sunarto, Arief Hidayat, Didik Darmadi, Nus Lengkoan, Tommy Latuperisa, Mundati Karya, Subangkit, Fachrizal, Eddy Sudarnoto, Bambang Irianto, Imam Murtanto, Memed Permadi, Budhi Tanoto dan Sjamsul Suryono.

Indonesia tergabung di Grup B bersama tim kuat Argentina, Polandia dan Yugoslavia. Lantas hal unik apa yang mengiringi perjalanan Timnas U-20 di tahun 1979 itu, berikut ceritanya. 

 

Saksikan Video Pilihan Kami:

2 dari 5 halaman

Aneh Melihat Fly Over Jepang

Skuat Timnas Indonesia pada SEA Games 1979. (Dok.pribadi Dede Sulaiman)

Cerita lucu pertama yang terjadi adalah saat pasukan Garuda Muda tiba di Jepang. Setelah membereskan barang bawaan di Bandara Internasional di Tokyo, tim pun menuju hotel tempat menginap.

Nah, saat keluar bandara, bus yang mereka tumpangi itu melintas di jalan fly over. Hal itu membuat gaduh para pemain Timnas U-20 dimana hampir semua pemain baru melihat fly over atau yang mereka sebut saat itu adalah jalan bertingkat.

"Saat itu kan kami tiba di Tokyo. Dan tahu sendiri kan, pembangunan di Jepang maju pesat pasca Perang Dunia ke-2. Saat dalam perjalanan, kami melihat ada jalan yang bertingkat atau kalau bahasa sekarangnya fly over. Hampir semua orang yang ada saat itu, berteriak, hei itu jalan ko bertingkat," kata Bambang Nurdiansyah kepada Bola.com sambil tertawa lebar.

"Maklum, kita kan di Jakarta belum ada jalan seperti itu (fly over). Tol saja kan waktu itu hanya satu, tol Jagorawi, jadi kami merasa aneh dan kaget melihat jalan seperti itu," ujarnya.

 

3 dari 5 halaman

Magnet Diego Maradona

11 legenda Timnas Indonesia yang meraih medali di SEA Games dari tahun 1979 hingga 1997. (Bola.com/Wiwig Prayugi)

Menurut Bambang Nurdiansyah, tim yang tergabung dalam Grup B ditempatkan di tempat penginapan yang sama. Nah, karena nama Maradona waktu itu sudah terkenal, maka setiap mau makan, para pemain Timnas U-20 Indonesia selalu menunggu Maradona di Lobi Hotel untuk meminta foto.

Padahal, kata Bambang Nurdiansyah, jika menilik waktu sekarang, berfoto dengan pemain tim lawan adalah sangat tabu. "Kalau mau makan, kami itu kerjaannya nungguin Maradona," cerita coach BN-sapaan akrab Bambang Nurdiansyah.

"Untuk apa coba? Ya untuk berfoto. Kalau mau makan saja, kami tungguin. Maradona, untuk berfoto dulu padahal besoknya kami mau melawan dia. Padahal, kalau sekarang, tabu kan kalau berfoto dengan pemain lawan sebelum pertandingan," ungkapnya.

 

4 dari 5 halaman

Pemanasan Terhenti Karena Diego Maradona

Saat hari H pertandingan melawan Argentina. Tim Indonesia masuk terlebih dahulu ke lapangan dan melakukan pemanasan. Saat pemanasan tim Indonesia sedang berlangsung, tim Argentina mulai masuk lapangan. Sang mega bintang, Maradona berlari lebih dahulu masuk lapangan sambil membawa bola.

"Maradona dan tim Argentina masuk, saat kami sedang pemanasan. Maradona masuk terlebih dahulu. Setelah memberikan hormat kepada penonton, Maradona menendang bola ke atas dan saat bola ke bawah dia sambut dengan kakinya dan bola itu memutar saja di kakinya. Kami yang sedang pemanasan langsung terhenti dan menonton aksi Maradona itu," ujar Bambang Nurdiansyah.

"Kami baru sadar saat pelatih Almarhum Sutjipto Suntoro berteriak mengingatkan kami. Woi cing, kalian ngapain malah lihatin orang, ayo teruskan pemanasan, begitu kata pelatih dan kami pun melanjutkan pemanasan," kata mantan pelatih PSIS Semarang itu menambahkan.

 

 

 

5 dari 5 halaman

Mundari Karya Gagal Kawal Diego Maradona

1. Diego Maradona (Striker) – Legenda Argentina ini dinyatakan positif menggunakan kokain pada tahun 1991. Akibat ulahnya, si pemilik gol tangan Tuhan itu dijatuhi hukuman larangan aktif di dunia sepak bola selama 15 bulan. (AFP/Sven Nackstrand)

Menurut Bambang Nurdiansyah, sang pelatih sudah menyiapkan pemain yang harus mengawal Maradona. Pemain yang diberikan tugas mengawal Maradona itu adalah Mundari Karya.

Persiapan pun dilakukan dengan matang. Kata Bambang Nurdiansyah, Mundari Karya sudah disiapkan fisiknya sejak masih melakukan persiapan di Jakarta. Malah, kata pria yang akrab dipanggil Coach Banur itu, Mundari Karya selalu mendapat porsi latihan yang lebih dari sang pelatih agar misi mengawal Maradona sukses.

Namun, apa yang terjadi, saat pertandingan berlangsung, Mundari Karya tak mampu mengawal Maradona. Istilah yang disebut Banur, Maradona di mana, Mundari Karya di mana karena tak mampu mengikuti pergerakan Maradona yang terkenal lincah.

Melihat hal itu, sang pelatih pun marah saat turun minum dan Indonesia tertinggal 5 gol. Mundari Karya pun kena semprot di ruang ganti. "Pelatih berbicara, Mundari kamu tidak bisa kawal Maradona. Mundari Karya pun menjawab, maaf karena mukanya sama," Bambang Nurdiansyah mengenang.

"Kontan saja jawaban Mundati Karya itu membuat sang pelatih tambah geram. Pelatih pun bilang, kamu itu 'ngeles' saja. Kan ada nomor punggung, Maradona pakai nomor 10. Mundari karya pun diam tak bisa menjawab lagi," Bambang Nurdiansyah mengakhiri pembicaraan dengan tertawa lebar. 

Berita Terkait