Ketegasan Yeyen Tumena, Lepaskan Status PNS demi Karier di Sepak Bola

oleh Abdi Satria diperbarui 22 Jan 2021, 11:30 WIB
Direktur Tekhnik Bhayangkara FC, Yeyen Tumena, saat melawan Perseru Badak Lampung FC pada laga Liga 1 2019 di Stadion Patriot, Bekasi, Jumat (16/8). Bhayangkara FC takluk 0-1 dari Perseru Badak Lampung FC. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Bola.com, Jakarta - Setelah lima tahun memperkuat PSM Makassar, Yeyen Tumena menerima ajakan Persikota Tangerang usai membawa Juku Eja meraih trofi juara Liga Indonesia 1999-2000.

Klub berjulukan Bayi Ajaib ini tak hanya memakai jasanya sebagai pemain, Yeyen juga mendapat status sebagai pengawai Dinas Tata Kota dan Bangunan Pemkot Tangerang.

Advertisement
"Selain gaji di Persikota, saya juga mendapat tambahan sebesar Rp1 juta perbulan sebagai pegawai Pemkot Tangerang," kenang Yeyen dalam channel Youtube Minangsatu.

Yeyen tergabung di Persikota sampai jelang musim 2003. Di periode ini, Yeyen sempat memperkuat tim nasional Futsal di Piala Asia 2002. Kala itu, Indonesia yang menjadi tuan rumah belum memiliki pemain yang khusus menggeluti cabang futsal.

Alhasil, PSSI mengunakan jasa pemain sepak bola yang masih berkiprah di Liga Indonesia, termasuk Yeyen. Selepas memperkuat timnas futsal di Piala Asia, Yeyen mendapat tawaran dari manajemen Perseden Denpasar.

Ia pun berinsiatif menemui atasannya di Dinas Tata Kota dan Bangunan Pemkot Tangerang untuk mengajukan izin cuti selama setahun. Tapi, permintaan itu ditolak. Yeyen pun akhirnya memutuskan memilih tawaran Perseden. Apalagi kontrak yang ditawarkan Perseden nilainya sama dengan gaji Yeyen selama 10 tahun sebagai pegawai.

"Waktu itu saya berpikir kapan lagi bisa bermain bergabung klub Bali. Selain bermain, saya juga mendapat kesempatan menikmati indahnya wisata Bali saat libur latihan. Apalagi Paulus Krey, rekan saya di timas futsal juga ikut merayu saya," papar Yeyen Tumena.

Video

2 dari 3 halaman

Juara Bersama Persebaya

Para pemain dan staf pelatih Persebaya Surabaya merayakan keberhasilan menjuarai Liga Indonesia 2004. (Dok. Persebaya Surabaya)

Yeyen Tumena hanya semusim bersama Perseden di Liga Indonesia 2003. Setelah itu, ia mendapat tawaran dari manajemen Persebaya Surabaya jelang musim 2004.

Bajul Ijo ditangani Jacksen Tiago, rekan setimnya di PSM pada Liga Indonesia 1995-1996. Juga ada Hendro Kartiko dan Kurniawan Dwi Yulianto yang bersama Yeyen mempersembahkan trofi juara buat PSM di musim 1995-1996.

"Saat itu saya merasa ada peluang kembali juara bersama Hendro dan Kurniawan. Terbukti Persebaya akhirnya juara," tutur Yeyen.

Semusim bersama Persebaya, Yeyen kemudian berturut-turut memperkuat PSMS Medan, Persija Jakarta dan Persma Manado. Di klub terakhir, Yeyen memutuskan gantung sepatu dan menjadi staf marketing di PSSI bagian promosi.

Pada periode ini, Yeyen juga menambah ilmu sepak bolanya dengan mengikuti kursus kepelatihan. Yeyen sempat menjadi Direktur Teknik Bhayangkara FC dan bersatus carateker pelatih Timnas Indonesia.

3 dari 3 halaman

Komentator dan Organisasi

Pelatih Bhayangkara FC, Yeyen Tumena, memberikan arahan kepada pemainnya saat menghadapi PSIS Semarang pada laga Shopee Liga 1 di Stadion Patriot Chandrabhaga, Bekasi, Selasa (20/8). PSIS menahan imbang 0-0 Bhayangkara. (Bola.com/Yoppy Renato)

Kini, selain menjadi komentator sepak bola pada sejumlah televisi swasta, Yeyen juga disibukkan dengan statusnya sebagai Ketua Asosiasi Pelatih Profesional Sepak Bola Indonesia (APPSI).

"Misi utama APPSI adalah sebagai wadah advokasi, mengangkat harkat dan martabat pelatih lokal Indonesia."

Menurut Yeyen, saat ini jumlah pelatih yang terdaftar di APPSI mencapai 2.000 orang.

"Jumlah itu bisa mencapai 3.000 orang kalau ditambah dengan jumlah pelatih di level grassroots," terang Yeyen.

Yeyen menambahkan, di level akar rumput masih banyak pelatih sekolah sepak bola yang belum berlisensi karena kendala informasi atau biaya. Itulah mengapa sebagai ketua APPSI, Yeyen terus mendorong Pemerintah dan PSSI menggelar kursus kepelatihan secara gratis.

Berita Terkait