6 Penyebab Andrea Pirlo Bapuk dan Dipecat Juventus: Cristiano Ronaldo dan Paulo Dybala Kok Disebut-sebut

oleh Yus Mei Sawitri diperbarui 31 Mei 2021, 07:45 WIB
Juventus - Andrea Pirlo (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Jakarta - Petualangan Andrea Pirlo sebagai pelatih Juventus tidak bertahan lama, tepatnya hanya semusim. Juventus telah resmi menyudahi kontrak Pirlo dan mendapuk Massimiliano Allegri sebagai suksesornya. 

Keputusan Juventus tersebut tetap mengejutkan meski sudah diduga. Bagaimanapun, Andrea Pirlo adalah anak emas Bianconeri sejak masih jadi pemain dan didukung penuh oleh fans sebagai pelatih.

Advertisement

Namun, torehan Juventus musim 2020/2021 membuat Pirlo kehilangan posisinya. Juventus harus merelakan gelar Serie A, yang dianggap sebagai kegagalan besar untuk tim sekaliber mereka.

Nah jika mengingat perjalanan Juventus semusim terakhir, setidaknya ada 6 alasan mengapa Andrea Pirlo harus kehilangan pekerjaan. Apa saja? Scroll ke bawah yuk!

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

2 dari 7 halaman

1. Kurang Pengalaman  

Pelatih Juventus, Andrea Pirlo, tampak bahagia usai menjuarai Piala Super Italia di Stadion Mapei, Rabu (20/1/2021). Juventus menang dengan skor 2-0 atas Napoli. (AFP/Miguel Medina)

Satu hal yang paling jelas, Pirlo masih kurang pengalaman. Dia terlalu cepat melatih tim inti Juventus, padahal belum punya pengalaman melatih tim top.

Juventus membuat keputusan ceroboh dengan menunjuk Pirlo sebagai pelatih utama. Padahal saat itu Pirlo masih harus menuntaskan ujian UEFA Pro Coaching untuk mendapatkan lisensi.

Memang ada beberapa pertanda positif, seperti kemenangan atas Barcelona, trofi Coppa Italia, tapi Pirlo masih kurang pengalaman melatih.

3 dari 7 halaman

2. Skuad Tua  

Wasit Davide Massa memberikan kartu kuning kepada bek Juventus, Giorgio Chiellini saat melawan Atalanta dalam laga final Coppa Italia 2020/2021 di Mapei Stadium, Rabu (19/5/2021). Juventus menang 2-1 dan menjadi juara. (AFP/Miguel Medina)

Pirlo kurang pengalaman, tapi tidak sepenuhnya bersalah. Dia juga dipersulit dengan kondisi Juventus yang tidak siap untuk juara.

Juventus terlalu lambat melihat pertanda untuk regenerasi skuad. Saat ini ada banyak pemain tua dalam tim Juve yang sulit bermain di level tertinggi.

Sebut saja duel 16 besar Liga Champions kontra Porto lalu, di starting XI ada 6 pemain Juventus engan usia lebih dari 30 tahun.

 

4 dari 7 halaman

3. Regenerasi Butuh Waktu  

Striker Juventus, Federico Chiesa (kanan) melakukan selebrasi usai mencetak gol kedua timnya ke gawang Atalanta dalam laga final Coppa Italia 2020/2021 di Mapei Stadium, Rabu (19/5/2021). Juventus menang 2-1 dan menjadi juara. (AP/Antonio Calanni)

Masih terkait dengan kasus skuad tua, pemain-pemain muda Juventus juga belum bisa memenuhi ekspektasi. Sebenarnya Juventus sudah memulai regenerasi, tapi terlalu lambat.

Pemain seperti Federico Chiesa dan Dejan Kulusevski menunjukkan pertanda positif, hanya masih belum konsisten. Alhasil, mereka masih sangat bergantung pada pemain-pemain tua.

Masalah ini tidak hanya terjadi di lini serang, tapi juga di lini belakang dengan kasus Matthijs de Ligt dan Merih Demiral yang masih belum cukup pengalaman.

 

5 dari 7 halaman

4. Main imbang  

Ekspresi Cristiano Ronaldo dan pemain Juventus ketika kebobolan dari Hellas Verona dalam laga giornata 24 Serie A di Stadio Marc'Antonio Bentegodi, Minggu (28/2/2021) dini hari WIB. Juventus harus puas bermain imbang 1-1 dalam laga ini. (Isabella BONOTTO / AFP)

Juventus ditahan imbang 9 kali di Serie A 2020/21, catatan terbanyak mereka dalam enam tahun terakhir.

Ada beberapa pertandingan aneh, seperti dua hasil imbang kontra Hellas Verona serta permainan lesu dan ceroboh saat menghadapi Fiorentina.

Juve kehilangan 18 poin dari hasil imbang, plus 18 poin lainnya dari kekalahan. Wajar jika gelar juara lepas dari tangan mereka dan harus berjuang untuk empat besar.

 

6 dari 7 halaman

5. Dilema Ronaldo-Morata  

Alvaro Morata disambut Cristiano Ronaldo usai mencetak gol ke gawang Genoa di ajang Liga Italia, Minggu (11/04/2021). (Marco BERTORELLO / AFP)

Dengan gelar top scorer musim ini, Ronaldo tidak bisa benar-benar disalahkan. Striker Portugal itu mencetak total 29 gol di Serie A, catatan apik, tapi juga menimbulkan masalah.

Kehadiran Ronaldo di lini serang memunculkan dilema baru untuk Pirlo. Sebab, Pirlo masih punya Alvaro Morata yang juga bisa mencetak gol di laga-laga penting.

Pirlo memilih menurunkan keduanya bersamaan. Ronaldo lebih banyak berdiam di depan, Morata menjemput bola di belakang.

Kombinasi ini terkadang berhasil, tapi banyak masalah. Hubungan keduanya buruk, tidak benar-benar menyatu.

 

7 dari 7 halaman

6. Dybala ke mana?  

Manajer tim Juventus, Andrea Pirlo memeluk striker Paulo Dybala usai ditarik keluar dalam laga lanjutan Liga Italia 2020/2021 pekan ke-36 di Mapei-Citta del Tricolore Stadium, Rabu (12/5/2021). Juventus menang 3-1 atas Sassuolo. (AFP/Marco Bertorello)

Untuk yang satu ini, Pirlo mungkin sedikit tidak beruntung. Dia tidak bisa mengandalkan Paulo Dybala yang seharusnya jadi salah satu pemain terbaik Juve.

Dybala beberapa kali cedera. Di awal musim saja dia sudah melewatkan 47 hari, lalu harus menepi sepanjang 80 hari lagi setelah tahun baru.

Performa Dybala benar-benar merosot karena tidak punya ritme pertandingan. Selain itu, Pirlo sering kali menurunkan Dybala di posisi yang tidak seharusnya.

Sumber: Daily Mail, Bola

Disadur dari: Bola.net (Penulis Richard Andreas, published 30/5/2021)

Berita Terkait