Bola.com, Malang - Arema FC sudah dinyatakan bebas dari hukuman bermain di luar Jawa Timur. Begitu juga dengan sanksi harus bermain tanpa penonton di laga kandang. Dua sanksi itu berakhir bersamaan dengan rampungnya BRI Liga 1 musim 2022/2023.
Arema FC mendapatkan sanksi karena Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022, yang timbul setelah tim berjulukan Singo Edan kalah 2-3 dari rivalnya, Persebaya Surabaya.
Aremania turun ke lapangan, lalu petugas keamanan menembak gas air mata sampai ke tribune stadion. Sebanyak 135 orang kehilangan nyawa dan membuat ini menjadi tragedi paling kelam dalam sepak bola Indonesia.
Meski Arema FC sudah terbebas dari hukuman, tetapi mereka belum bisa kembali ke Stadion Kanjuruhan. Stadion yang jadi markas Arema FC sejak 2004 silam itu harus direnovasi lebih dulu. Itu membutuhkan waktu minimal dua tahun dengan dana negara (APBN) mencapai 1 triliun rupiah.
Lalu, ke mana Arema FC bermarkas selama Stadion Kanjuruhan dalam tahap renovasi? Manajemen Arema FC memilih Stadion Gajayana, Malang, sebagai opsi utama. Stadion yang kabarnya jadi yang tertua di Indonesia itu selama ini jadi tempat latihan Arema FC.
Tak Bisa Langsung Digunakan
Hanya saja, Arema FC tidak bisa langsung menggunakannya, karena operator kompetisi PT Liga Indonesia Baru (LIB) menegaskan jika stadion itu harus diperbaiki dari segi penerangan dan pengadaan kursi singe seat.
Proses ini yang memakan waktu dan biaya. Manajemen Arema FC dan pihak Pemerintah Kota Malang harus berkali-kali melakukan pertemuan untuk mencari kesepakatan.
“Kami masih melakukan komunikasi terkait Stadion Gajayana. Pihak Arema FC siap untuk membenahi lampu dan kursi. Tinggal pembahasan hak dan kewajiban baik pihak Arema maupun Pemkot Malang,” kata General Manager Arema, Yusrinal Fitriandi.
Sebenarnya, lampu dan kursi stadion pengerjaannya kemungkinan memakan waktu kurang dari satu bulan. Namun, yang butuh waktu lama, merumuskan hak dan kewajiban tersebut. Itulah yang membuat saat ini Arema FC terpaksa jadi tim musafir ke Stadion Kapten I Wayan Dipta Gianyar, Bali.
Gelontorkan Banyak Dana di Bali
Arema FC memilih bermarkas di Bali karena alasan transportasi yang mudah. Lantaran dari sana, banyak penerbangan menuju kota lain. Namun, disisi lain Arema harus menggelontorkan banyak dana.
Selain untuk sewa Stadion Dipta, Arema FC harus menyewa hotel, tempat latihan dan kebutuhan lainnya. Namun, manajemen Arema tak membuka berapa dana yang mereka siapkan untuk jadi tim musafir.
Untuk sementara, Singo Edan baru menggunakan Stadion Dipta untuk satu laga kandang, yakni saat melawan Persib Bandung pada 7 Juli.
“Tentunya kami ingin segera bermain di Malang. Karena bermain di kandang sendiri membuat pemain lebih nyaman. Tidak terlalu banyak perjalanan juga,” kata Manajer Arema, Wiebie Dwi Andriyas.
Trauma Tragedi Kanjuruhan
Arema FC tentu berharap mendapat dukungan lagi ketika nanti bermain di Stadion Gajayana, Malang. Namun, sepertinya mereka tidak akan mendapat dukungan penuh dari Aremania. Cukup banyak yang masih mengalami trauma akan Tragedi Kanjuruhan.
Beberapa pentolan suporter Aremania mengambil sikap netral. Singo Edan mengembalikan kepada masing-masing suporter agar mengikuti isi hatinya. Jika ada yang ingin mendukung langsung dipersilahkan. Namun, juga tidak ada paksaan untuk melakukan boikot.
Setiap Kamis masih ada beberapa gerakan yang dilakukan di Malang untuk mengenang Tragedi Kanjuruhan. Gerakan itu diikuti oleh Aremania dan keluarga korban.
Sementara untuk kasusnya, beberapa tersangka sudah menerima vonis hukuman. Ketua Panpel Arema FC, Abdul Haris dijatuhi hukuman 1,5 tahun penjara. Sedangkan security officer Arema FC, Suko Sutrisno divonis 1 tahun penjara.
Kemudian Danki 1 Brimob Polda Jatim, AKP Hasdamawan dihukum 1,5 tahun penjara. Sementara enam tersangka lain sudah dibebaskan.
Vonis para tersangka tersebut sempat membuat Aremania dan keluarga korban kecewa. Karena proses hukum tragedi kanjuruhan dianggap tidak berjalan dengan semestinya.