Bola.com, Surabaya - Persebaya Surabaya masih terus menyuarakan permasalahan wasit BRI Liga 1 2023/2024. Klub berjulukan Bajul Ijo itu merasa berulang kali dirugikan keputusan wasit saat bertanding.
Persebaya Surabaya melaporkan tindakan pemain PSS Sleman, Wahyudi Hamisi, dan wasit Ginanjar Rahman Latief. Wahyudi Hamisi kedapatan menendang kepala pemain asing Persebaya, Bruno Moreira, dalam laga pekan ke-28 BRI Liga 1 2023/2024, Minggu (3/3/2024).
Insiden itu terjadi tepat di depan wasit Ginanjar. Tindakan brutal itu hanya membuat wasit Ginanjar memberi kartu kuning terhadap Wahyudi Hamisi. Padahal, aksi pemain seperti itu sangat membahayakan keselamatan Bruno.
Namun, sejauh ini Komisi Disiplin masih menjatuhkan sanksi kepada Wahyudi Hamisi saja berupa larangan bertanding dalam lima laga dan denda Rp25 juta. Tak ada kabar soal sanksi terhadap wasit Ginanjar.
Direktur Operasional Persebaya, Candra Wahyudi, menuturkan PSSI harus mau melakukan evaluasi. Dia juga meminta klub-klub lain untuk buka suara jika memang menjadi korban pelanggaran perangkat pertandingan.
“Seharusnya semua klub mau bersuara untuk menegakkan peraturan. Ini bukan merusak, tapi kami mengingatkan kepada PSSI, karena bagaimanapun Persebaya juga anggota PSSI,” kata Candra kepada Bola.com.
“Saya yakin semua klub juga ingin sepak bola Indonesia lebih baik. Tapi, tentunya tidak cukup hanya diam. Harus ada yang berani bersuara supaya harapan sepak bola Indonesia ini benar-benar lebih baik,” imbuh Direktur Operasional Persebaya Surabaya itu.
Persoalan Wasit
Permasalahan evaluasi wasit masih menjadi problem yang belum diselesaikan PSSI musim ini. Banyak wasit yang membuat keputusan kurang tepat sehingga merugikan klub tertentu dalam pertandingan.
Persebaya Surabaya sejak awal musim kerap kali mengeluhkan kinerja wasit yang tak sesuai regulasi. Namun, tetap belum ada lanjutan bagaimana Komisi Wasit bekerja memperbaiki kinerja wasit bermasalah.
“Sebenarnya, poin kami bukan hanya pemain, tapi ada soal wasit. Permainan kasar dan barbar itu jadi permisif kalau wasit membiarkan,” ungkap Candra Wahyudi.
Persebaya Menuntut Transparansi
Candra Wahyudi menuntut transparansi Komisi Wasit dalam melakukan evaluasi. Sebab, publik perlu tahu bahwa mereka memang bekerja melakukan perbaikan.
“Selama ini tidak ada kejelasan bagaimana Komisi Wasit yang memberi hukuman terhadap wasit yang melakukan pelanggaran. Tidak pernah ada transparansi. Padahal kalau klub, pemain, atau suporter yang dianggap melanggar, pasti ada publikasi hukuman,” ujar Candra.
“Namun, ini tidak pernah terjadi pada wasit. Kita jadi tidak tahu apa sebenarnya ada evaluasi perbaikan wasit. Sedangkan yang terjadi di lapangan sudah dilihat semua orang bahwa ada pelanggaran,” imbuh Direktur Persebaya Surabaya itu.
Tak Ada Lanjutan soal Wasit Bermasalah
Pada awal musim ini, Persebaya Surabaya juga merasa dirugikan dengan keputusan wasit Thoriq Alkatiri saat melawan Barito Putera saat BRI Liga 1 baru memasuki pekan kedua. Hasil laga itu berakhir 1-1 pada 8 Juli 2023.
Thoriq Alkatiri beberapa kali dianggap membuat keputusan kontroversial. Satu momen menjadi sorotan yakni saat bek Barito Putera, Bagas Kaffa, menarik kaus pemain Persebaya, Song Ui-Young, hingga terjatuh di dalam kotak penalti.
Thoriq Alkatiri memilih tidak memberikan hadiah penalti meski insiden itu terjadi di depan matanya. Dia juga tidak menganggap tindakan Bagas Kaffa itu sebagai pelanggaran. Sontak saja, para pemain Persebaya melancarkan protes.
Video rekaman insiden ini juga telah beredar di media sosial. Banyak pecinta sepak bola nasional yang mempertanyakan keputusan Thoriq Alkatiri yang tidak memberi hadiah penalti.
Presiden Persebaya, Azrul Ananda, langsung mengekspresikan kemarahannya melihat timnya dirugikan. Dia mengaku sudah menghubungi Ketum PSSI, Erick Thohir. Tapi, tak ada lanjutan bahwa wasit bermasalah dipublikasikan mendapat sanksi.