Fun Fact BRI Liga 1: Mengupas Frasa Persebaya Bolo Tuhan, Sejak Kapan Mulai?

oleh Aditya Wany diperbarui 11 Apr 2024, 17:07 WIB
CEO Persebaya Surabaya, Azrul Ananda, menyambangi sesi latihan tim Bajul Ijo. (Bola.com/Aditya Wany)

Bola.com, Surabaya - Frasa “Bolo Tuhan” sedang populer di kalangan penggemar Persebaya Surabaya. Kata itu semakin digandrungi oleh suporter Bonek setelah Azrul Ananda datang ke latihan tim mengenakan kaus bertuliskan “Persebaya Bolo Tuhan, 29 Maret 2024.

Kata bolo sendiri dalam bahasa Jawa berarti “teman”. Jadi, frasa itu berarti berteman dengan Tuhan. Lantas, bagaimana sebenarnya frasa ini muncul dan semakin dikenal secara luas di kalangan Persebaya.

Advertisement

Catatan Bola.com menunjukkan bahwa Bolo Tuhan sebenarnya sudah mulai muncul beberapa tahun silam. Pergeseran budaya Bonek memengaruhi kemunculannya, yakni ke arah religius dan sebenarnya dilandasi kebudayaan islam di Surabaya.

Latar belakang kemunculannya diawali oleh situasi Bonek menganggap Persebaya kerap kali dirugikan oleh keputusan wasit sejak berkiprah di Liga 1 2018. Alhasil, mereka merasa tim kebanggaannya merupakan tim yang sering dizalimi.

==

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 7 halaman

Berawal dari Dualisme Persebaya

Persebaya_Logo (Bola.com/Adreanus Titus)

Secara historis, sikap zalim terhadap Persebaya sebenarnya dinilai muncul saat mereka terlibat dualisme. Itu buntut dari Persebaya yang dipaksa terdegradasi dari ISL 2009/2010 yang menggemparkan sepak bola nasional.

Akibat insiden itu, manajemen Persebaya kemudian mengambil keputusan tak ingin berlaga di Divisi Utama (kasta kedua) 2010-2011. Sebagai wujud protes, mereka berkompetisi di LPI 2011 yang merupakan kompetisi tandingan ISL.

Pada momen inilah, muncul sebuah tim yang bernama serupa. Mereka menggunakan nama Persebaya DU dan mendatangkan pemain Persikubar Kutai Barat untuk menggantikan kiprah Persebaya di bawah PT Mitra Muda Intan Berlian (MMIB).

Keputusan meninggalkan kompetisi resmi telah berbuntut panjang hingga dualisme. Persebaya 1927, nama yang digunakan untuk membedakan dengan Persebaya DU, masih berkompetisi di IPL pada musim 2011-2012 dan 2013. Dualisme kompetisi masih mewadahi mereka berkiprah.

3 dari 7 halaman

Bonek Kena Imbasnya

Logo Bonek, populer di Surabaya, dibuat oleh orang Makassar. (Bola.com/Aditya Wany)

Tapi, lain halnya dengan musim 2014. Persebaya 1927 telah hilang. Sebagai pengganti Persebaya DU yang naik kasta ke ISL 2014 muncul dengan menggunakan nama Persebaya Surabaya.

Bonek pendukung Persebaya 1927 dilaporkan banyak mengalami intimidasi secara perlahan. Frasa Bolo Tuhan muncul pada momen ini bahwa mereka hanya menggantungkan harapan eksistensi klub kebanggaan mereka.

Dengan menggunakan hak kompetisi Persebaya 1927, Persebaya DU kemudian promosi ke ISL 2014. Pada 2015, Kemenkumham memberikan hak logo dan nama Persebaya kepada PT Persebaya Indonesia.

Hal inilah yang kemudian membuat Persebaya tandingan (PT MMIB) harus berubah nama. Selama lebih dari lima tahun dualisme, Bonek dalam kondisi gamang melihat klub idamannya tidak bertanding. PSSI pun tak mengakui.

Penantian Bonek itu akhirnya semakin jelas saat Persebaya tandingan berganti nama mulai dari Persebaya United, Bonek FC, Surabaya United, hingga Bhayangkara Surabaya United.

4 dari 7 halaman

Bolo Tuhan Jadi Populer

Pemain Persebaya Surabaya merayakan gol yang dicetak Muhammad Iqbal dalam laga kontra PSS Sleman pada pekan ke-27 BRI Liga 1 2023/2024 di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Minggu (3/3/2024) sore WIB. Persebaya menang 2-1 atas PSS dalam laga ini. (Bola.com/Aditya Wany)

Klub tandingan itu tak bisa lagi memakai berbagai atribut yang identik dengan Persebaya, sampai akhirnya memakai nama Bhayangkara FC setelah saham mayoritasnya dibeli oleh Polri pada 2016 dan masih eksis hingga sekarang.

Di musim 2017, tak ada lagi cerita dualisme. Bhayangkara berhasil menjuarai Liga 1 2017, sedangkan Persebaya menjadi yang terbaik di Liga 2 2017 setelah diakui kembali sebagai anggota PSSI di awal tahun.

Musim 2018 jadi kali pertama kedua tim bertemu karena Persebaya promosi ke kasta tertinggi. Hal ini sempat melahirkan masalah baru, meski Bhayangkara sudah hijrah dari Surabaya dan memilih berkandang di Jakarta.

Saat Persebaya mulai berlaga di Liga 1 2018, pergeseran budaya Bonek mulai muncul. Seperti disebutkan, ada pengaruh islam di dalamnya meski sedikit. Maka, tak heran Bonek kerap kali melantunkan salawat di stadion.

Tak heran pula komentar “Bolo Tuhan” kerap menghiasi media sosial saat Persebaya dirugikan wasit. Hal itu masih terus berjalan sampai Liga 1 musim ini yang sarat dengan peristiwa kontroversial.

5 dari 7 halaman

Melawan Hal Kontroversial

Pemain Persebaya Surabaya, Mohammad Hidayat (tengah kanan) berusaha menghalau bola saat pemain Dewa United, Agung Mannan berusaha mencetak gol pada laga lanjutan BRI Liga 1 2023/2024 antara Dewa United melawan Persebaya Surabaya di Indomilk Arena, Tangerang, Sabtu (30/09/2023). (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Seiring berjalannya waktu, Persebaya mulai menunjukkan prestasi gemilang. Namun, hal itu tidak mengubah anggapan Bonek yang merasa klub kelahiran 18 Juni 1927 itu tetap menjadi korban zalim.

Pada momen ini, puncaknya terjadi saat Persebaya bertandang ke markas Arema dalam pekan ke-30 BRI Liga 1 2023/2024. Saat itu, Bajul Ijo sukses menang 1-0 atas Singo Edan di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Rabu, 27 Maret 2024.

Di laga bertajuk Derbi Jatim itu, wasit Gedion Dapaherang yang memimpin pertandingan dianggap banyak membuat keputusan kontroversial.

Satu di antaranya adalah Gedion memberikan “hadiah” penalti kepada Arema di menit ke-63. Alasannya, bek Kadek Raditya dianggap melakukan handsball meski tayangan ulang menunjukkan bola mengenai dada.

Para pemain Persebaya sudah melakukan protes keras setelah Gedion membuat keputusan tidak tepat itu. Dedik Setiawan kemudian jadi eksekutor penalti di menit ke-64, tapi gagal berbuah gol karena ditepis kiper Andhika Ramadhani.

Di musim ini saja, Gedion Dapaherang sudah dua kali memberi hadiah penalti untuk Arema. Sebelum melawan Persebaya, hal yang sama terjadi saat Singo Edan menghadapi Persis Solo pada 30 Juli 2023.

Sebelum laga ini, Arema tercatat sebagai tim yang paling banyak mendapatkan penalti, yakni 11 kali. Semuanya mampu dimanfaatkan sebagai gol. Dan di laga ini, mereka kembali mendapat hadiah penalti.

Untuk kali pertama, Arema gagal mencetak gol lewat titik putih di musim ini dan itu terjadi saat melawan Persebaya. Total, Arema sudah 12 kali diberi penalti oleh wasit dan itu masih jadi rekor terbanyak yang didapat oleh sebuah tim Liga 1 musim ini.

Fakta menarik lainnya adalah Arema tercatat tiga kali mendapatkan hadiah penalti dalam empat pertandingan terakhir melawan Persebaya. Dari tiga penalti, Singo Edan hanya mampu mengonversinya jadi gol sekali.

6 dari 7 halaman

Kaus Azrul Ananda

CEO Persebaya Surabaya, Azrul Ananda, menyambangi sesi latihan tim Bajul Ijo. (Bola.com/Aditya Wany)

Kemenangan 1-0 untuk bermakna besar buat Persebaya atas sang rival Arema. Sampai akhirnya, CEO Persebaya, Azrul Ananda, mendatangi timnya yang berlatih dua hari setelah laga itu atau 29 Maret 2024.

Ini merupakan momen langka mengingat Azrul jarang mendatangi latihan tim. Kali terakhir Azrul menghadiri latihan Persebaya terjadi pada medio November 2023 saat latihan di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo. Artinya sudah empat bulan lebih dia datang lagi.

Azrul Ananda mengenakan kaus warna kuning bertuliskan “Persebaya Bolo Tuhan”. Tak lupa, ada wajah Andhika Ramadhani, sang kiper yang jadi pahlawan penting dalam menepis penalti Arema.

Andhika Ramadhani sendiri banyak membukukan catatan gemilang saat melawan Arema. Dia meraih titel save of the week untuk pekan ke-30 BRI Liga 1 2023/2024.

Andhika bersaing dengan dua kiper lain yang masuk nominasi dalam kategori itu. Mereka adalah Angga Saputro (Borneo FC) dan Adilson Maringa (Bali United).

Penyelamatan Andhika yang masuk nominasi itu merupakan pertandingan melawan tim rival Arema FC pada 27 Maret 2024 lalu. Dia saat menghadapi tekanan serangan tim Singo Edan di kotak penalti.

Mulanya, Ariel Lucero menerima bola dan disambut dengan sundulan mengarah ke Greg Nwokolo. Dua pemain itu ada di kotak penalti. Dalam situasi itu, Andhika langsung reflek menepis tembakan Greg yang tepat berada di depannya.

Selama masa persiapan, Andhika terlihat berjuang keras di latihan demi tampil apik. Dia juga diminta clean sheet oleh pelatih kepala Paul Munster.

Usaha kiper jebolan klub internal Persebaya itu membuahkan hasil dengan sukses tidak kebobolan kontra Arema dan melakukan 10 penyelamatan. Setelah pertandingan itu, Andhika meraih titel man of the match juga. Namanya juga masuk Starting XI Pekan 30.

Berkat Andhika, “Persebaya Bolo Tuhan” semakin dikenal luas. Dan momen itu ditangkap oleh Azrul Ananda yang akhirnya menjual kaus serupa yang dikenakannya.

7 dari 7 halaman

Yuk Tengok Persaingan di Musim Ini

Berita Terkait