Bola.com, Surabaya - Persebaya Surabaya dalam masa terburuk pada keikutsertaan di BRI Liga 1. Mereka menduduki peringkat ke-12 klasemen akhir musim ini, dengan 42 poin dari 34 pertandingan.
Padahal, Tim Bajul Ijo hampir selalu menduduki papan atas klasemen akhir. Pada musim 2018, mereka mampu menduduki peringkat kelima. Prestasi terbaik adalah menghuni posisi runner-up musim 2019 di bawah Bali United.
Persebaya Surabaya kembali berada di peringkat kelima klasemen akhir pada musim 2021/2022. Terakhir, mereka menghuni posisi keenam di Liga 1 2022/2023. Adapun musim ini, manajemen Persebaya sesumbar mengincar trofi juara, tetapi pada akhirnya meleset.
Sebelum mengakhiri musim 2023/2024, Persebaya Surabaya menelan tiga kekalahan beruntun saat bersua Dewa United, Persib Bandung, dan Bali United. Namun, kemudian mengakhiri Liga 1 dengan menang 2-1 atas Persik Kediri (28/4/2024).
Momen Terburuk
Manajemen Persebaya Surabaya secara resmi mengakui mereka menjalani momen terburuk di Liga 1 musim ini. Hal itu dimuat dalam sebuah artikel berjudul "Persebaya Siapkan Skuad Lebih Cepat dan Lebih Baik Songsong Musim 2024/2025" di situs resmi klub.
"Empat kali pergantian pelatih, juga dinamika-dinamika lain, membuat penampilan Persebaya tidak pernah konsisten. Saat Coach Paul Munster datang pada awal tahun lalu, dia tidak bisa lagi mengubah komposisi pemain," demikian pernyataan resmi klub.
"Persebaya dan Coach Munster pun langsung melakukan langkah-langkah untuk mulai mempersiapkan tim menyongsong musim depan. Lalu perburuan pemain lebih diakselerasi setelah Lebaran Idulfitri lalu."
Kerap Gonta-Ganti Pelatih
Sumber permasalahan ini bisa dibilang ada pada perubahan nakhoda tim. Belum semusim, mereka sudah dua kali melakukan pergantian pelatih. Ada Aji Santoso, Josep Gombau, dan kini di tangan Paul Munster.
Jangan lupakan pula Uston Nawawi yang jadi caretaker dalam jeda pergantian antarpelatih. Uston sendiri masih konsisten menjabat asisten pelatih sejak 2020 hingga sekarang.
Hal itu cukup berdampak pada performa tim yang harus memainkan gaya permainan yang berbeda. Di bawah arahan Paul Munster, Persebaya terlihat belum menampilkan permainan yang diharapkan. Alhasil, mereka sulit menang.
Produktivitas Gol Rendah
Persebaya masih tercatat sebagai tim dengan produktivitas gol terendah. Mereka mencetak 33 gol saja dalam 34 pertandingan alias memiliki rata-rata tak sampai satu gol per laga.
Urusan produktivitas gol jadi problem yang sulit diselesaikan Persebaya. Pasalnya, striker Paulo Henrique tidak rutin mencetak gol. Bruno Moreira juga kadang mandul. Tak ada pemain alternatif lain yang bisa menjawab kebutuhan tersebut.
Sialnya lagi, Persebaya juga tercatat sebagai klub yang paling banyak menerima kartu merah di Liga 1 2023/2024. Total, sudah ada tujuh kartu merah yang diterima Persebaya dalam 33 pertandingan musim ini.
Dua bek sayap, yakni Catur Pamungkas dan Reva Adi Utama, masing-masing dua kali menerima kartu merah. Adapun tiga lainnya adalah hukuman usiran yang diberikan kepada striker asing Paulo Henrique, gelandang Ripal Wahyudi, dan gelandang Andre Oktaviansyah.
Permintaan Maaf Persebaya
Manajemen Persebaya berjanji akan melakukan perombakan besar untuk skuat musim depan. Hal itu juga telah dinyatakan pelatih Paul Munster yang masih memiliki kontrak satu tahun lagi bersama Tim Bajul Ijo.
"Sesuai informasi dari PT LIB bahwa Liga 1 musim 2024/2025 akan dimulai awal Agustus, Persebaya akan memulai latihan dan training camp mulai awal Juni. Seluruh pemain baru dan pemain lama sudah bergabung saat itu," demikian pernyataan resmi klub.
"Sebagai penutup, manajemen Persebaya meminta maaf sebesar-besarnya untuk musim yang mengecewakan ini. Mari menatap musim depan, dengan dukungan Bonek dan seluruh suporter Persebaya, kami akan berjuang lebih keras untuk mengembalikan Persebaya ke papan atas."