Bola.com, Jakarta - Kemenangan telak Arsenal atas Real Madrid dengan skor 3-0 pada leg pertama perempat final Liga Champions, Rabu dini hari WIB (9-4-2025), menimbulkan pertanyaan besar: siapa yang masih meragukan Mikel Arteta?
Pertandingan yang berlangsung di Emirates Stadium ini menunjukkan dominasi Arsenal atas juara bertahan Liga Champions tersebut.
Declan Rice tampil sebagai bintang lapangan dengan mencetak dua gol spektakuler melalui tendangan bebas langsung, sebuah prestasi yang juga memecahkan beberapa rekor pribadinya. Mikel Merino menambah gol ketiga, memastikan kemenangan meyakinkan bagi Arsenal.
Real Madrid yang bermain buruk harus menyelesaikan pertandingan dengan 10 pemain setelah Eduardo Camavinga menerima kartu merah jelang akhir pertandingan.
Kemenangan ini bukan hanya menunjukkan kemampuan taktis Arteta, tetapi juga performa luar biasa dari seluruh tim Arsenal yang mendominasi penguasaan bola dan jumlah tembakan tepat sasaran yang jauh lebih banyak dibandingkan Real Madrid.
Kemenangan ini meningkatkan peluang Meriam London untuk melaju ke semifinal Liga Champions, meski leg kedua di Santiago Bernabéu masih akan menjadi tantangan tersendiri.
Kemenangan ini juga memberikan harapan bagi Arsenal untuk meraih gelar juara Liga Champions, mengingat prestasi terbaik mereka sebelumnya hanya mencapai final pada musim 2005-2006.
Taktik Cemerlang Mikel Arteta
Mikel Arteta layak disebut sebagai 'penyihir Arsenal' setelah membawa timnya meraih kemenangan 3-0 atas Real Madrid. Taktik yang sempurna dalam Liga Champions menjadikan malam bersejarah di Emirates Stadium makin gemilang.
Ketika Arteta meminta pemain Arsenal untuk 'menciptakan cerita mereka sendiri' menjelang pertandingan krusial ini, ia mungkin tidak membayangkan babak yang secerah ini.
Kemenangan telak ini bukan hanya sekadar hasil mengejutkan; ini adalah deklarasi kuat tentang bakat, taktik, dan kemampuan Arteta untuk menginspirasi timnya. Arsenal memasuki pertandingan dengan percaya diri dan rencana yang jelas, mengeksekusinya hampir sempurna.
The Gunners tidak hanya menang, tetapi juga mendominasi permainan, memberikan Real Madrid malam yang sulit di kompetisi Eropa.
Reaksi dari para bintang tim tamu pun menunjukkan kekalahan mereka. Kylian Mbappe terlihat frustrasi di lapangan, sementara Thibaut Courtois mengakui kekuatan dan persiapan Arsenal, serta menyoroti kesulitan dan kesalahan yang perlu diperbaiki untuk leg kedua – sebuah pengakuan tidak langsung atas superioritas tim tuan rumah malam itu.
Keberhasilan Tim Arsenal
Kemenangan ini adalah hasil dari kecerdikan taktis Arteta. Manajer asal Spanyol ini membuktikan dirinya sebagai ahli dalam menganalisis lawan dan membuat keputusan personel yang berani, tetapi sangat efektif.
Melawan Real Madrid yang kuat, Arteta memilih untuk tidak bermain defensif. Sebaliknya, ia meminta pemainnya untuk menekan tinggi, mengendalikan bola, dan menyerang secara langsung.
Memilih Jakub Kiwior sebagai partner di lini belakang menggantikan Ben White memberikan soliditas yang diperlukan dalam pertahanan. Di sisi kiri, Myles Lewis Skelly, talenta muda yang diperkenalkan Arteta sendiri di awal musim, tampil sangat baik, bergerak maju dan mundur dengan ritme yang baik.
Di lini depan, kembalinya Bukayo Saka menghidupkan sisi kanan Real Madrid, dan ia menjadi pemain yang memenangkan dua tendangan bebas krusial. Namun, langkah paling brilian Arteta adalah menempatkan Mikel Merino, seorang gelandang tengah, di posisi terdepan.
Keputusan ini tidak hanya menyelesaikan masalah personel ketika striker utama absen, tetapi juga memaksimalkan kemampuan Merino untuk bergerak, menghubungkan permainan, dan menyelesaikan peluang.
Pemain Kunci dan Harapan Masa Depan
Declan Rice adalah contoh nyata dari eksekusi taktik yang brilian. Gelandang Inggris ini tampil fenomenal, layak mendapat julukan 'The Horse' yang diberikan para penggemar.
Ia mengendalikan lini tengah, merebut bola, melancarkan serangan, dan yang terpenting, mencetak dua gol dari tendangan bebas kelas dunia.
Fakta bahwa ia berhasil mengeksekusi dua gol brilian dalam pertandingan bergengsi ini tidak hanya menunjukkan skill individu, tetapi juga kepercayaan diri dan keberanian yang dibangun Arteta.
Kemenangan 3-0 ini lebih dari sekadar keuntungan besar menjelang leg kedua; ini dianggap sebagai satu di antara malam terbaik di Emirates Stadium sejak dibuka.
Arteta akan berusaha menjaga pemainnya tetap rendah hati sebelum leg kedua yang sulit di Bernabeu.
Namun, tidak dapat disangkal bahwa, dengan apa yang telah ditunjukkan, terutama dalam performa taktis dan psikologis yang brilian melawan Real Madrid, Mikel Arteta sepenuhnya layak mendapat gelar 'penyihir Arsenal' yang mampu mengubah yang mustahil menjadi mungkin dan sedang menulis bab baru yang menjanjikan dalam sejarah Arsenal.