Deretan Pemain Hebat tapi Tidak Pernah Rasakan Semifinal Liga Champions: Francesco Totti sampai Alan Shearer

Nama-nama pemain hebat ini tidak beruntung lantaran bahkan tidka pernah merasakan semifinal Liga Champions.

BolaCom | Hendry WibowoDiterbitkan 01 Mei 2025, 11:15 WIB
Mohamed Salah (kiri) dan Francesco Totti (kanan) merayakan gol ke gawang Bologna pada laga Serie A di Olimpico, Roma, Senin (11/4/2016). (AFP/Alberto Pizzoli)

Bola.com, Jakarta - Liga Champions selalu jadi kompetisi kasta tertinggi Eropa paling bergengsi. Jangankan juara, untuk mentas semifinal saja sudah sangat membanggakan untuk seorang pemain. 

Namun dalam sejarahnya, tidak semua pemain beruntung untuk sekadar mencicipi bergengsinya dan serunya partai semifinal Liga Champions. 

Advertisement

Tidak pandang bulu, pemain-pemain yang tidak merasakannya bahkan berstatus nama besar.  Nama-nama pemain hebat ini tidak beruntung lantaran bahkan tidak pernah merasakan semifinal Liga Champions.

Yuk scroll ke bawah untuk mengetahuinya. Ada legenda AS Roma Francesco Totti sampai eks pemain Arsenal Patrick Vieira lho.  


Francesco Totti

Kapten AS Roma, Francesco Totti, bersama Daniele De Rossi merayakan gol yang dicetaknya ke gawang Shakhtar Donetsk pada laga Liga Champions di Stadion Olimpico, Roma, Selasa (12/9/2006). (EPA/Ettore Ferrari)

AS Roma bukanlah tim yang punya rekam jejak baik di Liga Champions selama 24 tahun masa bakti Francesco Totti yang melegenda di ibu kota Italia.

Pemenang Piala Dunia 2006 ini berpindah-pindah antara Liga Champions dan Piala UEFA/Liga Europa selama menjadi pemain andalan I Giallorossi.

Namun paling tinggi, ia hanya pernah mencapai perempat final Liga Champions, dengan Manchester United menyingkirkan AS Roma pada tahun 2007 dan 2008.

Ironisnya Roma menyingkirkan Barcelona dalam perjalanan ke semifinal Liga Champions pada musim 2017-18. Namun itu justru terjadi pada musim pertama setelah Totti pensiun. 

 


Patrick Vieira

Direktur Olahraga Real Madrid, Emilio Butragueno, menyebut Patrick Vieira sebagai pemain yang cocok untuk menambal lini tengah Real Madrid yang kurang maksimal setelah ditinggal Makalele. Dan pada 2004, kepindahannya hampir terjadi. Namun, sang pemain lebih memilih untuk bertahan satu musim lagi di Arsenal sebelum akhirnya bergabung dengan Juventus.

Antara tahun 1995-2011, Patrick Vieira mewakili AC Milan, Arsenal, Juventus, Inter, dan Manchester City, namun ia tidak pernah mencapai empat besar Liga Champions.

Hal di atas terasa salah, tapi entah bagaimana fakta ini benar adanya. Arsenal asuhan Arsene Wenger berhasil mencapai final di musim pertama mereka setelah Vieira hengkang.

 

Inter Milan asuhan Jose Mourinho turut memenangkan Liga Champions 2009-10, namun ia hengkang pada bulan Januari di musim tersebut setelah kesulitan mendapatkan waktu bermain.


Alan Shearer

Alan Shearer (Newcastle United) – Keputusan Ruud Gullit mencadangkan pria asal Inggris ini saat laga kontra Sunderland berbuntut panjang. Gullit tidak hanya bersitegang dengan sang pemain tapi juga menjadi musuh fans Newcastle United. (AFP/Samantha Sin)

Alan Shearer berstatus legenda Timnas Inggris dan Newcastle United tapi ia tidak pernah mencapai semifinal Liga Champions.

Jangankan semifinal Liga Champions, pencetak gol terbanyak sepanjang masa di Liga Inggris ini juga tidak pernah bermain di pertandingan sistem gugur Liga Champions.

Alan Shearer tidak pernah benar-benar diberi kesempatan untuk melangkah jauh di Liga Champions ketika bermain untuk Blackburn Rovers dan Newcastle United.

Sang striker memiliki catatan yang cukup baik dengan tujuh gol dan empat assist dari total 16 penampilan di Liga Champions - yang semuanya terjadi di fase grup pada 1995-96 dan 2002-03.

Cedera lutut membuatnya harus absen dalam enam pertandingan Liga Champions di bawah asuhan Kenny Dalglish pada 1997-98, termasuk kemenangan 3-2 atas Barcelona yang terkenal itu.


Gianfranco Zola

2. Gianfranco Zola - Pria berusia 53 tahun ini pernah berseragam Napoli sebelum menjadi legenda di Chelsea. Diego Maradona lah yang membuat permainan Zola berkembang hingga menjadi salah satu pesepak bola top dunia. (AFP/Adrian Dennis)

Pemain mungil asal Italia ini mengukir tiga gol dan tiga asis dalam 14 penampilan bersama Chelsea saat mereka mencapai perempat final Liga Champions pada 1999-00.

Namun pengalamannya di Eropa hanya sebatas di Piala UEFA dan Piala Winners. Dia meninggalkan Stamford Bridge musim sebelum Chelsea menyingkirkan Arsenal dalam perjalanan ke semifinal 2003-04 di bawah asuhan Claudio Ranieri.


Gabriel Batistuta

Gabriel Batistuta. Striker asal Argentina ini direkrut AS Roma dari Fiorentina senilai 36,15 Juta Euro pada awal musim 2000/2001. Total 2,5 musim di AS Roma hingga pertengahan musim 2002/2003 tampil dalam 87 laga dengan mencetak 33 gol dan 8 assist. (AFP/Gabriel Bouys)

Gabriel Batistuta salah satu pencetak gol terhebat dalam sejarah. Penyerang asa; Argentina secara teratur mengobrak-abrik pertahanan klasik tim-tim Serie A. 

Namiun peluangnya di panggung terbesar Eropa cukup terbatas, sebagian besar karena Batistuta menghabiskan masa-masa terbaiknya di Fiorentina.

Batistuta dengan penuh kenangan memimpin lini depan La Viola dalam pertandingan-pertandingan Liga Champions melawan tim-tim seperti Arsenal, Barcelona dan Manchester United, namun ia tidak pernah berhasil melewati format fase grup. 

Itu adalah kisah yang sama selama waktunya bersama AS Roma, di mana ia menghadapi Real Madrid dan Liverpool.

Di usia senjanya, ia menggantikan Hernan Crespo di Inter pada musim 2002-03 - namun ia tidak menjadi bagian dari skuat Nerazzurri di Champions League saat mereka mencapai babak empat besar pada tahun tersebut.

Berita Terkait