Piala Dunia Antarklub 2025 Picu Krisis Pemanggilan Pemain Timnas Inggris

Tarik-ulur negara vs klub: Thomas Tuchel terjepit jelang uji coba Timnas Inggris.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 07 Mei 2025, 09:45 WIB
Pelatih baru Timnas Inggris, Thomas Tuchel memimpin laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan Albania di Wembley Stadium, London, Jumat (21/03/2025) waktu setempat. (AFP/Glyn Kirk)

Bola.com, Jakarta - Posisi Thomas Tuchel sebagai manajer Timnas Inggris yang kerap disebut sebagai "pekerjaan mustahil" kini menghadapi tantangan baru, menyusul jadwal internasional yang tumpang tindih dengan gelaran perdana Piala Dunia Antarklub 2025

Timnas Inggris dijadwalkan melakoni dua laga uji coba melawan Andorra dan Senegal pada 7 dan 10 Juni 2025. Namun, hanya beberapa hari setelah itu, tepatnya 14 Juni, Piala Dunia Antarklub 2025 dengan 32 tim peserta akan digelar di Amerika Serikat.

Advertisement

Bentrok jadwal ini menempatkan Tuchel dalam posisi sulit. Pemain-pemain dari klub besar seperti Manchester City, Chelsea, Bayern Munchen, Real Madrid, dan Atletico Madrid bisa saja terseret tarik-menarik antara kepentingan negara dan klub mereka.

Dengan hadiah uang dalam jumlah besar yang dipertaruhkan di turnamen klub tersebut, wajar klub-klub ingin menarik pulang para pemain andalan mereka. Namun, Tuchel tampaknya tidak akan begitu saja mengalah, apalagi mengingat persiapannya menuju Piala Dunia 2026 sudah makin sempit.


Tak Terlalu Tunduk pada Permintaan Klub

Pelatih Bayern Munchen, Thomas Tuchel (kanan), memberikan arahan kepada pemainnya, Harry Kane, saat masuk mengganrikan Mathys Tel pada laga Piala Super Jerman 2023 melawan RB Leipzig di Allianz Arena, Munchen, Jerman, Minggu (13/08/2023) dini hari WIB. (AP Photo/Matthias Schrader)

Chelsea termasuk yang paling mungkin terdampak. Nama-nama seperti Cole Palmer, Reece James, Levi Colwill, dan Noni Madueke bisa saja dipanggil Tuchel untuk memperkuat Three Lions.

Di sisi lain, dua pilar penting Timnas Inggris—Harry Kane (Bayern Munchen) dan Jude Bellingham (Real Madrid)—juga berpotensi terjebak dalam konflik kepentingan antara negara dan klub.

Tuchel sebenarnya sudah memberikan isyarat sejak Maret lalu bahwa ia tidak akan terlalu tunduk pada permintaan klub.

"Saya menjaga para pemain. Kami memperhatikan jadwal. Tapi, memberi sinyal kepada pemain seperti, 'Hei, kamu punya pertandingan klub yang berat, jadi saya istirahatkan kamu sekarang'—itu bukan pesan yang tepat. Kami akan melakukan apa yang terbaik untuk kami," tegas pelatih asal Jerman itu.

"Saya sering mengalaminya ketika melatih klub, para pemain dari Amerika Selatan bahkan tidak pernah berpikir untuk melewatkan satu menit pun karena mereka sangat ingin bermain untuk negaranya. Mereka bangga membela negara. Itu juga hal yang harus kita pahami dan terima, dan saya selalu menerimanya sebagai pelatih klub," lanjutnya.


Seni Diplomasi Tingkat Tinggi

Pelatih baru Timnas Inggris, Thomas Tuchel, memberikan instruksi kepada pemainnya saat laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan Albania di Wembley Stadium, London, Jumat (21/03/2025) waktu setempat. (AP Photo/Alastair Grant)

Kondisi ini menciptakan badai sempurna bagi risiko kelelahan pemain. Bayangkan: dua laga internasional kompetitif, dilanjutkan perjalanan lintas benua ke Amerika, lalu langsung bermain dalam turnamen besar saat musim panas Amerika Serikat sedang mencapai puncaknya.

Dengan makin banyak suara dari pemain dan pelatih soal kelelahan fisik dan mental, kepadatan jadwal ini berpotensi memaksa para bintang sepak bola bermain hingga batas ketahanan mereka.

Bagi Tuchel, menavigasi situasi ini tak ubahnya seni diplomasi tingkat tinggi. Ia harus menyeimbangkan kebutuhan jangka pendek Inggris di lapangan dengan hubungan jangka panjang dengan klub-klub yang bisa menentukan kelancaran panggilan pemain di masa depan.

 

Sumber: Inside World Football

Berita Terkait