Sepp Blatter Kecam Infantino: Sepak Bola Sudah Kita Serahkan ke Arab Saudi

Sepp Blatter menyindir keras, FIFA cuma diam saat Arab Saudi ambil alih sepak bola dunia.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 14 Juli 2025, 20:45 WIB
Ilustrasi FIFA. (AFP/Sebastien Bozon)

Bola.com, Jakarta - Mantan Presiden FIFA, Sepp Blatter, melontarkan kritik keras terhadap penerusnya, Gianni Infantino, yang dinilai telah membawa badan sepak bola dunia terlalu dekat dengan Arab Saudi.

Dalam wawancara eksklusif bersama stasiun televisi Jerman, RTL, Blatter menyuarakan keprihatinannya atas arah kebijakan FIFA saat ini, termasuk keputusan kontroversial untuk menunjuk Arab Saudi sebagai tuan rumah Piala Dunia 2034.

Advertisement

"Kita telah kehilangan sepak bola kepada Arab Saudi. Kita memberikannya begitu saja, dan mereka mengambilnya. Anehnya, tidak ada penolakan di dalam FIFA," ujar Blatter.

"Saat saya memimpin, kami masih punya rapat dan kongres di mana persoalan dibahas dan keputusan diambil bersama. Sekarang semua itu sudah tidak ada," imbuhnya.

Blatter sempat mengakui pada 2022 lalu bahwa penunjukan Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 adalah "sebuah kesalahan".

Keputusan itu diambil pada masa kepemimpinannya pada 2010 dan memicu gelombang tuduhan pembelian suara dalam proses bidding.


Kritik Pedas untuk Format Baru Piala Dunia Antarklub

Presiden FIFA, Gianni Infantino (kanan), mengarahkan Presiden AS, Donald Trump, menjauh dari para pemain Chelsea yang merayakan kemenangan setelah mereka memenangkan pertandingan final Piala Dunia Antarklub FIFA di Stadion MetLife pada 13 Juli 2025 di East Rutherford, New Jersey. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah Piala Dunia Antarklub, Amerika Serikat menjadi tuan rumah kompetisi tersebut, satu tahun sebelum AS, Meksiko, dan Kanada dijadwalkan menjadi tuan rumah Piala Dunia pada tahun 2026. (Chip Somodevilla/Getty Images via AFP)

Tak hanya soal tuan rumah Piala Dunia, Sepp Blatter juga mengecam format baru Piala Dunia Antarklub yang diperluas menjadi 32 tim di bawah kepemimpinan Infantino.

Turnamen edisi perdana dengan format anyar itu digelar di Amerika Serikat, dengan Chelsea keluar sebagai juara setelah menaklukkan wakil Eropa lainnya, Paris Saint-Germain dengan skor telak 3-0.

"Sepak bola jadi terlalu padat. Yang bermain ya klub dan pemain yang itu-itu saja. Mereka seharusnya beristirahat, bukannya bermain dalam cuaca panas yang menyiksa. Ini membahayakan dan sangat tidak bertanggung jawab," cetus Blatter.

"Hal seperti ini tidak boleh dibiarkan. Pemain harus dilindungi," tegasnya. 


Sorotan terhadap Gaya Kepemimpinan Infantino

Presiden AS, Donald Trump menyodorkan kartu merah yang diberikan presiden FIFA, Gianni Infantino ke arah jurnalis yang meliput pertemuan mereka di Oval Office Gedung Putih pada Selasa (28/8). (AP/Evan Vucci)

Blatter juga menyinggung gaya manajemen Infantino yang dianggap terlalu mengandalkan pertemuan virtual dan tidak menghargai proses organisasi.

Ia merujuk pada kejadian di Paraguay, Mei lalu, ketika Kongres FIFA sempat molor hingga enam jam karena Infantino absen lantaran melakukan kunjungan mendadak ke Timur Tengah untuk bertemu dengan Presiden AS, Donald Trump.

Insiden itu memicu protes dari delegasi UEFA, yang dilaporkan meninggalkan kongres sebelum Infantino tiba.

Dalam beberapa waktu terakhir, Infantino memang menjalin hubungan makin erat dengan pemerintah AS, seiring penunjukan Amerika Serikat sebagai satu di antara tuan rumah Piala Dunia 2026, bersama Kanada dan Meksiko.


Bebas dari Tuduhan Korupsi

Mantan presiden FIFA, Sepp Blatter (kanan), berbicara kepada media saat meninggalkan gedung pengadilan setelah putusan banding oleh Kejaksaan Agung Swiss terhadap mantan presiden UEFA dan FIFA atas dugaan pembayaran palsu, di Muttenz dekat Basel, pada 25 Maret 2025. Mantan presiden FIFA Sepp Blatter dan mantan ketua UEFA Michel Platini kembali dibebaskan pada 25 Maret 2025 melalui banding oleh pengadilan Swiss dalam kasus korupsi yang telah berlangsung lama. (Fabrice COFFRINI/AFP)

Kini berusia 89 tahun, Sepp Blatter akhirnya dinyatakan bebas dari tuduhan korupsi dan penipuan oleh pengadilan Swiss, Maret lalu. Ia sempat diselidiki bersama mantan Presiden UEFA, Michel Platini, terkait pembayaran sebesar 2 juta franc Swiss yang dilakukan pada 2011.

Uang tersebut diklaim sebagai pembayaran konsultasi tertunda atas pekerjaan yang dilakukan Platini antara 1998 dan 2002. Platini menyatakan pembayaran itu tertunda karena saat itu FIFA kekurangan dana.

Kendati keduanya telah dibebaskan dua tahun lalu, jaksa penuntut sempat mengajukan banding. Namun, pengadilan tingkat tinggi kembali menolak tuntutan tersebut.

Skandal tersebut pertama kali mencuat pada 2015 dan memaksa Blatter mengundurkan diri dari jabatannya.

Sejumlah pejabat tinggi FIFA lainnya seperti Sekjen Jerome Valcke, Wakil Presiden Julio Grondona, dan Direktur Keuangan Markus Kattner juga ikut terseret dan diberhentikan dari posisi mereka.

 

Sumber: Trivela via Sportsmole

Berita Terkait