Bola.com, Jakarta - Piala Dunia Antarklub 2025 telah dianggap oleh banyak orang sebagai latihan persiapan Amerika Serikat sebelum menjadi tuan rumah untuk Piala Dunia 2026.
Piala Dunia 2026 akan diikuti 48 tim dan akan bertarung memperebutkan mahkota dunia di Meksiko, Kanada, dan Amerika Serikat.
Lima dari venue Piala Dunia Antarklub 2025 akan kembali menjadi tempat bertanding Piala Dunia 2026 yaitu Mercedes-Benz Stadium, Hard Rock Stadium, MetLife Stadium, Lincoln Financial Field, dan Lumen Field.
Jadi, apa yang telah diajarkan Piala Dunia Antarklub tentang apa yang kemungkinan bakal terjadi di Piala Dunia 2026? Dan apakah ada pelajaran yang bisa dipelajari FIFA dari turnamen ini?
Salah satunya faktor cuaca. Suhu panas dan badai hebat mengacaukan jalannya Piala Dunia Antarklub 2025.
Aturan di AS mengharuskan pertandingan dihentikan ketika petir tercatat dalam radius 10 mil dan tidak boleh dilanjutkan sampai 30 menit setelah petir berhenti. Alhasil enam pertandingan mengalami penundaan, dengan durasi bervariasi dari 40 menit hingga dua jam.
Enzo Maresca: Ini Bukan Sepak Bola
Contohnya dua pertandingan Benfica melawan Auckland dan Chelsea, tertunda sekitar 120 menit. Saat pertandingan Chelsea itu tertunda, laga hanya tersisa empat menit.
Chelsea sedang unggul 1-0, tetapi Benfica berhasil menyamakan skor sebelum The Blues menang di babak tambahan. "Saya pikir ini lucu, jujur saja," kata pelatih Chelsea Enzo Maresca pada saat itu.
"Ini bukan sepak bola. Ini benar-benar sesuatu yang baru. Saya kesulitan memahami, jika Anda menunda tujuh atau delapan pertandingan, mungkin ini bukan tempat yang tepat untuk menggelar kompetisi," tambahnya.
FIFA beruntung badai tidak memengaruhi pertandingan malam hari, yang bisa saja menyebabkan penundaan hingga hari berikutnya, tetapi hal ini mungkin terjadi tahun depan.
Chelsea juga merupakan salah satu dari banyak tim yang kesulitan menghadapi panas ekstrem. Suhu mencapai 39 derajat celsius di New York dan kelembapan membuatnya terasa lebih buruk, lebih dari 50 derajat celsius menurut indeks panas.
Cuaca Panas Menyiksa
FIFPro menyatakan bahwa sembilan dari 16 kota tuan rumah tahun depan memiliki risiko "sangat tinggi" atau "sangat ekstrem" terhadap cedera akibat stres cuaca panas selama turnamen.
Klub-klub harus mengatur sesi latihan yang lebih pendek. Maresca sempat mengatakan: "Kalau tidak, kamu tidak bisa menyimpan energi untuk pertandingan."
Lalu ada kasus sepuluh pemain Juventus meminta diganti saat mereka kalah dari Real Madrid menurut pelatih mereka Igor Tudor.
Kemudian pemandangan para pemain pengganti Borussia Dortmund menonton babak pertama dari ruang ganti untuk menghindari sinar matahari. Pelatih Dortmund, Niko Kovac mengatakan dia berkeringat seperti baru keluar dari sauna.
Pelatih PSG Luis Enrique menambahkan: "Ini tidak baik untuk tontonan karena sulit bermain dalam kondisi seperti itu."
Apa Solusinya?
Saking panasnya anjing pelacak di Lincoln Financial Field di Philadelphia sampai menggunakan sepatu karena suhu beton di bawah kaki sangat panas.
Solusi yang mungkin adalah mengubah waktu kick-off untuk menghindari bermain di kota-kota panas pada tengah hari. Kabar baiknya tujuh venue yang digunakan pada Piala Dunia Antarklub 2025 tidak akan digunakan pada Piala Dunia 2026.
"Cuacanya memang panas, tapi tentu kita bisa mempertimbangkan waktu kick-off, meninjau, dan mungkin mengatur pertandingan lebih awal di stadion yang memiliki atap," kata mantan manajer Arsenal Arsene Wenger yang kini menjabat Kepala Pengembangan Sepak Bola Global FIFA.
Jadi usai membaca berita ini, apakah Anda masih berminat menyaksikan langsung Piala Dunia 2026? Apalagi kalau Timnas Indonesia tampil, akankah cuaca panas menghalangi Anda?
Sumber: BBC