Ini Faktor di Balik Nilai Tukar Rupiah Ditutup Melemah pada Level Rp16.292

Mata uang rupiah ditutup melemah tipis 6 poin, yaitu di level Rp16.286. Sebelumnya rupiah sempat menguat 15 poin menjadi Rp16.292.

BolaCom | Yus Mei SawitriDiperbarui 08 Agustus 2025, 20:48 WIB
Teller menunjukkan mata uang rupiah di bank, Jakarta, Rabu (22/1/2020). Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan penguatan nilai tukar rupiah yang belakangan terjadi terhadap dolar Amerika Serikat sejalan dengan fundamental ekonomi Indonesia dan mekanisme pasar. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bola.com, Jakarta - Mata uang rupiah ditutup melemah tipis 6 poin, yaitu di level Rp16.286. Sebelumnya rupiah sempat menguat 15 poin menjadi Rp16.292. 

Pelemahan rupiah ini diungkapkan Pengamat Mata Uang dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi. “Sedangkan untuk perdagangan senin depan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp 16.280 - Rp 16.330,” kata Ibrahim dalam keterangannya, Jumat (8/8).

Advertisement

Menurutnya, pelemahan tersebut dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Untuk faktor eksternal, yakni para pedagang memperhatikan pidato para pejabat The Fed, untuk mendapatkan isyarat tentang langkah bank sentral selanjutnya.

“Pada hari Kamis Presiden Fed Atlanta, Raphael Bostic, menegaskan kembali pandangannya bahwa satu kali pemotongan suku bunga sudah tepat untuk tahun ini, tetapi menambahkan bahwa masih banyak data yang harus ditunggu sebelum pertemuan berikutnya,” ujarnya.

Selain itu, laporan Bloomberg mengatakan Gubernur Fed Christopher Waller telah muncul sebagai pilihan utama Trump untuk menggantikan Ketua Fed saat ini, Jerome Powell, yang akan mengundurkan diri pada pertengahan 2026.

Waller termasuk di antara dua anggota dewan Fed yang memberikan suara untuk penurunan suku bunga pada Juli 2025, sejalan dengan tuntutan Trump.

 


Tarif Trump Picu Kekhawatiran

Petugas menata mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup turun 0,22 persen atau 34 poin ke Rp15.616,5 per dolar AS. Hal tersebut terjadi di tengah penguatan indeks dolar AS 0,16 persen ke 104,41. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain itu, Presiden AS Donald Trump yang menguraikan pembatasan lebih lanjut pada industri minyak Rusia, khususnya pengenaan tarif tinggi terhadap India.

“Tarif timbal balik Trump terhadap mitra dagang utama mulai berlaku sejak Kamis, memicu kekhawatiran atas meningkatnya gangguan ekonomi di seluruh dunia, yang pada gilirannya dapat menekan permintaan minyak,” ujarnya.

Selanjutnya, Rusia mengonfirmasi pada Kamis bahwa Presiden Vladimir Putin akan bertemu Trump dalam beberapa hari mendatang. Ini terjadi di tengah seruan berulang dari Trump dan Barat untuk mengakhiri konflik Rusia-Ukraina.

Meskipun AS memang memberlakukan sanksi ketat terhadap industri minyak Rusia, sejauh ini AS belum berbuat banyak untuk membatasi pasokan global.

 


Faktor Internal

Pegawai memperlihatkan mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup turun 0,22 persen atau 34 poin ke Rp15.616,5 per dolar AS. Hal tersebut terjadi di tengah penguatan indeks dolar AS 0,16 persen ke 104,41. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dari sisi internal, pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi nasional di atas 5–6 persen memerlukan strategi tepat agar dua mesin utama penggerak ekonomi, yakni sektor pemerintah dan swasta, bisa berjalan seimbang.

Kekuatan ekonomi Indonesia masih bertumpu pada permintaan domestik, yakni konsumsi dan investasi(PMTB), yang pada Juni 2025 menyumbang 90 persendari Produk Domestik Bruto (PDB).

“Dua mesin penggerak ekonomi, pemerintah dan swasta, harus berfungsi bersama. Selama ini, selalu timpang. Satu mati, satu jalan. Itu tidak cukup,” ujarnya.

Meski tantangan global seperti geopolitik dan ketidakpastian ekonomi terus membayangi, Namun pentingnya menjaga momentum domestik, apalagi kontribusinya terhadap ekonomi mencapai 80 persen. Program seperti Makan Bergizi Gratis dan Koperasi Merah Putih sangat baik untuk menjaga stabilitas, tapijangan abaikan sektor swasta.

Selain itu, pemerintah mendorong perbankan lebihagresif menyalurkan pembiayaan ke dunia usaha untuk menghidupkan sisi konsumsi dan investasi. Apalagi bank Indonesia terus menurunkan suku bunga acuan, sehingga para kreditur (pengusaha) kembali rame mendapatkan pinjaman dari debitor (perbankan). 

Sumber: Merdeka.com