Bola.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 mencapai 5,12 persen secara tahunan (year-on-year).
Angka ini sedikit melampaui prediksi sejumlah analis yang semula memperkirakan laju ekonomi berada di bawah lima persen.
Meski berada di atas ekspektasi, sejumlah pengamat menilai pencapaian ini masih sejalan dengan kondisi ekonomi nasional.
Ekonom Indonesia Strategic and Economic Action Institution (ISEAI), Ronny P. Sasmita, menyatakan bahwa data BPS tersebut dapat dipercaya dan selaras dengan indikator pendukung.
"Pertumbuhan 5,12 persen di kuartal II tahun ini bisa dipahami dan cukup reliabel," ujar Ronny, Minggu (10-8-2025).
Komponen Utama dan PHK
Menurut Ronny, beberapa komponen utama, seperti konsumsi rumah tangga, penanaman modal, dan ekspor masih menunjukkan tren positif.
Ia mencontohkan, konsumsi rumah tangga meningkat tipis berkat momen tahun ajaran baru yang memicu belanja kebutuhan pendidikan dan perlengkapan sekolah.
Terkait ketenagakerjaan, Ronny mengakui bahwa tingginya angka pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor manufaktur patut diwaspadai.
Namun, ia menilai bahwa investasi baru yang masuk telah menciptakan lebih banyak lapangan kerja daripada jumlah pekerja yang terdampak PHK formal.
"Perekonomian nasional masih mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah signifikan, walau Incremental Labour Output Ratio (ILOR) kita belum ideal,” jelasnya.
Jebakan Middle Income Trap
Kendati mengapresiasi pencapaian 5,12 persen, Ronny menekankan bahwa laju tersebut belum mencerminkan potensi perekonomian Indonesia secara penuh.
Menurutnya, pertumbuhan di kisaran 5 persen hanya cukup menjaga kestabilan, tetapi belum mendorong transformasi struktural yang dibutuhkan untuk lepas dari jebakan pendapatan menengah (middle income trap).
"Indonesia butuh pertumbuhan tahunan di atas 7–8 persen untuk keluar dari middle income trap dan memanfaatkan bonus demografi. Saat ini, tanda-tanda ke arah itu belum terlihat," ucapnya.
Sumber: merdeka.com