Ada Perubahan Peraturan di Liga Champions 2025/2026: Penyebabnya Arsenal dan Barcelona?

Format baru Liga Champions yang pertama kali diterapkan musim lalu hampir seluruhnya sama untuk musim ini, namun ada satu perbedaan penting yang bisa berdampak besar saat babak knockout dimulai.

BolaCom | Gregah NurikhsaniDiterbitkan 29 Agustus 2025, 12:30 WIB
Pembagian Pot Liga Champions.

Bola.com, Jakarta - Fase liga Champions League 2025/2026 semakin mendekat dan antusiasme semakin tinggi untuk kembalinya kompetisi utama Eropa ini. Sebanyak tiga puluh enam tim akan bertarung selama fase league untuk mendapatkan posisi yang sangat diinginkan di babak knockout Liga Champions, sebuah arena di mana kekacauan khas kompetisi ini mencapai puncaknya yang lebih dramatis.

Format baru Liga Champions yang pertama kali diterapkan musim lalu hampir seluruhnya sama untuk musim ini, namun ada satu perbedaan penting yang bisa berdampak besar saat babak knockout dimulai.

Advertisement

Musim ini terjadi perubahan lokasi pertandingan leg kedua di babak knockout. Tahun lalu, undian acak yang menentukan klub mana yang akan menjadi tuan rumah leg kedua babak perempat final dan semifinal. Bermain di kandang pada leg kedua dianggap keuntungan besar karena tim bisa merasakan energi suporter sendiri untuk melaju ke babak berikutnya.

Namun, musim ini ada perubahan: lokasi leg kedua kini didasarkan pada performa fase league. Klub yang finis di empat besar dijamin menjadi tuan rumah leg kedua perempat final, sementara tim yang berada di dua besar juga mendapatkan keuntungan bermain leg kedua semifinal di kandang, jika mereka lolos ke tahap tersebut.

 


Dampak

Liga Champions - Ilustrasi UEFA Champions League Musim 2022-2023 (Bola.com/Adreanus Titus)

Tetapi aturan ini tidak sesederhana itu. Keistimewaan menjadi tuan rumah leg kedua bisa didapat dengan cara lain, misalnya Paris Saint-Germain yang finis ke-15 di fase league musim lalu, berhasil mengalahkan pemuncak klasemen Liverpool di babak 16 besar dan berhak menjadi tuan rumah leg kedua perempat final dan semifinal bila babak itu berlangsung musim ini.

Buku aturan Liga Champions UEFA menyebutkan: “Tim unggulan, yaitu tim yang peringkatnya 1 sampai 4 setelah fase league, akan memainkan leg kedua babak perempat final di kandang, dan tim yang peringkat 1 dan 2 juga memainkan leg kedua semifinal di kandang. Jika tim unggulan kalah di babak mana pun, tim yang mengalahkannya akan mengambil posisi unggulan tersebut di jalur braket (peringkat tertinggi untuk keperluan unggulan tidak dihitung ulang setelah setiap babak).”

Aturan baru ini memunculkan kekhawatiran karena tim yang finis posisi tiga atau empat di fase league tidak mendapatkan keuntungan bermain leg kedua semifinal di kandang.

 


Mengapa Bisa Begitu?

Ilustrasi logo Liga Champions. (Bola.com/Gregah Nurikhsani)

Aturan ini diubah setelah ada keluhan dari Barcelona dan Arsenal terkait struktur babak knockout musim lalu.

Arsenal harus bermain tandang melawan Paris Saint-Germain di semifinal 2024–25 meskipun mereka finis 12 peringkat lebih tinggi dibanding PSG di fase league. Arsenal merasa dirugikan karena posisi mereka kurang menguntungkan di leg kedua yang sangat penting meskipun memiliki performa fase league yang lebih baik.

Namun, musim ini jika sejarah terulang, Arsenal tetap harus memainkan leg kedua semifinal di Paris, karena PSG memenangkan keuntungan kandang setelah mengalahkan Liverpool dalam babak 16 besar tadi.

Barcelona juga mengalami situasi serupa, harus bermain leg kedua tandang di perempat final dan semifinal. Mereka hampir kehilangan keunggulan 4-0 saat bertemu Borussia Dortmund di Signal Iduna Park di perempat final dan akhirnya tersingkir lewat perpanjangan waktu oleh Inter Milan di San Siro pada semifinal.

Perubahan aturan ini memicu perdebatan karena dinilai kurang adil bagi tim yang memiliki performa baik di fase league.

Sumber: Sports Illustrated

Berita Terkait