Bola.com, Jakarta - Diego Maradona merupakan salah satu pesepak bola terhebat sepanjang sejarah. Legenda Napoli itu bahkan disejajarkan dengan Pele, bintang abadi Brasil lintas generasi.
Maradona tak ubahnya tukang sulap bagi Napoli saat merengkuh gelar Serie A, serta menjadi malaikat penyelamat Argentina di Piala Dunia 1986 di Meksiko.
Pencapaian tersebut menyudahi cibiran banyak pihak terkait dugaan kecurangan Argentina yang tampil sebagai juara Piala Dunia 1978 di negaranya.
Tak ada yang meragukan Maradona karena El Pibe de Oro terlanjur dianggap sebagai 'dewa', menjadikan yang tak mungkin menjadi mungkin.
Tapi, sayangnya, Maradona tak masuk daftar lima pengumpan terbaik dalam sejarah sepak bola, seperti yang dilansir Givemesport belum lama ini.
Padahal, semua orang tahu, Maradona tak cuma jago gocek melainkan juga punya akurasi umpan yang sangat memanjakan. Jika Maradona terpinggirkan, lantas siapa kelima pengumpan terjitu itu?
Paul Scholes
Hanya sedikit pemain di dunia sepak bola yang begitu dipuja oleh rekan-rekannya seperti Paul Scholes.
Pemegang 11 gelar juara Premier League ini telah menginspirasi banyak buku berisi pujian dari orang-orang seperti Zinedine Zidane, Xavi Hernandez, dan Cristiano Ronaldo.
Bahkan ikon Brasil, Ronaldinho, pernah berkata dengan antusias. "Saya ingin mengoper seperti dia. Siapa yang mengajarinya melakukan itu?"
Kemampuan menendang bola bawaan Scholes memang selalu ada, tetapi fokusnya selama dekade pertama kariernya lebih pada menembak daripada mengoper.
Lagipula, nyanyian yang menggema di tribune Old Trafford dulu berbunyi, "Paul Scholes mencetak gol."
Seiring Sir Alex Ferguson semakin banyak mengisi skuadnya dengan talenta asing yang berpikiran maju. Scholes, salah satu produk akademi terbaik klub ini, mengembangkan permainannya agar tetap berada di tim utama, melangkah menuju lingkaran tengah dan merebut hati para pesepak bola di mana pun.
Kevin De Bruyne
Wajar saja jika Kevin De Bruyne tumbuh besar dengan mengidolakan Michael Owen, bisa dibilang pemain pertama yang begitu jelas memanfaatkan bakat fisik superior di era Premier League.
De Bruyne mungkin tidak segesit mantan pemain timnas Inggris tersebut. Tetapi, ia adalah kekuatan alami ketika mulai bermain.
Ada sisi tajam dalam gaya De Bruyne yang hampir menutupi keindahan kecemerlangannya. Jantung dominasi Manchester City modern ini dapat memainkan umpan apa pun, tetapi hanya sedikit yang dapat meniru umpan khasnya.
Xavi Hernandez
Mengoper bukan hanya keterampilan yang berguna bagi Xavi Hernandez. Itu adalah aspek fundamental sepak bola.
"Beberapa tim tidak bisa atau tidak mengoper bola," keluh sang metronom di lini tengah Spanyol dan Barcelona saat ia masih bermain.
"Untuk apa Anda bermain? Apa gunanya? Itu bukan sepak bola. Kombinasikan, oper, mainkan. Itulah sepak bola, setidaknya bagi saya."
Sering disalahartikan sebagai pemain sepak bola yang hanya mengoper bola ke samping, Xavi mengakhiri kariernya dengan lebih dari 200 assist untuk klub dan negaranya.
Memiliki pemain seproduktif Lionel Messi di akhir umpan-umpan tersebut tentu membantu, tetapi gelandang Catalan itu melakukan lebih dari sekadar menciptakan gol.
Xavi mengendalikan seluruh alur pertandingan, menerobos lawan sambil juga bekerja sama dengan rekan satu timnya untuk membuat semua orang tertarik.
"Terkadang," kata Xavi kepada The Guardian.
"Saya bahkan berpikir: wah, si anu akan kesal karena saya sudah memainkan tiga umpan dan belum memberinya bola."
Pele
Pele memang pantas dipuji sebagai salah satu pencetak gol terhebat sepanjang sejarah. Menurut hitungannya sendiri yang agak kontroversial, pemenang Piala Dunia tiga kali ini mencetak lebih dari 1.000 gol untuk Santos dan Brasil sebelum pensiun dini di New York.
Namun, Pele menegaskan penyelesaian akhir bukanlah kekuatan terbesarnya.
"Meskipun banyak yang mengingat saya karena gol-gol saya, saya lebih sering membantu orang lain mencetak gol. Saya memiliki lebih banyak assist," kata Pele.
Bermain tepat di belakang penyerang tengah timnya, Pele adalah ahli dalam menunggu ruang terbuka di depannya, sebuah teknik yang dipuja di Argentina dan dikenal sebagai 'La Pausa'.
Contoh paling terkenal dari sikap acuh tak acuh yang penuh perhitungan ini terjadi pada final Piala Dunia 1970, ketika Pele berlari, berhenti, dan mengarahkan bola ke arah Carlos Alberto yang sedang berlari.
Itu adalah assist keenam pemain Brasil tersebut di kompetisi ini. Tidak ada pemain yang pernah mencatat lebih banyak assist dalam satu musim panas sejak saat itu.
Lionel Messi
Ketika Lionel Messi memecahkan rekor gol Gerd Muller yang luar biasa dalam satu tahun kalender dengan 91 gol pada 2012, ia juga mencatatkan 26 assist.
Javier Mascherano, rekan setim lama pemain Argentina tersebut di level internasional dan klub, merangkum ancaman ganda unik yang ditawarkan mantan koleganya tersebut.
Ia mampu memulai dan mengakhiri pergerakan dengan baik. Biasanya, pemain bisa melakukan salah satunya. Tapi ia berbeda.
Dalam 15 musim terakhir di sepak bola klub Eropa, Messi menyelesaikan musim dengan torehan assist dua digit sebanyak 12 kali.
Tidak ada pemain lain yang dapat menandingi konsistensi kreatif tersebut dan hanya tiga pemain lain di abad ke-21 yang mengumpulkan lebih dari enam musim dengan 10 assist atau lebih di liga.
"Jika Anda tidak bisa bekerja sama dengan baik dengan Messi," Xavi pernah mengangkat bahu, "maka sepak bola bukan untuk Anda."
Sumber: Givemesport