Bola.com, Jakarta - Sepak bola pada akhirnya selalu bicara soal angka. Sayangnya, tak ada satu pun statistik yang berpihak pada Ruben Amorim sejak ia duduk di kursi pelatih Manchester United.
Logikanya sederhana: menang lebih banyak ketimbang kalah, mencetak gol lebih banyak dibanding kebobolan, dan membuat keputusan tepat lebih sering daripada salah langkah.
Namun, hingga kini, Amorim gagal memenuhi rumus dasar itu. Satu di antaranya karena formasi 3-4-3 yang ia yakini justru jadi batu sandungan bagi timnya.
Pihak klub memang masih menggaungkan dukungan pada mantan pelatih Sporting CP tersebut, sembari menunggu pemain baru beradaptasi dan kepercayaan diri skuad pulih.
Namun, pada akhirnya, hasil di lapangan akan tetap jadi tolok ukur. Seperti para pendahulunya, Erik ten Hag, Ole Gunnar Solskjaer, Jose Mourinho, Louis van Gaal, hingga David Moyes, waktu Amorim bisa habis kapan saja jika kekalahan terus menumpuk.
Kekalahan 1-3 di markas Brentford, Sabtu (27-9-2025), menjadi catatan buruk ke-17 di Premier League dari total 33 laga Amorim bersama MU.
Angka yang Dihasilkan Amorim
Amorim hanya mampu mengoleksi 34 poin atau rata-rata 1,03 per pertandingan, dengan persentase kemenangan 27,3 persen. Angka itu menempatkannya sebagai manajer MU dengan rekor terburuk sepanjang era Premier League.
Sebagai perbandingan, David Moyes yang dipecat pada 2014 masih mencatat win rate 50 persen, sementara Ralf Rangnick sebagai interim hanya 41,6 persen.
Secara keseluruhan, dari 49 pertandingan di semua kompetisi, Amorim meraih 19 kemenangan, tetapi sudah 21 kali tumbang.
Jumlah gol pun imbang, 95 mencetak, 95 kebobolan.
Tak ada kemenangan beruntun di Premier League, tak ada kemenangan tandang sejak Maret lalu saat melibas Leicester City 3-0, bahkan Setan Merah dipermalukan tim League Two, Grimsby Town, di Carabao Cup, kekalahan pertama dari tim divisi keempat dalam sejarah 147 tahun klub.
Dalam kondisi seperti ini, apa yang bisa dijadikan alasan CEO, Omar Berrada, dan direktur olahraga, Jason Wilcox, saat melapor pada Sir Jim Ratcliffe maupun Joel Glazer untuk tetap mempertahankan Amorim?
Kandidat Pengganti Amorim
Sumber ESPN menyebut satu di antara faktor adalah belum adanya pengganti yang benar-benar tersedia.
Beberapa nama disebut-sebut di media, dari Xavi, Gareth Southgate, Oliver Glasner, Fabian Hürzeler, hingga Andoni Iraola. Namun, sejauh ini, tak ada yang betul-betul realistis.
Meski begitu, manajemen MU tetap sadar bahwa performa jauh di bawah ekspektasi dan Amorim gagal menghadirkan perbaikan berarti sejak menggantikan Ten Hag November lalu.
Situasi internal klub juga memperburuk keadaan. Gelombang pemangkasan ratusan staf di Old Trafford membuat suasana kerja muram, ikut memengaruhi kinerja tim.
Amorim memang tak bisa disalahkan untuk semua keputusan buruk masa lalu, misalnya perekrutan Joshua Zirkzee dan Manuel Ugarte pada era Ten Hag, atau penjualan Scott McTominay ke Napoli yang dinilai tak sebanding dengan biaya besar mendatangkan Ugarte.
Angka Tak Pernah Bohong
Musim panas lalu, Amorim menginginkan kiper berpengalaman untuk menggantikan Andre Onana. Namun, biaya selangit untuk Gianluigi Donnarumma atau Emiliano Martinez membuat MU akhirnya memilih Senne Lammens, kiper 23 tahun yang minim pengalaman dari Royal Antwerp.
Keluhan Amorim soal minimnya kekuatan atletis di lini tengah juga tak direspons manajemen, bahkan justru memperlemah opsi dengan meminjamkan Toby Collyer ke West Brom tanpa mendatangkan pengganti.
Meski demikian, Amorim tetap mendapat amunisi besar dengan belanja lebih dari 200 juta paun. Bryan Mbeumo, Matheus Cunha, dan Benjamin Sesko didatangkan untuk mempertajam lini depan. Namun, semua investasi itu belum mampu mengubah wajah Setan Merah.
Angka-angka tak pernah berbohong, dan semua data yang ada justru menjadi dakwaan keras terhadap Amorim.
Menjelang laga ke-50 kontra Sunderland, Sabtu mendatang, tak ada lagi ruang untuk alasan. Jika hasil kembali mengecewakan, masa kerjanya di Old Trafford bisa saja berakhir lebih cepat dari yang dibayangkan.
Sumber: ESPN