Bola.com, Jakarta - Aksi solidaritas untuk Palestina menggema di berbagai kota besar Eropa. Dari Prancis hingga Yunani, puluhan ribu orang turun ke jalan pada Kamis (2-10-2025) memprotes serangan Israel terhadap Global Sumud Flotilla, armada kapal yang membawa bantuan kemanusiaan menuju Gaza.
Flotilla tersebut, yang disebut penyelenggara sebagai upaya laut terbesar dalam beberapa tahun terakhir, dicegat Angkatan Laut Israel pada 1 Oktober.
Puluhan kapal disita dan ratusan penumpang dari berbagai negara ditahan.
Di Prancis, massa memenuhi Place de la Republique, Paris. Mereka mengibarkan bendera Palestina dan meneriakkan slogan seperti "Israel pergi, Palestina bukan milikmu" serta "Hidup Palestina".
Para demonstran juga menuntut pembebasan aktivis flotilla, termasuk warga Prancis yang ditahan.
Di Belgia, ratusan orang beraksi di depan Kementerian Luar Negeri di Brussel. Aksi bertema "All eyes on Gaza" itu menampilkan peserta ber-kefiyeh dan membawa bendera Palestina.
Mereka kemudian bergerak menuju Lapangan Luksemburg di depan Parlemen Eropa sambil meneriakkan "Free Palestine", "Solidaritas untuk Palestina", dan "Kebebasan untuk Gaza".
Desakan agar pemerintah Belgia dan Uni Eropa meningkatkan dukungan pun mengemuka.
Ribuan Turun ke Jalan di Spanyol
Spanyol menjadi satu di antara pusat besar protes. Aksi solidaritas digelar di 24 kota, termasuk Madrid dan Barcelona.
Ribuan orang di Madrid berkumpul di depan Kementerian Luar Negeri di Palacio de Santa Cruz, menuntut pembebasan anggota flotilla dan sanksi lebih keras terhadap pemerintahan Benjamin Netanyahu.
Teriakan "Boikot Israel", "Hentikan genosida", hingga "Bebaskan Palestina" terdengar di jalanan ibu kota. Sejumlah demonstran bahkan sempat memblokir jalan, yang memicu bentrokan singkat dengan polisi.
Di Barcelona, protes digelar di pelabuhan tempat Flotilla berangkat pada 30 Agustus, serta di depan Konsulat Israel.
Keluarga warga Katalonia yang ditahan ikut menekan pemerintah agar segera mengambil langkah diplomatik.
Aksi juga merebak di Valencia, Seville, Bilbao, hingga Pamplona. Bahkan, tensi politik lokal ikut memanas.
Di parlemen regional Madrid, partai sayap kiri, Mas Madrid, mengibarkan bendera Palestina di ruang sidang, memicu perdebatan dengan Partai Populer. Di parlemen Aragon, anggota dewan mengheningkan cipta untuk Gaza, tetapi perwakilan partai sayap kanan, Vox, memilih keluar ruangan.
Menteri Luar Negeri Spanyol, Jose Manuel Albares, disebut melakukan diplomasi telepon dengan sejumlah mitra internasional terkait krisis ini.
Gelombang Aksi di Swiss, Inggris, dan Yunani
Di Jenewa, ribuan orang berunjuk rasa di Lapangan Lisa Girardin. Mereka menyerukan diakhirinya blokade Israel dan menegaskan hak pengiriman bantuan kemanusiaan.
Demonstrasi serupa juga berlangsung di Bern, Basel, Lugano, Lucerne, dan Zurich, di bawah pengawasan ketat polisi.
Di London, ratusan orang berkumpul di Parliament Square lalu berbaris menuju Whitehall. Seruan "Bebaskan Palestina" dan "Jangan bom Gaza" terdengar di sepanjang jalan.
Arus lalu lintas sempat lumpuh, bahkan beberapa sopir bus membunyikan klakson sebagai tanda dukungan. Namun, polisi mencegah massa bergerak ke Trafalgar Square sehingga terjadi konfrontasi dan sejumlah penangkapan.
Sementara itu di Yunani, ribuan orang beraksi di Athena menuju Kedutaan Israel. "Akhiri genosida di Gaza" dan "Buka blokade, bebaskan Palestina" menjadi teriakan utama.
Penyelenggara menegaskan misi Flotilla adalah upaya sah untuk mengirim bantuan.
Protes juga terjadi di Thessaloniki, Patras, Chania, Lesbos, Chios, Volos, dan Larissa, menuntut pembebasan 27 warga Yunani yang ditahan di kapal.
Armada Kemanusiaan yang Dihentikan
International Committee to Break the Siege on Gaza (ICBSG) menyebut setidaknya 22 kapal Flotilla telah diserang dan disita Israel, sementara 19 lainnya diyakini mengalami nasib serupa, meski belum terdokumentasi.
Dari empat kapal yang tersisa, dua memutuskan berbalik arah, sementara kapal Marinet tetap melaju, meski menghadapi kendala teknis.
Flotilla, yang membawa bantuan kemanusiaan dan pasokan medis, berangkat akhir Agustus lalu. Sekitar 50 kapal dengan ratusan aktivis sipil berlayar bersama menuju Gaza, misi terbesar sejak beberapa tahun terakhir.
Israel telah memberlakukan blokade atas Gaza selama hampir 18 tahun. Pada Maret lalu, perbatasan ditutup total dan pasokan makanan serta obat dihentikan, memperparah krisis kelaparan.
Sejak Oktober 2023, lebih dari 66.200 warga Palestina tewas akibat serangan Israel, mayoritas perempuan dan anak-anak.
PBB dan organisasi HAM berulang kali memperingatkan Gaza berada di ambang tak layak huni, dengan kelaparan dan penyakit yang terus menyebar.
Sumber: merdeka.com