7 Alasan Presiden FIFA Gianni Infantino Ternyata Lebih Buruk daripada Pendahulunya, Sepp Blatter

Presiden FIFA, Gianni Infantino, dinilai lebih buruk dari pendahulunya, Sepp Blatter. Ini tujuh alasannya.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 08 Oktober 2025, 13:15 WIB
Presiden FIFA, Gianni Infantino. (Bola.com/Dok.FIFA)

Bola.com, Jakarta - Pada masa kepemimpinan Sepp Blatter, FIFA sempat diguncang berbagai skandal korupsi hingga membuat banyak pihak berpikir tak mungkin organisasi itu bisa lebih buruk lagi.

Namun, di bawah tangan Gianni Infantino, banyak yang menilai hal tak terbayangkan itu justru terjadi.

Advertisement

Ekspektasi terhadap Infantino semula rendah, tetapi ternyata masih mampu membuat publik kian kecewa.

Mulai dari kebijakan memperluas turnamen hingga perilaku di depan publik, Gianni Infantino dianggap telah membawa FIFA ke arah yang lebih komersial dan dangkal.

Jika dulu Blatter dikenal karena korupsi dan kontroversinya, kini banyak yang menilai penerusnya justru mewarisi, bahkan memperburuk, reputasi itu dengan cara yang lebih halus namun sama-sama merusak esensi sepak bola.

Berikut tujuh alasan mengapa banyak yang menilai presiden FIFA saat ini bahkan lebih buruk dari pendahulunya.


1. Format Piala Dunia yang Diperluas

Trofi Piala Dunia FIFA dipajang menjelang pengundian kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026 di markas besar FIFA di Zurich, pada 13 Desember 2024. (Fabrice COFFRINI/AFP)

Turnamen sepak bola terbesar dunia kini dianggap kehilangan esensinya. Jika dulu 32 tim dirasa ideal, mulai 2026 jumlahnya akan bertambah menjadi 48 peserta. Akibatnya, babak penyisihan grup membengkak menjadi 72 pertandingan hanya untuk menyaring 48 tim menjadi 32 besar.

Format yang dinilai "kembung" ini membuat ajang Piala Dunia kehilangan keseimbangan dan tensi kompetitifnya.

Publik menilai langkah Infantino ini hanya memperumit turnamen demi keuntungan finansial, bukan kualitas pertandingan.

Seperti halnya Euro 2016, di mana Portugal bisa lolos dari fase grup, meski tiga kali imbang, format baru ini dikhawatirkan kembali memberi ruang bagi mediokritas.

Kritik pun bermunculan bahwa FIFA di bawah Infantino perlu diingatkan tiga kata sederhana: less is more (lebih sedikit lebih baik).


2. Pidato Kontroversial di Qatar

Presiden FIFA, Gianni Infantino, berbicara dalam konferensi pers jelang Piala Dunia Qatar 2022 di Qatar National Convention Center (QNCC), Doha, Sabtu, 19 November 2022. (GABRIEL BOUYS / AFP)

Menjelang Piala Dunia 2022, Infantino menjadi sorotan dunia setelah menyampaikan pidato yang dinilai tidak peka terhadap isu sosial.

"Hari ini saya merasa seperti orang Qatar, hari ini saya merasa Arab, hari ini saya merasa Afrika, hari ini saya merasa gay, hari ini saya merasa penyandang disabilitas, hari ini saya merasa pekerja migran," ujarnya.

Ia kemudian menambahkan bahwa dirinya mengerti bagaimana rasanya didiskriminasi karena semasa kecil di-bully di sekolah lantaran memiliki rambut merah dan bintik-bintik di wajah.

Pidato itu menuai kritik luas. Banyak pihak menyebutnya sebagai momen paling tone-deaf dalam sejarah FIFA, bahkan membuat Blatter tampak seperti negarawan berwibawa bila dibandingkan.


3. Dekat dengan Donald Trump

Presiden FIFA, Gianni Infantino (tengah), tertawa saat Presiden AS, Donald Trump, memegang kartu merah selama pertemuan di Oval Office Gedung Putih pada Selasa (28/8). Presiden FIFA bertemu Trump untuk membahas kesiapan Piala Dunia 2026. (AFP/Mandel Ngan)

Hubungan Infantino dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, juga menimbulkan banyak tanda tanya.

Kendati kebijakan Trump, seperti pembatasan visa bagi warga Iran dan pernyataan keras terhadap beberapa kota tuan rumah Piala Dunia 2026, menyulitkan FIFA, Infantino justru tampak terlalu akrab dengan sang presiden.

Ia bahkan membuka kantor FIFA di Trump Tower dan kerap muncul di media dengan sikap yang dinilai terlalu menyanjung.

Kritik pun muncul bahwa Infantino tampak lebih lunak dibandingkan Blatter, terutama dalam menghadapi pemimpin berpengaruh seperti Trump maupun pemerintah Arab Saudi.


4. Gagasan Pertunjukan Paruh Waktu

Logo FIFA terpasang bersama lambang klub peserta menjelang laga pembuka Club World Cup 2025 di Miami, Florida (AP Photo/Rebecca Blackwell)

Untuk pertama kalinya, final Piala Dunia 2026 rencananya akan menampilkan half-time show ala Super Bowl, lengkap dengan daftar artis pilihan Coldplay.

Langkah ini memicu reaksi keras dari pencinta sepak bola. Mereka menilai Infantino mencoba menjual sepak bola seperti hiburan komersial, bukan lagi olahraga rakyat dunia.

"Apakah ada penggemar bola yang benar-benar meminta hal ini?" begitu kritik yang banyak beredar.

Bagi banyak orang, keputusan ini memperlihatkan bahwa pertandingan bukan lagi prioritas utama di mata sang presiden FIFA.


5. Menghindar dari Media

Presiden FIFA, Gianni Infantino mengumumkan Brasil sebagai tuan rumah Piala Dunia Wanita 2027 dalam Kongres FIFA ke-74 di Bangkok pada 17 Mei 2024. (Manan Vatsyayana/AFP)

Berbeda dengan Blatter yang masih berani menjawab pertanyaan di konferensi pers, Infantino kini jarang tampil menghadapi jurnalis.

Era kepemimpinannya disebut sebagai masa "presiden FIFA ala media sosial", yap, lebih sering memberikan pernyataan di Instagram, dengan kolom komentar terbatas hanya bagi penggemar yang memuji.

Kini, publik hanya mendapat pengumuman satu arah tanpa ruang tanya-jawab. Transparansi FIFA pun dinilai makin menurun.

 


6. FIFA Jadi Ajang Selebritas

Salt Bae (Sumber: Instagram/nusr_et)

Infantino juga dikritik karena menjadikan FIFA seperti panggung selebritas.

Ia kerap muncul bersama tokoh-tokoh viral seperti YouTuber iShowSpeed hingga koki seleb Salt Bae, yang sempat ikut menyerobot momen Messi mengangkat trofi Piala Dunia di Qatar.

Kehadiran figur-figur seperti ini dianggap mencoreng kesakralan momen sepak bola.

Banyak pihak menilai turnamen di era Infantino makin kehilangan wibawa dan terlalu berorientasi pada sensasi.


7. Wajahnya di Album Stiker

Presiden Induk Asosiasi Sepakbola Dunia (FIFA), Gianni Infantino, memberikan keterangan bersama usai bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Selasa (18/10/2022). pemerintah dan FIFA sepakat melakukan tranformasi sepakbola Indonesia secara menyeluruh. Jokowi menekankan pemerintah ingin memastikan pertandingan sepakbola Indonesia kedepannya sesuai standar keamanan FIFA. (AP Photo/Achmad Ibrahim)

Hal sepele, tetapi simbolik: wajah Gianni Infantino muncul di album stiker Panini edisi terbaru.

Kendati tampak remeh, banyak yang menilai ini cerminan kepribadiannya yang haus sorotan.

Tak ada anak kecil yang bermimpi menemukan stiker seorang pejabat FIFA di antara koleksi bintang seperti Kylian Mbappe atau Erling Haaland.

Satu komentar sinis dari penggemar menggambarkannya tepat: "Satu-satunya stiker yang membuatmu ingin menutup album".

 

Sumber: Planet Football

Berita Terkait