Bola.com, Jakarta - Josko Gvardiol kini dikenal sebagai salah satu bek terbaik di dunia dan bagian penting dari kesuksesan Manchester City. Namun, di balik karier gemilang saat ini, tersimpan kisah tak terduga: Sang pemain asal Kroasia itu hampir meninggalkan sepak bola untuk menekuni basket ketika masih remaja.
Sebelum menjadi bintang di Premier League, Josko Gvardiol sempat meragukan masa depannya di sepak bola. Saat masih membela tim muda Dinamo Zagreb, ia jarang mendapat kesempatan bermain hingga kehilangan semangat.
Dalam wawancara dengan BBC, bek berusia 23 tahun itu mengungkapkan saat berusia 16 tahun, ia hampir beralih ke olahraga lain yang juga populer di Kroasia, bola basket.
“Saya sempat berpikir untuk berhenti karena saya juga menyukai basket. Saat itu saya tidak lagi merasa bahagia setiap kali datang ke tempat latihan. Semua teman saya bermain basket, dan saya ingin mencari sesuatu yang membuat saya merasa lebih bahagia,” ungkap Gvardiol.
Untungnya, ia memutuskan untuk bertahan dan terus bekerja keras. Kesabaran itu akhirnya membuahkan hasil ketika ia menembus tim utama Dinamo Zagreb dan membantu klub meraih gelar juara liga secara beruntun.
Perjalanan Menuju Eropa dan Panggilan dari Guardiola
Penampilan impresifnya di Kroasia menarik perhatian klub-klub Eropa, dan pada 2021, RB Leipzig merekrutnya dengan mahar 16 juta pound, menjadikannya transfer termahal dalam sejarah pemain remaja Kroasia saat itu.
Dua musim di Bundesliga menjadi batu loncatan besar. Pada 2023, Pep Guardiola membawa Gvardiol ke Manchester City dengan nilai transfer 77 juta pound, menjadikannya salah satu bek termahal di dunia.
“Mimpi saya memang menjadi pesepak bola profesional, tapi saya tidak pernah membayangkan bisa sejauh ini," ujar Josko Gvardiol.
"Kalau lima tahun lalu seseorang bertanya apakah saya melihat diri saya bermain untuk Manchester City pada 2023 atau 2024, saya akan bilang ‘tidak mungkin’,” lanjutnya.
Bertahan, Berjuang, dan Menjadi Pilar Man City
Sejak tiba di Etihad Stadium, Josko Gvardiol langsung menunjukkan kualitasnya. Selain tangguh dalam bertahan, ia juga kerap mencetak gol penting, total 11 gol dalam dua musim terakhir.
Musim lalu, ia tampil di 55 dari 61 pertandingan Man City dan hanya absen selama 140 menit di Premier League. Meski sempat mengalami cedera lutut, Gvardiol tetap memaksakan diri untuk bermain demi membantu tim.
“Musim lalu saya berpikir, tidak peduli bagaimana kondisi saya, fit atau tidak, saya hanya ingin bermain dan berjuang untuk tim," ujar Gvardiol.
"Saya benar-benar merasakannya di tubuh saya, terutama pada musim panas, tapi kini lutut saya sudah pulih setelah enam bulan,” jelasnya.
Dari Keraguan ke Kejayaan
Kini, Josko Gvardiol menjadi contoh nyata bagaimana tekad dan ketekunan bisa mengubah nasib seorang pemain muda.
Dari remaja yang hampir menyerah di Zagreb, ia kini berdiri di puncak sepak bola dunia bersama Manchester City dan Pep Guardiola.
Perjalanan Gvardiol menjadi pengingat bahwa di balik setiap bintang besar, selalu ada masa kelam yang nyaris membuat mereka berhenti bermimpi.
Sumber: Mirror