Pengamat Soroti Rencana Danantara Suntik Rp30 Triliun ke Garuda Indonesia

Pengamat bereaksi dengan rencana Danantara menyuntikan dana segar sebesar Rp30 triliun ke Garuda Indonesia.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 03 November 2025, 08:20 WIB
Pesawat Garuda Indonesia. (Foto: Garuda Indonesia)

Bola.com, Jakarta - Rencana Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) untuk menyuntikkan modal Rp30 triliun ke PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menuai sorotan.

Analis Kebijakan Transportasi, Azas Tigor Nainggolan, menilai langkah ini tidak akan menyelesaikan masalah mendasar yang dihadapi maskapai nasional tersebut.

Advertisement

"Membaca berita bahwa Danantara suntik Rp30 triliun ke Garuda lewat private placement, upaya BPI Danantara untuk membantu penyehatan kinerja PT Garuda Indonesia adalah salah besar," kata Azas dalam keterangan persnya di Jakarta, Minggu (2-11-2025), dikutip dari Liputan6.com.


Bukan Hanya Kekurangan Dana

Ilustrasi pesawat Garuda Indonesia. (dok. Biro Komunikasi Publik Kemenpar)

Menurut Azas, persoalan Garuda Indonesia bukan sekadar soal modal, tetapi krisis kepercayaan dan tata kelola manajemen yang lemah.

Ia menekankan, penyehatan seharusnya dimulai dari memperbaiki kepercayaan mitra bisnis dan publik.

"Selama kepercayaan itu belum dipulihkan, berapa pun uang yang disuntikkan hanya akan habis tanpa hasil. Menyuntikkan Rp30 triliun kepada manajemen Garuda hanya untuk memberi makan dan kemungkinan dihabiskan oleh oknum yang sama selama ini," ujarnya.

Azas menyarankan pemerintah lebih efektif bila fokus menyelesaikan utang Garuda kepada mitra bisnis dan menuntaskan kasus korupsi yang menjerat perusahaan. Langkah ini diyakini lebih mampu memulihkan kepercayaan konsumen terhadap Garuda di masa depan.

"Seharusnya pemerintah langsung membayar utang kepada mitra bisnis Garuda dan menyelesaikan tuntas kasus korupsinya agar mereka percaya pada prospek bisnis penerbangan Garuda ke depan," jelasnya.


Armada Minim

Pesawat Garuda Indonesia. (Foto: Garuda Indonesia)

Kondisi terkini Garuda masih jauh dari aman. Maskapai ini disebut hanya mampu mengoperasikan sekitar 40 pesawat, jumlah yang terlalu kecil untuk bersaing di pasar penerbangan internasional.

"Keterbatasan armada terjadi karena Garuda sangat sulit menambah pesawat baru. Perusahaan leasing enggan memberikan utang sewa pesawat baru karena trauma dengan utang lama yang belum tuntas," kata Azas.

Ia menambahkan, perusahaan penyewaan takut Garuda gagal membayar biaya sewa tepat waktu.

"Utang yang ada sekarang saja tertunda hingga 30 tahun tanpa mekanisme pembayaran yang jelas," imbuhnya.

Minimnya armada, menurut Azas, menjadi beban berat bagi operasional Garuda yang sedang berjuang bertahan di tengah persaingan penerbangan yang ketat.

 

Sumber: merdeka.com

Berita Terkait