VAR Terlibat dalam Beberapa Keputusan Penalti, Mengapa Tidak Semua?

Tugas utama VAR bukan untuk menciptakan konsistensi absolut, melainkan untuk menilai setiap insiden secara individual berdasarkan keputusan wasit di lapangan.

BolaCom | Benediktus Gerendo PradigdoDiterbitkan 12 November 2025, 07:45 WIB
Ilustrasi keputusan tidak ada penalti lewat VAR di Premier League. (AFP/Ian Kington)

Bola.com, Jakarta - Akhir pekan lalu menjadi momen penuh perdebatan di Premier League setelah sejumlah keputusan penalti, mulai dari yang diberikan, dibatalkan, hingga diabaikan, kembali menimbulkan pertanyaan tentang konsistensi dari Video Assistant Referee (VAR).

Namun, perlu dipahami bahwa tugas utama VAR bukan untuk menciptakan konsistensi absolut, melainkan untuk menilai setiap insiden secara individual berdasarkan keputusan wasit di lapangan. Hal itu bisa membuat dua situasi yang tampak mirip bisa menghasilkan keputusan berbeda tergantung pada konteks dan interpretasi.

Advertisement

Insiden paling ramai terjadi dalam duel antara Man City kontra Liverpool di Etihad Stadium yang berakhir dengan skor telak 3-0 untuk kemenangan tuan rumah.

Ketika Jeremy Doku dijatuhkan kiper Giorgi Mamardashvili di kotak penalti pada menit kesembilan, wasit Chris Kavanagh awalnya tidak memberikan penalti. Namun, setelah ditinjau oleh VAR, keputusan diubah dan penalti diberikan.

Padahal, kontak yang terjadi sangat kecil. Lalu, mengapa kali ini VAR turun tangan? Kuncinya ada pada konsep yang disebut “contact with consequence” — atau “kontak dengan konsekuensi”.

VAR menilai apakah kontak tersebut secara alami memengaruhi keseimbangan atau kemampuan pemain untuk melanjutkan permainan, atau apakah pemain menambah dramatisasi untuk mendapatkan pelanggaran.

Dalam kasus Doku, ia terlihat berusaha tetap berdiri dan menembak, bukan mencari penalti. Artinya, kontak kecil dari kiper benar-benar mengganggu kontrol bola secara alami, sehingga VAR menilai penalti memang pantas diberikan.

Meski demikian, bagi sebagian penggemar, keputusan ini tetap terasa “lunak” dan memicu perdebatan.

 
 

Mengapa Dango Ouattara Tidak Dapat Penalti?

Sebaliknya, dalam laga lain yang mempertemukan Newcastle United dan Brentford, Dan Burn tidak dijatuhi hukuman ketika menabrak Dango Ouattara. Bahkan pemain Brentford itu justru dihukum kartu kuning karena diving.

Lalu apa bedanya dengan insiden Doku? Lagi-lagi, jawabannya ada pada niat dan cara pemain jatuh. Menurut panduan Premier League, VAR menilai apakah cara pemain terjatuh sejalan dengan besarnya kontak.

Pada insiden tersebut, Ouattara dinilai terlalu teatrikal dalam jatuhnya, seolah mencari penalti, bukan karena kehilangan keseimbangan alami. Ini membuat VAR tidak memiliki dasar kuat untuk membatalkan keputusan wasit di lapangan.

Sebagai perbandingan, panel insiden kunci Premier League (KMI) pernah menilai kasus serupa antara Arsenal dan Leeds United.

Dalam insiden itu, kontak kecil dinilai nyata tetapi tidak cukup signifikan untuk menjadi penalti, sehingga VAR juga tidak ikut campur meski keputusan awal wasit dinilai keliru.


Kapan VAR Boleh Meninjau Kartu Kuning?

Wasit Craig Pawson sedang melihat monitor VAR dalam laga antara Chelsea kontra Tottenham Hotspur pada laga pekan ke-30 Premier League 2024/2025 di Stamford Bridge, Jumat (4/4/2025) dini hari WIB. Craig Pawson tercatat menganulir dua gol dalam pertandingan yang berakhir 1-0 untuk kemenangan Chelsea itu. (AP Photo/Ian Walton)

Banyak yang mengira VAR tidak bisa meninjau kartu kuning, tapi sebenarnya ada pengecualian tertentu.

Contohnya, pada laga Brighton vs Crystal Palace, Georginio Rutter mendapat kartu kuning karena berpura-pura jatuh. VAR meninjau tayangan ulang dan menemukan tidak ada kontak sama sekali dari pemain lawan, sehingga penalti dibatalkan dan kartu kuning tetap dipertahankan karena niat menipu wasit terbukti.

Namun, dalam kasus seperti Ouattara, VAR hanya bisa meninjau insiden jika mereka menganggap seharusnya penalti diberikan. Jika tidak, mereka tidak berwenang mengubah keputusan kartu kuning untuk simulasi semata.

Mulai musim depan, Premier League akan mengizinkan peninjauan untuk kartu kuning kedua, yang berarti kartu kuning karena simulasi bisa dicabut jika terbukti salah, tapi tidak berlaku untuk kartu kuning pertama.

Selain itu, jika penalti yang menyebabkan kartu kuning dibatalkan, maka kartu kuning juga otomatis dihapus. Sebaliknya, dalam peninjauan kartu merah, wasit bisa menurunkan sanksi menjadi kartu kuning jika dianggap pelanggaran tidak cukup berat.


VAR Bukan Alat Konsistensi, tapi Koreksi

Meski sempat terindikasi offside, gol Georginio Wijnaldum tetap disahkan usai wasit Andreas Ekberg memeriksa ulang lewat rekaman VAR. PSG pun unggul 2-1 hingga babak pertama usai. (AP/Michael Sohn)

 

Perbedaan keputusan yang tampak kontradiktif sering membuat penggemar bingung dan frustrasi.

Namun, perlu diingat VAR berfungsi untuk menilai kesalahan yang jelas dan nyata, atau clear and obvious error, bukan untuk menyeragamkan semua situasi serupa. Dengan kata lain, VAR menilai konteks, bukan hanya kontak.

Meski Doku mendapat penalti dan Ouattara tidak, keduanya tetap dinilai berdasarkan dampak kontak dan niat pemain, dua elemen utama yang terus menjadi bahan perdebatan dalam dunia sepak bola modern.

Sumber: BBC

Berita Terkait