Bola.com, Jakarta - Manchester United harus menerima kenyataan pahit. Benjamin Sesko, penyerang anyar mereka seharga £74 juta, dipastikan absen selama empat minggu karena cedera lutut. Cedera itu didapatkan pada menit akhir babak kedua saat United bermain imbang 2-2 melawan Tottenham Hotspur di Stadion Tottenham Hotspur, Minggu pekan lalu. Hasil scan memang menunjukkan bahwa cedera tidak separah dikhawatirkan awalnya, tapi itu tetap berarti United kehilangan striker utama mereka dalam momen krusial.
Absennya Sesko selama sekitar satu bulan berarti pelatih Ruben Amorim harus kehilangan jasa striker Slovenia dalam lima pertandingan penting. Dimulai dari laga kandang melawan Everton pada Senin depan, kemudian lawatan ke Selhurst Park menghadapi Crystal Palace, lalu laga berturut-turut melawan West Ham United, Wolverhampton Wanderers, dan Bournemouth. Rentetan pertandingan ini sangat penting bagi Amorim yang ingin memperpanjang rekor timnya yang saat ini sedang tak terkalahkan dalam lima laga terakhir.
Dilema Amorim tidak berhenti sampai situasi cedera Sesko. Pada pertengahan bulan depan, ia juga harus kehilangan tiga pemain kuncinya yang dipanggil untuk Piala Afrika 2026 di Maroko. Bryan Mbeumo dan Amad Diallo akan memperkuat Kamerun serta Pantai Gading, sementara bek Noussair Mazraoui juga akan ikut membela Maroko. Kombinasi cedera dan tugas internasional ini memaksa Amorim untuk berpikir kreatif dalam menyusun lini serang timnya.
Sebelumnya, Amorim memang sudah menunjukkan fleksibilitas taktis dengan menggunakan beberapa pemain di posisi yang tidak biasa. Namun, menghadapi lima pertandingan tanpa striker natural membutuhkan solusi yang lebih matang. Kita analisis empat opsi yang bisa dipilih oleh pelatih asal Portugal tersebut untuk mengisi kekosongan posisi penyerang tengah.
Matheus Cunha sebagai False Nine
Amorim sudah terbukti percaya pada kemampuan Matheus Cunha untuk bermain sebagai false nine. Gaya bermain ini sudah diperlihatkan efektivitasnya saat United mengalahkan Liverpool 2-1 di Anfield bulan lalu. Pada pertandingan tersebut, Amorim sengaja ingin menarik Virgil van Dijk dan Ibrahima Konate keluar dari posisi mereka, sekaligus menghindari Sesko terlibat duel fisik langsung dengan duo bek Liverpool itu.
Pendekatan serupa juga diterapkan saat United menghadapi Arsenal di pertandingan pembuka musim ini. Meski kalah 1-3, United tampil lebih dominan dan dinamis di lini depan. Melawan Tottenham pekan lalu, Cunha juga yang dimainkan sebagai starter di posisi penyerang, dengan Sesko baru masuk di menit ke-60.
Kelebihan menggunakan Cunha di posisi ini adalah ketidakpastian yang diciptakan bagi bek tengah lawan. Mereka tidak yakin apakah harus tetap di posisi atau keluar menekan. Cunha yang memiliki kualitas teknik tinggi bisa memicu transisi serangan cepat, sementara kecepatan Mbeumo dan Amad di sayap bisa dimanfaatkan untuk menembus pertahanan.
Masalahnya, skema ini kurang efektif melawan tim yang lebih suka bertahan dalam. Bila lawan menggunakan low block, ruang di belakang bek hampir tidak ada. Sebagian besar pertandingan United ke depan justru akan menghadapi tim-tim yang lebih tertutup. Tampa penyerang tengah klasik, United kehilangan unsur kejutan karena lawan bisa lebih mudah membaca pola serangan.
Optimalkan Joshua Zirkzee
Nama Joshua Zirkzee mungkin sudah terlupakan di telinga banyak penggemar United. Pemain berusia 23 tahun itu hanya bermain total 82 menit di Premier League musim ini dan sekarang dikaitkan dengan kepindahan pinjaman kembali ke Italia pada Januari 2026. Padahal, ia didatangkan dari Bologna dengan harga £36,5 juta pada musim panas 2024 silam.
Zirkzee sebenarnya didatangkan sebagai striker, tetapi masalahnya ia tampak lebih nyaman bermain di posisi nomor 10 yang lebih dalam. United sudah memiliki banyak pemain di posisi itu, sehingga Zirkzee kesulitan mendapatkan menit bermain. Namun, dengan tinggi 193 cm, ia memiliki profil fisik yang berbeda dari penyerang lain yang tersedia.
Amorim bisa memanfaatkan Zirkzee sebagai target man yang bisa menjadi pivot serangan. Namun, pertanyaannya adalah seberapa siap ia secara fisik dan mental setelah minimnya menit bermain musim ini. Ketajamannya juga menjadi tanda tanya karena ia benar-benar jarang tampil.
Meski begitu, dengan Mbeumo dan Amad yang akan pergi ke AFCON bulan depan, Amorim sangat mungkin membutuhkan Zirkzee periode Natal nanti. Oleh karena itu, semakin cepat ia bisa mendapatkan ritme permainan, semakin baik bagi tim.
Bryan Mbeumo, Top Scorer yang Tak Bisa Dipegang Lama
Bryan Mbeumo saat ini menjadi top scorer United dengan koleksi enam gol. Ia jelas menjadi ancaman gol terbesar di skuat Amorim. Pengalaman bermain sebagai penyerang tengah bersama Brentford membuatnya memiliki pemahaman yang kuat tentang peran tersebut. Jika diminta memimpin lini depan, ia akan menawarkan sesuatu yang lebih dekat dengan striker tradisional daripada Cunha, berkat kecepatan dan insting mencetak golnya.
Penempatan Mbeumo di posisi ini akan membebaskan Cunha, Amad, atau Mason Mount untuk bermain di posisi nomor 10 di belakangnya. Namun, ironisnya, saat Sesko kembali dari cedera, United justru akan kehilangan Mbeumo ke AFCON. Ini berarti Amorim harus sangat bijak dalam mengelola pemain asal Kamerun ini dalam beberapa pekan ke depan sebelum ia terbang ke Maroko.
Rotasi Cerdas dengan Mason Mount
Amorim sangat menyukai Mason Mount dan hal ini bukan rahasia. Dengan Sesko absen, serta Mbeumo dan Amad yang akan segera pergi, ini bisa jadi momen tepat bagi pemain asal Inggris itu untuk benar-benar bersinar. Memiliki Mount, Cunha, dan Mbeumo dalam rotasi constant bisa menjadi senjata ampuh yang akan dimanfaatkan Amorim.
Mount yang memiliki visi dan work rate tinggi bisa bergerak fleksibel di lini depan. Ditambah dengan Amad dan Patrick Dorgu yang menawarkan kecepatan di posisi wing back, United masih memiliki potensi ofensif yang cukup mengancam. Meski terlihat tidak mungkin Amorim akan beralih dari sistem 3-4-2-1 andalannya ke 4-2-3-1 atau 4-3-3, ia mungkin harus kreatif dengan personel yang ada untuk membuka pertahanan lawan yang memilih bertahan dalam.
Pertandingan melawan Palace di Selhurst Park akan sangat menarik karena itu akan mempertemukan Amorim dengan Oliver Glasner, pelatih Premier League lain yang juga penganut sistem 3-4-2-1. Duel taktis antara dua pelatih yang memiliki filosofi serupa ini akan menjadi ujian seberapa jauh United bisa beradaptasi tanpa striker natural.