Bisakah Arne Slot Mencegah Liverpool Jadi Juara Bertahan Terburuk di Liga Inggris?

Kekalahan demi kekalahan, bisakah Arne Slot menyelamatkan Liverpool dari rekor buruk?

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 26 November 2025, 17:30 WIB
Manajer Liverpool Arne Slot. (c) AP Photo/Ian Walton

Bola.com, Jakarta - Liverpool menggelontorkan dana 450 juta paun (sekitar Rp9,8 triliun) untuk mendatangkan pemain anyar pada musim panas lalu demi mempertahankan dominasi mereka di sepak bola Inggris setelah meraih gelar liga ke-20.

Namun, setelah melewati 12 pertandingan dalam perjalanan mempertahankan gelar yang bergejolak, skuad Arne Slot justru berada di jalur yang bisa menjadikan mereka juara bertahan terburuk dalam sejarah Premier League.

Advertisement

Slot, yang musim lalu dipuji sebagai penerus ideal Jurgen Klopp setelah membawa Liverpool memasuki era baru tanpa banyak perubahan, kini menghadapi tantangan yang sangat berbeda.

Pelatih berusia 47 tahun itu sedang kesulitan, dan performa timnya justru berpotensi menciptakan catatan sejarah yang tidak diinginkan.

Ketajaman Mohamed Salah memudar, sementara dua rekrutan besar musim panas, Alexander Isak dan Florian Wirtz, masing-masing berharga lebih dari 100 juta paun, belum memberikan dampak sesuai ekspektasi.

Di lini belakang, Ibrahima Konate menjadi simbol keroposnya pertahanan, dengan Liverpool kebobolan lebih banyak gol liga daripada jumlah gol yang berhasil mereka cetak.


Aura Juara Bertahan Runtuh

Ekspresi pemain Liverpool ketika kalah 0-3 dari Nottingham Forest pada laga pekan ke-12 Premier League 2025/2026 - AP Photo/Ian Hodgson

Aura tak tersentuh Liverpool sebagai juara bertahan pun runtuh, bahkan di Anfield. Kekalahan 0-3 dari Nottingham Forest pada Sabtu lalu menandai kali pertama sejak 1965 Liverpool tumbang dalam dua laga liga beruntun dengan selisih tiga gol.

Itu adalah kekalahan keenam dari tujuh laga Premier League sejak 27 September, periode yang menyeret mereka dari puncak klasemen hingga terlempar ke posisi ke-11.

Dalam sejarah Premier League, hanya Chelsea besutan Jose Mourinho pada 2014/15 yang memiliki awal lebih buruk dalam mempertahankan gelar, dengan tujuh kekalahan dari 12 laga pertama.

Rentetan hasil buruk itu berujung pada pemecatan Mourinho pada Desember 2015, hanya tujuh bulan setelah mengantar timnya juara.

Blackburn Rovers (juara 1994/95) dan Leicester City (2015/16) juga sempat menelan enam kekalahan dalam 12 pertandingan awal sebagai juara bertahan.

Blackburn mampu bangkit dan finis ketujuh pada 1995/96, sementara Leicester, yang memecat Claudio Ranieri pada Februari 2017, finis di peringkat ke-12 dan mencatat posisi akhir terburuk yang pernah dialami juara bertahan Premier League, dua tingkat lebih rendah daripada Chelsea setahun sebelumnya.

Kini muncul pertanyaan besar: apakah Liverpool akan terjerumus seperti Leicester yang finis di papan bawah? Atau mampukah Slot menghentikan tren negatif ini dan mengarahkan kembali timnya menuju hasil yang lebih baik?


Tak Sesederhana Itu

Pemain Liverpool, Virgil van Dijk, tampak lesu setelah golnya ke gawang Manchester City dianulir wasit pada lanjutan Liga Inggris di Etihad Stadium, Minggu (09/11/2025) malam WIB. (AP Photo/Jon Super)

Secara teori, Liverpool masih memiliki peluang untuk bangkit dan kembali menembus empat besar. Namun, sepak bola tak pernah sesederhana itu.

Jika logikanya lurus maka Chelsea, Blackburn, atau Leicester tidak akan mengalami kejatuhan sedrastis itu. Tekanan pun kini tertuju pada Slot untuk segera membalikkan keadaan.

"Sudah tentu ada jalan keluar, terutama dengan kualitas pemain yang kami miliki," ujar Slot setelah kekalahan dari Forest.

"Tapi, saya ingin menegaskan bahwa saya bertanggung jawab atas kekalahan-kekalahan ini. Anda bertanggung jawab saat menang, tapi juga bertanggung jawab saat kalah. Saya tidak akan pernah bisa menemukan cukup alasan untuk membenarkan hasil seperti ini. Itu jauh dari standar yang seharusnya, dan saya bertanggung jawab atas itu," tuturnya.

Kapten tim, Virgil van Dijk, memberikan penilaian yang lebih keras terkait masalah tim, sambil menyinggung bahwa para pemain juga harus mengakui porsi tanggung jawab mereka dan mempertanyakan apakah seluruh skuad benar-benar sudah melakukan yang terbaik.

"Sebagai juara, kami tidak bisa berada di situasi seperti sekarang, tapi ini faktanya," kata bek tengah tersebut.

"Apa yang akan kami lakukan? Kami akan mencoba membalikkannya, dan itu harus menjadi mentalitas semua orang. Yang paling penting bagi saya adalah semua harus mengambil tanggung jawab. Apakah semua melakukannya? Saya tidak tahu. Tapi, itu harus dilakukan," imbuh bek asal Belanda itu.


Belum Ada Solusi Jelas

Pelatih Liverpool asal Belanda, Arne Slot (tengah), menyaksikan bek Liverpool asal Italia #15, Giovanni Leoni, dibawa keluar lapangan dengan tandu setelah mengalami cedera dalam pertandingan putaran ketiga Piala Liga Inggris antara Liverpool dan Southampton di Anfield, Liverpool, Inggris barat laut, Rabu (24-9-2025) dini hari WIB. (Paul ELLIS/AFP)

Slot menghadapi banyak masalah, tetapi tidak semuanya memiliki solusi jelas.

Di lini belakang, Konate tampil jauh di bawah standar, tetapi Slot praktis tidak memiliki alternatif. Gagalnya transfer Marc Guehi dari Crystal Palace pada tenggat bursa kini terasa sebagai pukulan besar.

Selain itu, cedera ligamen yang menimpa bek muda Giovanni Leoni. pemain 18 tahun yang didatangkan dari Parma. pada September dan membuatnya absen hingga musim depan, sering luput dari sorotan.

Namun, turunnya performa Konate turut memengaruhi Van Dijk, begitu pula absennya Alisson Becker dalam jangka panjang sebelum kembali bermain saat kalah dari Forest.

Di pos bek kiri, Slot terlambat menyadari bahwa Milos Kerkez masih terlalu mentah untuk menggantikan Andy Robertson. Sementara di kanan, kepergian Trent Alexander-Arnold ke Real Madrid terasa makin berat setiap pekan, memaksa Liverpool kerap mengandalkan Dominik Szoboszlai sebagai bek darurat.

Dengan pertahanan yang tak stabil, para gelandang Liverpool kesulitan menjalankan peran mereka, terutama ketika Wirtz dimainkan. Gelandang Jerman itu belum mencatat satu pun gol atau assist dalam 11 laga Premier League, meski memiliki dua assist di empat laga Liga Champions.

Usianya yang masih 22 tahun terlihat dalam kesulitannya menyesuaikan diri dengan intensitas dan fisik liga Inggris, dan para lawan kini mulai mengeksploitasi kelemahannya.


Kembali ke Slot

Striker Mesir nomor punggung 11 Liverpool, Mohamed Salah (kanan), bereaksi saat para pemain Nottingham Forest (belakang kiri) merayakan gol ketiga mereka dalam pertandingan Premier League Inggris antara Liverpool dan Nottingham Forest di Anfield, Liverpool, Inggris barat laut, pada 22 November 2025. (Darren Staples/AFP)

Di lini depan, situasinya tak kalah buruk. Isak belum mencetak satu pun gol liga sejak datang dari Newcastle United, dan performanya mulai memantik kekecewaan dari tribune Anfield.

Salah, yang musim lalu menjadi Pemain Terbaik, kini tampil seperti sosok yang mungkin menyesal bertahan alih-alih pindah pada musim panas.

Sedangkan Hugo Ekitike, yang sempat dinilai rekrutan paling menjanjikan, baru mengemas satu gol dari sembilan penampilan, dan belum mencetak gol Premier League dalam lebih dari dua bulan.

Absennya Salah bulan depan karena Piala Afrika 2025 bersama Timnas Mesir mungkin bisa membuka peluang bagi Slot untuk memberikan tanggung jawab lebih besar kepada Isak, Wirtz, dan Ekitike. Namun, sejauh ini, tidak ada tanda-tanda ketiganya siap menjawab tantangan itu.

Pada akhirnya, semuanya kembali pada Slot: ia harus menarik Liverpool keluar dari situasi ini dan memastikan timnya tidak menutup musim sebagai juara bertahan terburuk dalam sejarah Premier League.

 

Sumber: ESPN

Berita Terkait