6 Bintang Sepak Bola yang Performanya Merosot Dramatis setelah Perpanjang Kontrak: Terbaru Ada Mohamed Salah

Berikut ini peringkat enam pesepak bola terkenal yang performanya merosot drastis setelah menandatangani kontrak baru dengan klub mereka.

BolaCom | Yus Mei SawitriDiterbitkan 11 Desember 2025, 09:00 WIB
Pemain Liverpool, Mohamed Salah memberikan tepuk tangan kepada para penonton setelah laga Liga Champions 2025/2026 melawan PSV di Anfield, Liverpool, Rabu (26/11/2025) waktu setempat. (AP Photo/Jon Super)

Bola.com, Jakarta - Beberapa bintang sepak bola dunia kadang performanya langsung meroket setelah menandatangani perpanjangan kontrak. Namun, ada juga yang sebaliknya. 

Sejumlah pemain top malah melempem atau performanya menukik setelah meneken kontrak baru. Ada buktinya dalam beberapa tahun terakhir. 

Advertisement

Para pemain dari Arsenal, Liverpool, dan Manchester United termasuk di antara mereka yang performanya anjlok segera setelah menandatangani perpanjangan kontrak besar.

Sudah menjadi sifat manusia untuk bekerja mati-matian ketika masa depan pekerjaan dipertaruhkan, lalu secara tidak sadar mulai mengendur setelah keamanan itu terjamin.

Berikut ini peringkat enam pesepak bola terkenal yang performanya merosot drastis setelah menandatangani kontrak baru dengan klub mereka.   


6. Mark Viduka

Eks Pemain Leeds United: Harry Kewell dan Mark Viduka. (Bola.com/Dody Iryawan)

Mark Viduka adalah tipe penyerang yang sulit dihentikan saat berada dalam performa terbaiknya. Itu terbukti saat dirinya bermain di Timnas Australia atau ketika merumput di Leeds United. Penggemar Liverpool bisa membenarkan hal itu.

Namun Viduka sangat sulit dihentikan pada periode ketika ia dan agennya sedang berupaya mendapatkan kontrak baru.

Ia menjalani karier di Premier League yang luar biasa. Tetapi siapa yang tahu apakah ia bisa mencapai level kehebatan ala Alan Shearer jika klub-klubnya dengan cerdik hanya memberinya perpanjangan kontrak satu tahun setiap musim.   


5. Marcus Rashford

Striker Manchester United asal Inggris bernomor punggung 10, Marcus Rashford, bertepuk tangan kepada para penggemar setelah pertandingan Liga Primer Inggris antara Manchester United dan Newcastle United di Old Trafford di Manchester, Inggris barat laut, pada 31 Desember 2024. Newcastle memenangkan pertandingan dengan skor 2-0. (Darren Staples/AFP)

Ada periode sekitar enam minggu setelah jeda Piala Dunia, di pertengahan musim 2022/2023, ketika Rashford mungkin merupakan pemain dengan performa terbaik di Eropa.

Lulusan akademi Carrington itu menutup musim dengan meraih penghargaan Sir Matt Busby Player of the Year pertamanya, setelah mencetak 30 gol di semua kompetisi. Ini rekor terbaik dalam kariernya.

Rashford juga mencetak gol dalam kemenangan final Piala Liga melawan Newcastle. Ia menjadi top skor Manchester United ketika mereka finis di posisi ketiga yang menjanjikan pada musim pertama Erik ten Hag sebagai pelatih.

Dengan pencapaian tersebut, tidak heran bila MU mengikat aset bintang mereka itu, bahkan dengan gaji sangat tinggi, pada musim panas 2023.

Rashford menandatangani kontrak hingga 2028, menjadikannya salah satu pemain dengan bayaran tertinggi di Premier League.

Sayangnya, performanya langsung menurun setelah itu. Ia hanya mampu mencetak delapan gol dalam 43 penampilan ketika Manchester United terseok-seok hingga finis di posisi kedelapan.

Kini ia dipinjamkan ke Barcelona dan tampaknya kecil kemungkinan akan bermain lagi untuk klub masa kecilnya tersebut.   


4. Mesut Ozil

1. Mesut Ozil (Arsenal) - Pemain asal Jerman ini belum tampil pada laga kompetitif Arsenal di musim ini. Sejak Maret 2020, Ozil sudah tidak pernah terlihat di lapangan dan tidak masuk dalam daftar skuad Arsenal untuk Liga Ingrris dan Liga Europa pada musim ini. (AFP/Ian Kington/IKIMAGES)

Selama tahun-tahun terakhir Arsene Wenger di Arsenal, mereka berada dalam posisi yang tidak mengenakkan. Dua pemain terbaik dan paling penting dalam skuad The Gunners mendekati masa akhir kontrak mereka.

Keputusan untuk membiarkan Alexis Sanchez pergi ke Manchester United terasa menyakitkan dan tidak populer pada saat itu. Tetapi ternyata menjadi langkah jitu jika melihat bagaimana karier sang pemain berkembang setelahnya.

Dengan melihat ke belakang, mungkin akan lebih baik jika mereka melakukan hal yang sama terhadap Mesut Ozil.

Sepuluh hari setelah kepergian Sanchez pada Januari 2018, gelandang kreatif itu menandatangani kontrak berdurasi tiga setengah tahun yang menjadikannya pemain dengan bayaran tertinggi dalam sejarah klub.

Ozil masih memiliki beberapa momen bagus setelah itu. Namun, ia tidak lagi menjadi mesin assist yang memukau seperti saat masa jayanya.

Pada akhirnya, ia disingkirkan oleh mantan rekan setimnya, Mikel Arteta, dan kontraknya pun diakhiri enam bulan lebih awal.

Jelas bukan itu yang mereka bayangkan.   


3. Mohamed Salah

Penyerang Liverpool asal Mesir bernomor punggung 11, Mohamed Salah, merayakan gol pembuka dalam pertandingan Premier League Inggris antara Liverpool dan Aston Villa di Anfield, Liverpool, Inggris barat laut, Minggu (2-11-2025). (Paul ELLIS/AFP)

Ada beberapa faktor lain yang memengaruhi penurunan performa Salah belakangan ini, termasuk duka atas meninggalnya Diogo Jota. Dia juga sudah berusia 33 tahun.

Namun, mungkinkah kebetulan sang penyerang Liverpool justru tampil luar biasa pada musim 2024/2025 ketika kontraknya mendekati masa akhir?

Salah memanfaatkan posisinya dengan cerdas, mencetak gol-gol penting yang membawa Liverpool meraih gelar juara serta membuat beberapa komentar publik untuk meningkatkan tekanan kepada pihak klub.

Pemain asal Mesir itu akhirnya mendapat perpanjangan kontrak dua tahun dengan nilai £400.000 per pekan, tetapi kini tampil jauh di bawah performa yang telah menerangi Premier League sejak 2017.

Ia kini berada di ambang pintu keluar klub setelah melontarkan kemarahan luar biasa karena tiga kali beruntun dicadangkan.   


2. Pierre-Emerick Aubameyang

Selebrasi striker Arsenal, Pierre-Emerick Aubameyang setelah menjebol gawang Aston Villa pada laga Liga Inggris 2021/2022 di Emirates Stadium, London (22/20/2021). Pemain asal Gabon, Pierre-Emerick Aubameyang didatangkan Arsenal dari Borussia Dortmund pada tengah musim 2017/2018 dengan mahar senilai 63,75 juta euro atau kini setara Rp1,04 triliun. Pada tengah musim 2021/2022 ia dilepas gratis The Reds ke Barcelona dan sejak awal musim 2022/2023 ia kembali ke Liga Inggris bersama Chelsea. (AFP/Glyn Kirk)

Kisah Aubameyang memiliki sedikit kesamaan dengan Ozil dalam masa-masa sulit Arsenal di luar Liga Champions, mulai dari akhir era Wenger, berlanjut ke Unai Emery, hingga awal kepelatihan Mikel Arteta.

Di tengah tim yang biasa-biasa saja, Aubameyang tampil luar biasa, terutama pada setengah musim pertama Arteta. Saat itu, ia membawa Arsenal meraih Piala FA secara tak terduga lewat gol-gol krusial di fase akhir, di tengah kampanye liga yang sebenarnya sangat terlupakan dengan posisi papan tengah.

Dengan performa panasnya di depan gawang, wajar jika banyak yang melihat Aubameyang sebagai sosok talisman yang mampu menyeret klub keluar dari keterpurukan.

Namun, ia sudah berusia 31 tahun ketika menandatangani kontrak besar berdurasi tiga tahun pada September 2020. Tak lama kemudian, terlihat jelas bahwa ia mulai melewati masa puncaknya.   

Sama seperti Ozil, ia tersingkir dari rencana Arteta dan kontraknya diputus 18 bulan lebih awal.

Sebuah keputusan berani, tetapi waktu membuktikan bahwa langkah itu tepat, melihat bagaimana perkembangan Arsenal saat ini.   


1. Dele alli

Pemain Tottenham Hotspur, Dele Alli merupakan pemain yang dianggap sering melakukan diving karena sering tertangkap basah melakukan hal tersebut. Beberapa orang berpendapat bahwa aksinya dialkukan dengan sangat cermat untuk memanfaatkan kesempatan. (Foto: AFP/Pool/Catherine Ivill)

Tottenham sepenuhnya masuk akal memberikan Dele kontrak panjang dan bernilai besar pada 2018. Ia benar-benar luar biasa pada musim-musim awal ketika Spurs asuhan Mauricio Pochettino berada di puncak performa.

Setahun kemudian, ia tampil sebagai starter di final Liga Champions, tetapi perjalanan memukau melewati Manchester City dan Ajax itu hanya menutupi kemunduran jelas yang dialami sang pemain maupun proyek Pochettino.

Kedatangan Jose Mourinho tidak membantu, seperti yang terlihat dalam dokumenter All Or Nothing: Tottenham, sementara kepindahannya ke Fenerbahce dan Everton juga gagal menghidupkan kembali kariernya.

Sumber: Planet Football

Berita Terkait