Pasar Mobil Listrik di Indonesia Masih Dikuasai Kelas Menengah Atas

Dari hasil kajian, mobil listrik di Indonesia ternyata masih jadi konsumsi kelas menengah atas.

BolaCom | Aning JatiDiterbitkan 12 Desember 2025, 10:20 WIB
Ilustrasi baterai mobil listrik. (Photo by Kindel Media on Pexels)

Bola.com, Jakarta - Minat terhadap kendaraan listrik di Indonesia terus menunjukkan kenaikan seiring bertambahnya pilihan model dan merek yang masuk ke pasar.

Meski dbegitu, penyebaran penggunaannya belum merata. Mobil listrik saat ini lebih banyak dimiliki oleh early adopter dan sebagian kalangan early majority, mereka yang berani mencoba teknologi baru dan siap mengambil risiko sebelum adopsi massal terjadi.

Advertisement

Situasi tersebut menandakan bahwa penerimaan masyarakat luas masih terbatas. Dukungan tambahan masih dibutuhkan agar pasar kendaraan listrik dapat berkembang lebih besar di masa mendatang.

Gambaran tersebut merupakan hasil kajian ID COMM berjudul "Menuju Era Mobil Listrik: Sejauh Mana Indonesia Siap".

Studi ini mengurai hambatan dan peluang adopsi kendaraan listrik yang dapat dijadikan dasar pertimbangan bagi para pemangku kepentingan.

Riset tersebut menekankan bahwa alasan utama konsumen beralih ke mobil listrik saat ini masih didominasi motif ekonomi, seperti efisiensi biaya operasional dan keringanan fiskal.


Pertimbangan Konsumen

Ilustrasi baterai mobil listrik. (Photo by smart-me AG on Pexels)

Penggunanya pun banyak berasal dari kelompok urban kelas menengah atas yang sebelumnya telah memiliki mobil bermesin konvensional.

"Transisi ini lebih mencerminkan perubahan perilaku, bukan pertumbuhan pasar baru. Informasi ini penting untuk diperhatikan seluruh pihak yang berkaitan dengan industri otomotif," ujar Asti Putri, Co-Founder sekaligus Director ID COMM yang memimpin riset tersebut, saat pemaparan hasil kajian di Jakarta, Kamis (11-12-2025).

Dari perspektif pengguna, sejumlah faktor menjadi penentu keputusan membeli kendaraan listrik. Temuan riset menunjukkan bahwa efisiensi biaya operasional berada di posisi teratas, khususnya bagi konsumen dengan mobilitas tinggi.

Insentif pajak juga memengaruhi keputusan, mengingat beban pajak tahunan mobil listrik hanya sekitar Rp150.000.

"Pembeli mobil listrik bukan first-timer, melainkan pengguna mobil ICE yang ingin menjajal teknologi baru atau menambah kendaraan kedua," demikian pernyataan satu di antara perwakilan industri yang dikutip dalam laporan tersebut.


Peran Psikologis dan Lingkungan Sosial

Selain aspek finansial, pertimbangan psikologis turut berpengaruh. Sebagian responden mengaku bangga menjadi bagian dari kelompok early adopter, merasa menjadi pencipta tren, dan melihat mobil listrik sebagai bagian dari gaya hidup modern.

Sementara itu, alasan menjaga lingkungan umumnya muncul sebagai pertimbangan tambahan, bukan motivasi utama. Pola pengambilan keputusan konsumen juga tidak jauh berbeda dengan pemilik mobil bermesin bensin atau diesel, di mana rekomendasi orang terdekat masih berperan besar.

Media sosial dan influencer otomotif menjadi sumber rujukan penting bagi calon pembeli. Mereka mencari referensi dari ulasan performa hingga perbandingan merek.

Riset ID COMM juga mendapati bahwa seluruh pemilik mobil listrik yang menjadi responden pernah memiliki mobil konvensional sebelumnya.

Kisaran harga mobil listrik yang mereka beli berada pada rentang Rp189 juta hingga Rp1,58 miliar. Temuan ini memperlihatkan bahwa mayoritas pengguna kendaraan listrik saat ini masih berasal dari kalangan menengah atas, bukan pembeli mobil pertama.

 

Sumber: merdeka.com

Berita Terkait