Penyesalan Eks Petinggi Napoli Temukan Luka Modric saat Berusia 18 Tahun, tapi Tak Melirik

Mantan direktur olahraga Napoli, Pierpaolo Marino, mengenang salah satu momen penyesalan terbesar dalam kariernya di dunia sepak bola

BolaCom | Wiwig PrayugiDiterbitkan 14 Desember 2025, 09:45 WIB
Pemain AC Milan, Luka Modric, merayakan gol yang dicetaknya ke gawang Bologna pada pekan 3 Liga Italia Serie A di Stadion San Siro, Senin (15/9/2025) dini hari WIB. (Stefano RELLANDINI / AFP)

Bola.com, Jakarta - Mantan direktur olahraga Napoli, Pierpaolo Marino, mengenang salah satu momen penyesalan terbesar dalam kariernya di dunia sepak bola, yakni kegagalannya merekrut Luka Modric saat sang pemain masih berusia sangat muda.

Marino mengungkapkan bahwa ia sebenarnya sudah melihat potensi besar Modric jauh sebelum gelandang asal Kroasia itu menjelma menjadi salah satu pemain terbaik dunia bersama Real Madrid.

Advertisement

Dalam sebuah wawancara dengan media Italia, La Stampa, Marino bercerita bahwa dirinya sempat menyaksikan langsung permainan Modric ketika sang pemain masih berusia 18 tahun dan membela Dinamo Zagreb. Pada masa itu, nama Modric masih belum dikenal luas di Eropa, namun Marino sudah melihat kualitas istimewa yang dimilikinya.

“Saya sempat melihat Modric saat usianya masih 18 tahun di Dinamo Zagreb. Saat itu dia benar-benar belum dikenal siapa-siapa,” ujar Marino.

“Saya ingin membawanya ke Napoli, tetapi karena alasan birokrasi, kami tidak bisa menyelesaikan transfer tersebut.”


Menyakitkan

Luka Modric. Gelandang Kroasia berusia 36 tahun yang kini memasuki musim ke-11 membela Real Madrid ini mampu meraih Ballon d'Or pada edisi 2018 usai Real Madrid menjuarai Liga Champions musim 2017/2018 dan membawa Kroasia menjadi runner-up Piala Dunia 2018. Namun pada penghargaan Ballon d'Or edisi 2019 dirinya sama sekali tidak masuk dalam nominasi usai Real Madrid tak meraih satu pun gelar di musim 2018/2019. (AFP/Gabriel Bouys)

Keputusan yang gagal diwujudkan itu kini terasa semakin menyakitkan jika melihat perjalanan karier Modric.

Bersama Real Madrid, Modric meraih hampir semua gelar bergengsi yang bisa dimenangkan, mulai dari Liga Champions, La Liga, hingga Ballon d’Or. Kini, di penghujung kariernya, Modric melanjutkan petualangan di Serie A bersama AC Milan, menambah panjang daftar pengalaman dan prestasi di level tertinggi sepak bola Eropa.

Marino juga membandingkan kisah Modric dengan keberhasilannya merekrut Marek Hamsik, yang kemudian menjadi legenda Napoli. Menurutnya, intuisi dan pengamatan langsung memainkan peran besar dalam pengambilan keputusan tersebut.

“Saya tertarik dengan teknik Hamsik, jadi saya mengikutinya dengan sangat dekat. Itu menjadi sebuah pencerahan, dan saya langsung merekrutnya,” ungkap Marino.


Bicara Data

Gelandang Real Madrid, Luka Modric, merayakan gol yang dicetaknya ke gawang Villarreal pada laga La Liga di Stadion El Madrigal, Spanyol, Sabtu (27/9/2014). (AFP/Jose Jordan)

Lebih jauh, Marino turut memberikan pandangannya mengenai peran data dalam proses pencarian bakat pemain di era modern. Ia menegaskan bahwa meski teknologi dan analisis data kini menjadi bagian tak terpisahkan dari sepak bola, faktor penilaian manusia tetap tidak bisa ditinggalkan.

“Data adalah alat bantu. Data harus digunakan secara selektif dan berfungsi untuk mendukung apa yang saya sebut sebagai ‘eye meter’, yaitu penilaian manusia,” jelasnya.

Marino menilai bahwa tidak semua data memiliki bobot yang sama dalam menilai kualitas seorang pemain.


Objektif

Menurutnya, data yang berkaitan dengan aspek fisik dan atletik memiliki peranan penting karena bisa diukur secara objektif. Namun, untuk aspek teknis, Marino merasa bahwa pengamatan langsung masih jauh lebih menentukan.

“Dalam pandangan saya, data fisik dan atletik itu penting, tetapi data teknis tidak terlalu krusial. Teknik, visi bermain, dan kecerdasan di lapangan sering kali hanya bisa benar-benar dipahami lewat mata dan pengalaman seorang pemandu bakat,” tambahnya.

Prestasi Luka Modric tentu saja tidak perlu dijelaskan lagi karena berlimpah gelar bersama Real Madrid hingga memenangi gelar individu yakni Ballon d'or. Sebelum ke Real Madrid, Modric bermain untuk klub asal negaranya Kroasia, Dinamo Zegreb, hingga klub Liga Inggris, Tottenham Hotspur.

Setelah itu, karier Modric makin melejit bersama Real Madrid saat menjuarai La Liga hingga Liga Champions. Dia juga mengantar Kroasia hingga final Piala Dunia 2018.

Dia kini masih menjadi andalan AC Milan.

 

Sumber: La Stampa va Tribal Football

Berita Terkait