PSSI Harus Solid untuk Kembalikan Kejayaan Timnas Indonesia

Timnas Indonesia dianggap kembali terpuruk setelah gagal menembus level yang seharusnya pada sepanjang 2025.

BolaCom | Gatot SumitroDiterbitkan 16 Desember 2025, 10:00 WIB
Ketua PSSI, Erick Thohir, bersama Wakil Ketua PSSI, Ratu Tisha Destria dan Zainudian Amali foto bersama usai Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Kamis (16/2/2023). (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Bola.com, Kediri - Keterpurukan prestasi sepak bola Indonesia selama setahun terakhir di berbagai event memantik reaksi publik. Pencinta sepak bola Indonesia ingin di Tim Garuda semua level bangkit lagi seperti era kepelatihan Shin Tae-yong.

Setelah PSSI memecat Shin Tae-yong dengan stafnya asal Korsel dan Patrick Kluivert merapat beserta tim kepelatihan asal Belanda dianggap kesalahan besar, rentetan prestasi Timnas Indonesia yang diukir Shin Tae-yong seolah terhapus semua.

Advertisement

Padahal animo masyarakat terhadap Timnas Indonesia pun meningkat luar biasa saat itu. Publik senang dengan gaya bermain penggawa Timnas Indonesia yang spartan dan tak kenal lelah.

Namun, semua kebanggaan itu tiba-tiba sirna menyusul rangkaian kegagalan semua level Timnas Indonesia. Diawali performa buruk Timnas Indonesia U-20 asuhan Indra Sjafri di Piala Asia U-20.

Gerald Vanenburg pun meruntuhkan hegemoni Timnas Indonesia U-23 dengan tampilan permainan yang menjemukan. Alhasil Kadek Arel dkk. tak mampu menjuarai Piala AFF U-23 dan lolos pada Kualifikasi Piala Asia U-23.

Padahal di zaman Shin Tae-yong, Timnas Indonesia U-23 berhasil menembus kasta Benua Kuning sebagai semifinalis Piala Asia U-23 2024. Bahkan Rizki Ridho dkk. hampir saja lolos ke Olimpiade Paris 2024 jika tak dikerjai pada playoff melawan Guinea U-23.

Patrick Kluivert yang digadang-gadang memberi racikan lebih baik dari Shin Tae-yong di Kualifikasi Piala Dunia 2026 pun divonis jadi penyebab kegagalan Jay Idzes cs berlaga di AS, Kanada, dan Meksiko 2026.

Terakhir kali, kegagalan Timnas Indonesia U-22 di ajang SEA Games Thailand membuat tanda keretakan di tubuh PSSI mulai muncul.

 

Federasi Harus Solid

PSSI menggelar konferensi pers berbarengan dengan pengumuman pemecatan pelatih Shin Tae-yong sebagai pelatih Timnas Indonesia, Jakarta, Senin (6/1/2025). (FOTO Dari kiri ke kanan: Sumardji, Zainudin Amali, Erick Thohir, Yunus Nusi, Arya Sinulingga.) (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Petinggi PSSI saling tuding jadi biang kegagalan tim asuhan Indra Sjafri. Sasaran tembaknya adalah Ketum PSSI Erick Thohir dan wakilnya, Zainudin Amali.

"Di tengah kegagalan sepak bola Indonesia saat ini, saya rasa semua manajemen di PSSI dari ketum sampai semua jajaran yang ada di PSSI, dan Exco harus duduk di satu meja bundar," tegas Raja Isa Raja Akram Shah, pengamat sepak bola Indonesia asal Malaysia.

"Ini penting untuk menentukan haluan sepak bola Indonesia untuk mengembalikan prestasi Timnas yang sedang terpuruk," lanjut pelatih yang pernah berkarier di Indonesia itu.

Mantan pelatih PSM ini menengarai mulai ada friksi di PSSI. Namun, Raja Isa mengingatkan bahwa soliditas PSSI menjadi kunci agar federasi bisa fokus mengembalikan Timnas Indonesia ke level yang tinggi.

"Pengurus, terutama Ketum PSSI dan jajarannya harus kompak untuk mengambil keputusan bersama. Terutama memilih pelatih Timnas Indonesia yang benar-benar paham sepak bola Indonesia," jelasnya.


Harus Pelatih yang Paham Sepak Bola Indonesia

Soal pelatih baru nanti, Raja Isa menyebut tak harus Shin Tae-yong. Namun, figur pelatih anyar nanti harus punya rekam jejak prestasi bagus level Internasional.

"Pelatih Timnas Indonesia tak harus Shin Tae-yong lagi. Siapa pun bisa jadi pelatih Timnas Indonesia. Tapi PSSI harus memilih pelatih yang benar-benar paham sepak bola Indonesia," ujarnya.

"Sepak bola di negara ini punya karakter berbeda dengan negara-negara lain. Di Indonesia, sepak bola adalah olahraga nomor satu," ucapnya.

Raja Isa juga menyatakan saking gilanya terhadap Indonesia semua orang berbicara soal sepak bola.

"Indonesia ini seperti Brasil-nya Asia. Sepak bola merupakan martabat dan image yang harus dijaga. Karena publik hanya ingin melihat Timnas Indonesia selalu menang di pertandingan," paparnya.

 
 

Berita Terkait