Bola.com, Jakarta - Paus Leo XIV pada Selasa (23-12-2025) kembali menyerukan agar dunia menghormati gencatan senjata selama Hari Natal.
Ia menyatakan rasa sedihnya karena Rusia menolak ajakan tersebut.
"Saya memperbarui seruan saya kepada semua orang yang beritikad baik untuk menghormati satu hari perdamaian, setidaknya pada perayaan kelahiran Juru Selamat kita," kata Paus Leo XIV kepada wartawan di Castel Gandolfo, dekat Roma, dikutip France24.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, negara itu berulang kali menolak gencatan senjata, dengan alasan bahwa penghentian sementara pertempuran hanya akan menguntungkan posisi militer Ukraina.
"Di antara hal-hal yang menimbulkan kesedihan besar bagi saya adalah kenyataan bahwa Rusia tampaknya menolak permintaan untuk gencatan senjata,” ucap Paus.
"Saya berharap mereka mau mendengarkan dan semoga ada 24 jam perdamaian di seluruh dunia," tambahnya.
Situasi di Ukraina
Hari Selasa ini, pasukan Ukraina menarik diri dari sebuah kota di wilayah timur negara tersebut setelah menghadapi pertempuran sengit dengan Rusia.
Sementara itu, serangan berkelanjutan dari Moskow dilaporkan menewaskan tiga warga sipil dan memutus aliran listrik bagi ribuan orang, di tengah suhu dingin yang ekstrem.
Pertemuan negosiator utama dari Rusia dan Ukraina di Miami akhir pekan lalu belum menunjukkan kemajuan signifikan dalam menyelesaikan konflik yang telah berlangsung hampir empat tahun.
Pertemuan dengan Zelenskyy
Paus Leo XIV sempat bertemu Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, awal Desember ini.
Saat ditanya soal kemungkinan kunjungan ke Ukraina, Paus menyatakan harapannya agar kunjungan itu bisa terlaksana, tetapi belum ada kepastian waktu.
"Upaya perdamaian di Ukraina tidak realistis tanpa melibatkan diplomasi Eropa," ucap Paus, yang juga pemimpin Vatikan tersebut.
Ia menekankan, upaya perdamaian di Ukraina tanpa melibatkan diplomasi Eropa dianggap tidak realistis.
Paus juga memperingatkan bahwa rencana perdamaian yang diajukan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berpotensi menimbulkan perubahan besar dalam aliansi transatlantik.
Sumber: merdeka.com