Sukses


Rahasia Sukses Belgia Menciptakan Generasi Emas

Bola.com — Belgia merupakan negara kecil di Eropa Barat yang berpopulasi 11.250.585 jiwa. Meski begitu, Belgia mampu memiliki pesepak bola berkualitas dan bersaing dengan tim-tim besar di Eropa bahkan dunia.

Belgia hanya mempunyai 34 klub profesional yang terbagi dalam dua divisi. Dari 34 klub itulah Belgia sukses melahirkan pemain-pemain muda berbakat hingga akhirnya mewujudkan generasi emas.

Beberapa pemain top Eropa yang merupakan jebolan akademi sepak bola klub-klub Belgia adalah Thibaut Courtois (K.R.C. Genk), Axel Witsel (Standard Liege), Kevin De Bruyne (K.R.C. Genk), Romelu Lukaku (Anderlecht), Yannick Ferreira Carrasco (K.R.C. Genk), hingga Vincent Kompany (Anderlecht).

Berkat nama-nama tersebut, Belgia memiliki timnas yang disegani di Eropa. Bahkan, mereka kini bercokol di peringkat dua rangking FIFA di bawah Argentina. Timnas Belgia pun tampil impresif di Piala Eropa 2016 dan sukses melenggang hingga ke perempat final.

Ada yang bilang, generasi emas bisa terwujud karena pemain-pemain imigran yang datang ke Belgia karena berbagai alasan. Namun, mantan direktur teknis otoritas sepak bola Belgia, Michel Sablon, menyebutkan salah satu kunci sukses skuat De Rode Duivels karena mereka memiliki kemauan untuk merombak seluruh sistem, baik yang berkaitan dengan perekrutan maupun pelatihan.

"Kami merasa perlu memulai ulang. Walaupun pada awalnya, saya menjadi tidak populer pada saat itu, tetapi itu perlu dilakukan kalau Belgia tidak mau dilupakan di ranah sepak bola," sebut Michel.

Michel Sablon dahulunya adalah saksi hidup dan staf kepelatihan timnas Belgia ketika lolos ke semifinal Piala Dunia 1986. Namun kesuksesan Belgia harus berhenti saat gagal menembus penyisihan grup Piala Dunia 1988 dan Piala Eropa 2000.

"Masyarakat Belgia mulai mempertanyakan timnas Belgia," tambah Michel. "Setelah Piala Eropa 2000, ada perasaan malu dan timnas tidak lagi disukai masyarakat."

Pada September 2006, Michel mulai menyusun rencana untuk mengubah sepak bola Belgia. Pertama, dia melakukan peneltian di Prancis, Belanda, dan Jerman.

Hasilnya, Michel menemukan jika formasi 4-3-3 yang di pakai oleh setiap tim muda di tiga negara tersebut lebih fleksibel dan dinamis dibandingkan formasi lama Belgia yakni 4-4-2. Dia kemudian mencetak brosur dan pergi ke klub-klub junior di Belgia serta mengajarkan bagaimana taktik 4-3-3 bekerja.

"Sulit untuk mengingatkan orang-orang yang sudah memakai formasi itu sejak lama," tambahnya.

Kedua, pengembangan tim junior Belgia tidak lagi difokuskan pada hasil. Michel Sablon mempelajari 1.500 video pertandingan tim junior Belgia dan mempelajari salah satu yang mengakibatkan pengembangan timnas terhambat. Salah satunya karena terlalu fokus pada kemenangan dan bukan pengembangan tim.

"Tujuan pembentukan tim junior bukanlah untuk menang, namun untuk mengembangkan pemain. Mewujudkan hal ini tidaklah hal yang gampang, saya sempat tidak disukai pers dan orang-orang di federasi," sebutnya

Ketiga, Michel menciptakan peraturan yang menyebutkan setiap pemain yang sudah melangkah dari junior ke senior atau dari U-17 ke U-19, dia tidak lagi diizinkan kembali ke timnya yang lama, bahkan untuk pertandingan penting sekalipun.

"Saya tidak akan mengizinkan, sebagai contoh, Kompany bermain selama dua kali untuk U-17, tiga kali untuk U-19, dan dia langsung bermain untuk tim senior. Kami tidak pernah memainkannya untuk bermain di pertandingan penting di U-17 dan U-19. Mereka seharusnya terus berkembang, bukan kembali ke posisi mereka yang sebelumnya," tambah Michel.

Sesuatu yang menarik juga terjadi. Pada 2009 atau tiga tahun setelah rencana tersebut dijalankan. Timnas U-17 dan U-19 Belgia berhasil menempati posisi 10 besar rangking FIFA. Para pemain yang terbaik akan dilatih bersama, dan diberikan beasiswa untuk ditempatkan di delapan sekolah berbeda yang disubsidi pemerintah Belgia.

"Penting untuk memiliki banyak pemain muda," sebut kiper Liverpool, Simon Mignolet. "Sekarang Anda bisa melihat tim kami diisi oleh pemain yang bermain di klub besar. Itu memberikan rasa percaya diri dan membuat kami bisa melakukan apapun," sebutnya.

Klub-klub di Premier League juga sempat enggan membeli pemain-pemain asal Belgia. Bahkan, lima hingga enam tahun lalu hanya ada Vincent Kompany dan Carl Hoefkens yang bermain di Inggris. Kompany membela Manchester City dan Hoefkens memperkuat West Bromwich Albion.

Namun kini, pesepak bola asal Belgia banyak memperkuat klub-klub besar Premier League. "Sejak adanya Kompany, Thomas Vermaelen, dan Marouane Fellaini bermain di Inggris, mereka mampu membuktikan kepada klub jika pemain Belgia bisa berprestasi dan bermain dengan bagus," jelas Mignolet.

Dengan generasi emas yang dimiliki timnas Belgia berpeluang merengkuh trofi juara Piala Eropa yang perdana. Namun untuk bisa mewujudkan hal tersebut, mereka harus lebih dulu mengalahkan Wales di perempat final yang dihelat di Stade Pierre-Mauroy, Sabtu (2/7/2016) dini hari WIB.

Berikut ini nama-nama pemain Generasi Emas Belgia yang bermain di Premier League:

1. Thibaut Courtois (Chelsea)

2.Thomas Vermaelen (Arsenal)

3. Vincent Kompany (Manchester City)

4. Jan Vertonghen (Tottenham Hotspur)

5. Marouane Fellaini (Manchester United)

6. Romelu Lukaku (Chelsea)

7. Eden Hazard (Chelsea)

8. Kevin Mirallas (Everton)

9. Simon Mignolet (Liverpool)

10. Christian Benteke (Liverpool)

11. Mousa Dembele (Tottenham Hotspur)

12. Adnan Januzaj (Manchester United)

13. Nacer Chadli (Tottenham Hotspur)

Sumber: BBC

Video Populer

Foto Populer