Bola.com, Jakarta - Pelatih Tottenham Hotspur, Ange Postecoglou, mengaku belum tahu menahu soal rencana pertemuan atau pembicaraan apa pun terkait masa depannya di klub, meski baru saja mengantarkan Spurs meraih trofi pertama mereka dalam 17 tahun.
Gol tunggal dari Brennan Johnson dalam final Liga Europa melawan Manchester United di Stadion San Mames, Bilbao, Kamis dini hari WIB (22-5-2025), memastikan kemenangan 1-0 dan sekaligus menjadi gelar pertama Tottenham sejak Piala Liga 2008.
Baca Juga
Advertisement
Ini juga menjadi trofi Eropa pertama Spurs dalam 41 tahun—pencapaian yang membuat Postecoglou berhasil menepati janjinya untuk "selalu memenangkan sesuatu' di musim keduanya, seperti yang pernah ia lakukan bersama Celtic, Yokohama F. Marinos, Timnas Australia, dan Brisbane Roar.
Namun, di balik keberhasilan itu, sumber ESPN menyebutkan bahwa posisi Postecoglou tetap belum aman. Ia disebut menghadapi tantangan besar untuk mempertahankan jabatannya setelah Tottenham mencatat 21 kekalahan di Premier League dan berada di posisi ke-17 menjelang pekan terakhir musim ini.
Kemenangan di Bilbao setidaknya memastikan tiket Liga Champions musim depan dan pendapatan tambahan yang diperkirakan mencapai 100 juta paun (sekitarRp2,1 triliun).
Â
Ikuti momen spesial bareng pembalap kebanggaan Indonesia, Gerry Salim, dalam video eksklusif yang penuh cerita, aksi, dan nuansa romantis di sirkuit!
Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)
Que Sera, Sera
Ketika ditanya apakah ada pertemuan yang dijadwalkan dengan manajemen klub untuk membahas masa depannya, Ange Postecoglou menjawab santai.
"Tidak ada pertemuan yang direncanakan. Saya belum berbicara dengan siapa pun soal itu. Mungkin mereka merasa tidak perlu, atau mungkin mereka sedang menunggu pertandingan ini," jawabnya.
Ia kemudian menambahkan, dengan nada ringan.
"Yang saya tahu, saya akan kembali ke kamar hotel, kumpul dengan keluarga dan teman-teman, buka sebotol scotch yang enak, minum beberapa gelas, lalu bersiap untuk parade besar hari Jumat, main melawan Brighton hari Minggu — pertandingan kandang terakhir musim ini yang penting, saya ingin menutupnya dengan kuat — dan hari Senin saya pergi liburan bersama keluarga saya yang luar biasa karena saya pantas mendapatkannya."
"Dan... que sera, sera (Apa yang akan terjadi, akan terjadi)," ucapnya.
Â
Advertisement
Memprioritaskan Liga Europa
Postecoglou juga mengungkap bahwa ia memutuskan untuk memprioritaskan Liga Europa sejak bulan Januari, setelah menilai kondisi skuadnya yang dilanda cedera.
"Ini jelas hal tersulit yang pernah saya jalani, tanpa ragu," katanya.
"Dan saya tahu itu sejak awal. Klub ini sudah dilatih oleh pelatih kelas dunia, diisi pemain kelas dunia, dan mereka belum pernah merasakan malam seperti ini."
"Saya paham benar tantangan yang saya ambil. Di tempat-tempat lain saya pernah sukses, biasanya pada tahap ini saya sudah mendapat kepercayaan penuh dari semua pihak. Tapi, di sini berbeda," katanya lagi.
"Itu bukan kritik, hanya kenyataan. Dengan sejarah klub ini, saya rasa mereka belum pernah benar-benar sepenuhnya menyerahkan segalanya pada satu orang."
"Di tempat lain, visi saya didukung penuh. Tapi, ketika kami sampai di akhir Januari, setelah jendela transfer ditutup, saya mengevaluasi situasi kami dan memutuskan saat itu juga bahwa inilah trofi yang akan kami kejar."
"Mungkin keputusan itu bertolak belakang dengan pandangan orang-orang di dalam klub pada waktu itu, dan itu juga saya bisa pahami, tapi saya benar-benar percaya kami bisa memenangkannya," tegas Postecoglou.
Â
Ingin Terus Membangun Tottenham
Pelatih asal Australia itu juga menegaskan keinginannya untuk terus membangun tim ini. Dengan dua tahun tersisa dalam kontraknya, ia berharap dapat melanjutkan proyek yang sudah ia mulai.
"Saya akan kecewa jika tidak bisa melanjutkan perjalanan ini," ujarnya.
"Saya mengerti mengapa klub seperti ini sulit untuk sepenuhnya memercayai visi satu orang."
Bahkan ketika saya menandatangani kontrak, Daniel [Levy] bilang, 'kami sudah coba datangkan para pemenang, tapi tidak berhasil, sekarang kami punya Ange'."
"Mate, saya ini pemenang. Saya sudah jadi pemenang sejati sepanjang karier saya. Itu hal yang paling konsisten saya lakukan. Orang-orang memang lebih banyak bicara soal gaya sepak bola saya, dan saya bangga akan itu, tapi jangan lupakan: pencapaian saya pun tidak datang begitu saja," tuturnya.
"Saya tahu ada yang meremehkan pencapaian saya karena tidak terjadi di bagian dunia ini. Tapi, semuanya saya dapatkan lewat kerja keras," ucap pelatih berusia 59 tahun ini.
Â
Sumber: ESPN
Advertisement