Sukses


COP30 Brasil yang Berakhir Mengecewakan dan Harapan Perubahan Kesadaran Isu Lingkungan dari Sepak Bola

Dunia sepak bola profesional turut berperan dalam perubahan iklim.

Bola.com, Jakarta - Konferensi iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa atau yang disebut COP30 baru saja berakhir. Konferensi itu digelar di Belem, Brasil pada 10 hingga 21 November 2025. 

Ada harapan besar dari COP30, terutama untuk menghasilkan keputusan yang berpihak kepada lingkungan. Namun, konferensi itu berakhir dengan mengecewakan. 

Greenpeace Indonesia bahkan menyebut COP30 berakhir tanpa peta jalan yang nyata untuk mengakhiri penggunaan energi fosil dan menghentikan deforestasi, serta peningkatan pendanaan untuk aksi iklim.

Hal itu disebabkan sikap negara-negara yang terbelah di meja perundingan, COP30 tak membuahkan hasil yang diharapkan, terutama yang berpihak kepada lingkungan. 

Pembaca mungkin agak bingung ketika membaca tulisan ini. Namun, isu lingkungan sangat erat kaitannya dengan dunia olahraga, terutama sepak bola. 

Yuk gabung channel whatsapp Bola.com untuk mendapatkan berita-berita terbaru tentang Timnas Indonesia, BRI Liga 1, Liga Champions, Liga Inggris, Liga Italia, Liga Spanyol, bola voli, MotoGP, hingga bulutangkis. Klik di sini (JOIN)

2 dari 6 halaman

Emisi Karbon

Sepak bola yang menjadi olahraga paling populer di dunia juga menyimpan sisi negatif. Sepak bola bisa menyumbangkan 30-66 juta ton setara karbon dioksida (tCO2e) per tahun, yang sebagian besar berasal dari perjalanan udara tim dan suporter, konsumsi energi stadion, serta limbah yang dihasilkan. 

Tidak perlu jauh-jauh, emisi karbon berupa limbah itu sangat terlihat di Indonesia. Missalnya ketika Timnas Indonesia menjalankan laga kandang di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta 

Menurut data dari TCare, jumlah sampah plastik yang dihasilkan laga kandang Timnas Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno ada di kisaran 200-300 kg. Ingat itu baru sampah plastik, belum jenis sampah yang lain. 

 

3 dari 6 halaman

Butuh Kesadaran

Sebagai olahraga paling populer di dunia, sepak bola memiliki potensi besar untuk mengampanyekan kepedulian terhadap lingkungan. Namun, kesadaran dan kemauan dari tokoh-tokoh krusial dari olahraga tersebut sayangnya masih belum ada. 

Potensi itu pun dilihat olejh Iqbal Damanik selaku Manajer Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia. Iqbal merasa ada jurang yang memisahkan antara pengaruh yang dimiliki industri sepak bola dan tanggung jawab yang seharusnya mereka ambil. 

“Sepak bola punya kekuatan budaya yang luar biasa, tapi jika bicara kesadaran lingkungan, saya melihat masih ada jurang besar antara pengaruh yang dimiliki industri ini dan tanggung jawab yang seharusnya mereka ambil. Belum banyak klub, federasi, maupun pelaku industri sepak bola di Indonesia yang melihat krisis iklim sebagai isu yang juga berkaitan dengan masa depan olahraga mereka sendiri. Mulai dari kualitas udara, cuaca ekstrem, hingga infrastruktur. Padahal kalau sepak bola bergerak, publik ikut bergerak," kata Iqbal Damanik kepada Bola.com.

4 dari 6 halaman

Bukan Sekedar Olahraga

Fajar Junaedi, selaku sekretaris Lembaga Pengembangan Olahraga Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dan dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) bahkan memiliki analisis yang lebih dalam. 

Menurut Fajar Junaedi, sepak bola hari ini bukan sekedar olahraga. Sepak bola telah melibatkan banyak elemen lain misalnya pembangunan infrasturktur, konsumsi energi, dll. 

"Sepak bola modern yang terindustrialisasi bukan hanya berartikulasi sebagai olahraga semata. Sepak bola melibatkan stadion, transportasi penonton, konsumsi energi, penggunaan air dan lahan, produksi limbah, dan rantai pasok besar yang berkaitan dengan perlengkapan, merchandise, makanan dan minuman," ujar Fajar kepada Bola.com.

"Tentu, keterlibatan berbagai aspek di luar olahraga, sebagai pendukung utama sepak bola modern, membutuhkan energi yang besar. Pertandingan sepakbola di malam hari, yang didesain untuk memenuhi waktu para penonton agar dapat menonton di stadion selepas bekerja, semakin membutuhkan energi yang lebih besar, terutama kebutuhan listrik untuk penerangan," sambungnya. 

5 dari 6 halaman

Greenwashing yang Mengancam

Greenwashing menjadi  kata yang cukup populer belakangan ini. Greenwashing bisa dikatakan sebagai taktik pemasaran yang menyesatkan di mana suatu perusahaan mengklaim bahwa produk, layanan, atau operasi mereka lebih ramah lingkungan daripada yang sebenarnya. Tujuannya adalah untuk membangun citra positif dan menarik konsumen yang peduli lingkungan tanpa benar-benar melakukan tindakan keberlanjutan yang substansial. 

Sepak bola pun tidak lepas dari praktik Greenwashing. Banyak perusahaan yang memiliki reputasi buruk dalam hal deforestasi misalnya justu getol menjadi sponsor. 

"Mereka sebenarnya sedang membeli legitimasi publik. Ini berbahaya karena menutupi persoalan sesungguhnya dan membuat publik seolah melihat mereka sebagai ‘pahlawan’," ulas Iqbal Damanik. 

Iqbal Damanik juga merasa sepak bola seperti terjerat. Saat ini kebutuhan dana untuk tetap bersaing di level tertinggi sangat besar. Sementara perusahaan yang mampu memberikan dana dengan jumlah besar kebanyakan justru perusahan yang bersifat ekstraktif. 

"Di sisi lain, kita juga harus jujur bahwa industri ekstraktif memang memiliki pendanaan yang sangat besar, bahkan jauh lebih besar dibanding perusahaan yang benar-benar berkomitmen pada keberlanjutan. Ini membuat mereka mampu menguasai ruang sponsorship di dunia olahraga, termasuk sepak bola. Kondisi ini membuat sepak bola seolah ‘terjerat’ pada sumber pendanaan yang justru memperparah krisis iklim dan kerusakan lingkungan. Karena itu, penting bagi federasi dan klub untuk mulai membuka ruang bagi sponsor yang lebih bertanggung jawab dan tidak menjadikan sepak bola panggung pencucian citra," tandas Iqbal. 

6 dari 6 halaman

Butuh Sosok

Mengharapkan industri sepak bola untuk berubah haluan seketika tentu susah. Terutama yang berkaitan dengan kepedulian sejati terhadap isu krisis lingkungan. 

Namun, tetap ada harapan adanya perubahan kesadaraan isu krisis lingkungan dari sepak bola. Terutama dari para bintang-bintang yang memiliki level ketenaran luar biasa besar. 

"Pengaruh bintang sepak bola itu sangat besar, jauh melampaui jangkauan organisasi lingkungan. Satu pernyataan atau tindakan dari seorang pemain bisa menggerakkan jutaan orang. Karena itu, peran tokoh penting sekali bukan sekadar kampanye simbolik, tapi memberi teladan nyata dan menggunakan platform mereka untuk mendorong perubahan. Jika para pemain berani bersuara soal lingkungan, itu bisa menjadi kekuatan moral yang mempercepat kesadaran publik dan memberi tekanan pada pengambil kebijakan. Tokoh sepak bola punya potensi menjadi game-changer dalam isu lingkungan,” jelas Iqbal Damanik. 

Lihat Selengkapnya

Video Populer

Foto Populer