Piala Afrika Dirombak Total: Digelar Empat Tahunan, CAF Luncurkan Africa Nations League

Ilustrasi, logo Piala Afrika 2025. (Dok. cafonline.com)

Bola.com, Jakarta - Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF) resmi mengambil keputusan besar yang berpotensi mengubah wajah sepak bola Afrika dalam jangka panjang. Mulai 2028, ajang Piala Afrika atau Africa Cup of Nations (AFCON) tidak lagi digelar setiap dua tahun, melainkan empat tahunan.

Keputusan tersebut diumumkan langsung oleh Presiden CAF, Patrice Motsepe, dalam konferensi pers menjelang AFCON 2025 di Rabat, Maroko. Kebijakan ini sekaligus menandai berakhirnya format tradisional yang telah berjalan puluhan tahun dan kerap memicu gesekan dengan kalender kompetisi klub Eropa.

Tak hanya itu, CAF juga memastikan akan meluncurkan kompetisi baru bertajuk Africa Nations League mulai 2029. Turnamen ini dirancang serupa UEFA Nations League dan akan digelar setiap tahun dalam zona-zona regional.

Langkah radikal ini diyakini CAF sebagai solusi atas berbagai persoalan klasik sepak bola Afrika, mulai dari konflik jadwal, tekanan klub terhadap pemain, hingga persoalan finansial yang selama ini membayangi federasi-federasi anggotanya.

2 dari 5 halaman

AFCON Masuk Kalender FIFA

Trofi African Nations Cup (Piala Afrika 2012) di sela-sela acara undian penyisihan grup di Malabo, 29 Oktober 2011. Piala Afrika 2012 akan digelar di Equatorial Guinea dan Gabon, 21 Januari - 12 Februari 2012. AFP PHOTO / VOISHMEL

Patrice Motsepe menilai perubahan siklus AFCON sebagai momen paling penting selama kiprahnya di dunia sepak bola. Menurutnya, kepastian jadwal akan membuat sepak bola Afrika lebih stabil dan menarik bagi sponsor.

“Afrika membutuhkan lebih banyak dana dari sebelumnya. Anda tidak bisa bersaing dengan dunia tanpa sumber daya finansial yang kuat,” tutur Motsepe.

Dengan format baru, AFCON akan sepenuhnya menyesuaikan kalender FIFA. Setelah edisi 2027 dan 2028, turnamen ini akan digelar berbarengan dengan Piala Eropa dan Olimpiade, tanpa lagi berbenturan dengan Piala Dunia.

Sebagai bentuk keseriusan, CAF juga menaikkan hadiah juara AFCON 2025 dari 7 juta dolar AS menjadi 10 juta dolar AS, atau sekitar Rp150 miliar.

3 dari 5 halaman

Tekanan Klub Jadi Faktor Penentu

Mesir - Mohamed Salah — Pemain Timnas Mesir, Mohamed Salah mendapat pelukan dari rekan setim usai mengalahkan Zimbabwe di Piala Afrika 2025. (FRANCK FIFE / AFP)

Motsepe mengakui bahwa tekanan klub-klub Eropa terhadap pemain Afrika menjadi salah satu alasan utama perubahan ini dilakukan. Ia menilai pemain kerap berada dalam posisi sulit ketika harus memilih antara klub dan negara.

“Kami tahu betapa frustrasinya pemain ketika klub berkata, ‘Kami butuh kamu’. Tidak adil menempatkan mereka di tengah konflik seperti itu,” ujar Motsepe.

Ia juga menyinggung risiko pemain Afrika “terdevaluasi” di pasar transfer karena klub lebih memilih pemain dari benua lain yang tidak terganggu agenda internasional.

Dengan hadirnya Africa Nations League, CAF berharap pemain Afrika justru akan lebih sering tampil membela negara, sekaligus meningkatkan eksposur sepak bola Afrika secara global.

4 dari 5 halaman

Tak Lepas dari Kritik

Meski disebut sebagai kompromi, kebijakan ini tak luput dari kritik. Sejumlah pihak menilai CAF terlalu mengikuti kehendak FIFA, mengingat Presiden FIFA Gianni Infantino sebelumnya sempat menyebut siklus AFCON dua tahunan sebagai “tidak berguna”.

Legenda sepak bola Afrika dan mantan Presiden CAF, Issa Hayatou, semasa hidupnya dikenal sebagai sosok yang menentang penyesuaian AFCON dengan agenda global. Ia menilai AFCON sebagai ajang yang unik dan tidak seharusnya tunduk pada kalender Eropa.

Selain itu, tantangan iklim juga menjadi sorotan. Banyak negara Afrika sub-Sahara tidak memungkinkan menggelar turnamen di musim panas Eropa karena faktor hujan, sementara jika digelar bersamaan dengan Euro, AFCON berpotensi kalah bersaing dalam hal perhatian publik dan hak siar.

5 dari 5 halaman

Dampak Besar Sebelum Turnamen Dimulai

Hingga kini, CAF belum memastikan kapan AFCON 2027 di Tanzania, Uganda, dan Kenya akan digelar. Tanda tanya juga mengiringi edisi 2028 yang harus diselenggarakan hanya berselang satu tahun.

Africa Nations League pun menuai kekhawatiran tersendiri, terutama soal kejenuhan pertandingan akibat format zonal yang berpotensi mempertemukan lawan yang sama berulang kali.

Satu hal yang pasti, keputusan CAF ini telah menciptakan dampak besar bahkan sebelum AFCON 2025 dimulai. Sepak bola Afrika resmi memasuki era baru, dengan segala peluang dan risikonya.

Sumber: New York Times