Sukses


Melihat Saksi Bisu Sejarah Lahirnya PSSI

Bola.com, Yogyakarta - Mungkin banyak yang tidak mengetahui bila negeri ini memiliki Museum PSSI. Mendengar namanya, pikiran kita pasti melayang ke urusan sepak bola lantaran PSSI merupakan induk organisasi sepak bola Indonesia.

Namun, jangan bayangkan Museum PSSI ini sama atau bahkan mendekati museum olah raga atau museum sepak bola yang berada di Singapura serta Jepang. Jauh dari itu, Museum PSSI yang kita miliki hanyalah berupa bangunan tua nan usang.

Bangunan yang disebut Museum PSSI ini terletak di kompleks markas PSIM Yogyakarta di Stadion Mandala Krida. Sejatinya, gedung yang disebut Museum PSSI itu merupakan bangunan bersejarah lantaran dianggap jadi saksi penting lahirnya PSSI.

Gedung ini diyakini menjadi lokasi pertemuan pertama bond-bond dan klub-klub sepak bola di negeri ini yang ingin mendirikan induk organisasi sepak bola, pada 19 April 1930, sesuai dengan gagasan Soeratin Sosrosoegondo. Yogyakarta dipilih karena lokasinya yang strategis, berada di tengah dari asal para peserta pertemuan.

Bagian dalam gedung Monumen PSSI yang kosong, hanya ada relief (Bola.com/Vincentius Sawarno)

Akan tetapi, gedung yang berada di kompleks Stadion Mandala Krida itu kini memprihatinkan. Masyarakat yang lalu-lalang di sekitar lokasi, terutama pengunjung dari luar kota, mungkin tak akan mengetahui ada banyak cerita yang bersejarah tersimpan dalam bangunan itu. Memang ada sejumlah penanda yang menunjukkan gedung itu memiliki nilai dalam sejarah lahirnya PSSI, sebuah patung bola lengkap dengan dudukannya serta di bagian depan gedung bertuliskan "Monumen PSSI".

Selebihnya, gedung itu mangkrak, dibiarkan begitu saja termakan zaman. Kaca-kaca yang ada di bangunan yang sempat jadi mes PSIM itu terlihat kotor, bahkan di beberapa bagian ada yang pecah. Dengan kondisi semacam itu, bangunan ini lebih pas disebut monumen ketimbang museum.

Melongok ke dalam, kondisi tak lebih baik karena kondisinya melompong. Anda tak akan menjumpai peninggalan sejarah, layaknya museum yang menyimpan koleksi bersejarah dan bernilai tinggi. Yang ada hanyalah relief dinding pemain bola. Ada relief pemain yang menyundul, menangkap bola, menggiring, dan menendang. Hanya itu.

Seiring pergantian zaman, gedung ini kerap difungsikan untuk sejumlah aktivitas. Saat PSIM bertanding di kandang, bangunan itu dijadikan tempat untuk menjual tiket. Kadang, ruangan dalam gedung digunakan untuk pertemuan atau buka bersama di saat Bulan Ramadhan. Bila benar gedung itu merupakan "Museum PSSI", kondisinya tentu sungguh memprihatinkan.

"Jelas bangunan ini sangat bersejarah. Tapi, bangunan kuno ini tidak layak disebut museum. Bila disebut museum, seharusnya di dalamnya bisa ditemuan dokumen, peninggalan bersejarah terkait sepak bola kita," ujar Dwi Irianto, Sekretaris Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI DIY.

Bukti bahwa Museum PSSI ini jadi warisan budaya (Bola.com/Vincentius Sawarno)

Asprov yang berkantor di belakang bangunan itu tak berani melangkah untuk mengelolanya. Namun, Dwi sedang mengupayakan agar Asprov diberi kewenangan sehingga bisa merawat dan mengelola gedung itu. "Kami tidak bisa begitu saja mengelola karena harus seizin Balai Pemuda dan Olah Raga (BPO) DIY dan Dinas Pendidikan. Kami akan meminta secara resmi untuk mengelolanya," imbuh Dwi.

Semoga langkah itu segera membuahkan hasil agar gedung yang disebut sebagai Museum PSSI itu benar-benar merepresentasikan museum dalam arti yang sebenarnya. Bukan sekadar jadi monumen, yang hanya berdiri melawan zaman, tanpa mewariskan nilai-nilai sejarah PSSI yang lahir sebagai alat pemersatu bangsa kepada generasi yang akan datang.

Baca Juga :

Feature: Adu Gengsi Berbalut Misi Sosial di Liga Ramadhan

Feature : Mes PSM Baru Dihuni April, Juni Sudah Kosong

Feature : Yusuf Ekodono, Kisah Perjuangan Eks Striker Persebaya

Video Populer

Foto Populer