Sukses


Wawancara Jacksen F. Tiago Usai Sukses Promosikan Penang FA (2)

Bola.com, Jakarta - Seusai mengantar Penang FA promosi ke Liga Super Malaysia, Jacksen F. Tiago mengaku belum merasa puas. Pelatih asal Brasil yang menghabiskan sebagian besar kariernya di Indonesia menyebut sejumlah target baru yang ingin ia capai bersama klub asuhannya. 

Pencapaian Jacksen di Negeri Jiran terhitung luar biasa. Di musim perdananya bersama Penang FA, ia sukses membawa tim barunya finis di posisi dua besar di Liga Primer Malaysia. Klub berjulukan The Panthers menyelesaikan musim ini di posisi kedua dengan 45 poin dari 22 pertandingan, kalah tiga poin dari Kedah FA yang menjadi juara kompetisi kasta kedua. Penang pun menemani Kedah FA promosi ke kompetisi elite musim depan.

Bagi Jacksen pribadi, ia sukses membuktikan kualitasnya sebagai arsitek ulung. Sejak memutuskan gantung sepatu sebagai pemain tahun 2002 untuk kemudian banting setir menjadi pelatih, Jacksen menghabiskan kariernya di Indonesia. Sederet prestasi dicetak sang mentor.

Jacksen meraih empat trofi kompetisi kasta elite sebagai pelatih, Persebaya (2004) dan Persipura (2008-2009, 2010-2011, 2012-2013). Keputusannya untuk meninggalkan Indonesia mengejutkan, mengingat ia belum memiliki pengalaman cukup sebagai pelatih di luar negara yang sering disebutnya sebagai kampung halaman keduanya setelah Brasil.

Lewat percakapan telepon internasional dengan Bola.com pada Sabtu (22/8/2015) pria kelahiran Rio de Janeiro, 28 Mei 1968 bercerita tentang banyak hal. Berikut bagian kedua petikan wawancara dengan Jacksen:

Seperti apa Anda melihat Penang FA?

Manajemen Penang FA punya ambisi besar membangkitkan kejayaan. Klub yang satu ini salah satu klub tua di Malaysia (berdiri 1920) serta banyak melahirkan pemain-pemain berbakat yang mewarnai timnas Malaysia. Saya didatangkan buat kepentingan itu. Mereka melihat saya peduli pada pembinaan.

Mereka ingin saya tak sekadar menyajikan prestasi di pentas kompetisi, tapi juga sukses pembinaan. Manajemen Penang FA meminta saya mengawasi pembinaan tim-tim junior mereka. Mereka punya pemain berbakat. Sekadar informasi saja Penang FA pada pekan depan bakal bertanding di laga puncak Piala Presiden Malaysia. Hal itu menjadi sebuah kebanggaan bagi saya, tim pelatih, dan juga pengurus klub. Buat saya pribadi pekerjaan yang saya jalani menyenangkan, banyak tantangannya.

Di luar tugas melatih, apa kegiatan yang rutin Anda lakukan?

Penang kota yang indah dan tenang. Pantainya indah, dan masyarakatnya pun ramah dan santai menikmati hidup. Suasananya mirip dengan kota kelahiran saya Rio de Janeiro.

Kalau ditanya apa kegiatan saya di luar melatih, saya jawab memasak. Banyak yang tidak tahu kalau saya pria yang hobi masak. Di sini hobi saya kian menjadi-jadi. Kebetulan apartemen saya diapit dua pusat perbelanjaan. Saya tinggal jalan kaki untuk berbelanja.  Istri dan anak saya senang dengan hobi saya di waktu senggang. Menikmati kebersamaan dengan keluarga jadi menu tetap yang saya lakukan tiap harinya, selain sesekali menikmati wisata pantai.

Jacksen F Tiago, masih memiliki impian melatih Timnas Indonesia suatu saat nanti. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Setelah sukses dan betah tinggal di Malaysia jangan-jangan Anda tidak punya keinginan kembali ke Indonesia?

Hahahaha (sambil tertawa terbahak-bahak). Saya kangen Rawon Setan. Di Penang tidak ada makanan seperti itu. Buat saya pribadi Indonesia sudah seperti negara kedua saya. Sebagai pesepak bola dan juga pelatih saya dibesarkan di Indonesia. Keinginan kembali pasti ada, tapi mungkin tidak sekarang.

Sebagai pelatih, pengalaman saya terhitung masih minim. Usia saya kini 46 tahun, saya masih punya waktu 10 tahunan untuk bisa disebut pelatih senior. Sebagai pelatih muda saya masih ingin menimba sebanyak mungkin pengalaman. Saya ingin merantau ke banyak negara untuk menambah jam terbang. Jika nantinya tidak melatih lagi di Malaysia, mungkin saya akan berpetualang ke negara lain. Sampai pada waktunya saya kembali ke Indonesia, membagikan pengalaman buat sepak bola negara kedua saya.

Anda enggan kembali ke Indonesia bukan karena konflik sepak bola?

Hahahaha. Mereka yang berkonflik tidak capek-capek ya berkelahi. Sepak bola Indonesia tidak akan ke mana-mana jika terus seperti itu. Anda jangan minta saya bicara lebih mendalam ya soal konflik. Anda kenal saya dari dulu saya paling tidak mau berpolitik, saat jadi pemain atau setelah jadi pelatih.

Saya pilih fokus saja ke sepak bola, di lapangan yang jadi hidup saya. Diam lebih baik dibanding kian memperparah keadaan. Jika saya berkomentar nanti ada kubu yang tersinggung. Saya tidak suka mencari musuh dalam hidup. Semoga kondisi sepak bola Indonesia membaik.

Belakangan sejumlah pesepak bola Indonesia mencoba peruntungan bermain ke luar negeri. Anda memandangnya seperti apa?

Saya senang jika banyak pemain Indonesia bermain di luar negaranya. Mereka bisa belajar banyak. Tidak hanya bicara sepak bola saja tapi aspek-aspek kehidupan lain di negara orang. Saya melihat jarang ada pemain Indonesia berani merantau. Mereka sudah ketakutan terlebih dahulu. Mulai dari hal sepele perbedaan bahasa atau rasa rindu dengan keluarga. Padahal kalau mau berkembang, mencoba sebuah tantangan baru hal yang bagus. Pengalaman yang didapat di luar negeri bisa dibawa ke Indonesia. Hal itu bagus buat sepak bola Indonesia secara keseluruhan. Saya pribadi berharap makin banyak pemain yang berani mencoba merantau.

Andik Vermansah selama dua musim terakhir cukup sukses di Selangor FA. Anda melihatnya seperti apa?

Andik Vermansah yang dulu dengan sekarang jauh berbeda. Gaya mainnya sudah lebih matang. Ia sekarang bermain buat tim bukan bermain untuk dirinya. Saya seringkali menyaksikan pertandingan timnya, baik langsung atau dari layar televisi, jujur saja saya terkejut dengan perubahan yang ditunjukkan Andik.

Orang Indonesia selama ini mengenal Andik sebagai pemain yang hobi bermain individu, sekarang tidak lagi. Ia bermain amat efektif. Jarang saya lihat ia lama-lama memegang bola. Pemain di posisi Andik penting di sepak bola Malaysia. Tugasnya tidak mencetak gol tapi melakukan banyak passing dan pergerakan tanpa bola yang mengejutkan tim lawan. Jika suatu saat ia kembali membela Timnas Indonesia saya yakin Andik akan membawa dampak positif.

Jacksen F. Tiago, menikmati kebersamaan dengan jajaran pelatih Penang FA. (Path)

Menurut Anda apa perbedaan gaya antara pesepak bola Malaysia dengan Indonesia?

Bicara bakat Indonesia unggul jauh. Jarang pemain Malaysia yang punya skill di atas rata-rata. Tapi pemain Malaysia lebih baik dalam hal pemahaman taktik permainan. Mereka rata-rata disiplin menjalankan perannya masing-masing. Jarang saya melihat mereka bermain menggunakan insting.

Apa yang mereka lakukan cenderung text book dengan apa yang digariskan pelatih.Emosi pemain Malaysia cenderung stabil, tidak meledak-ledak seperti pesepak  bola Indonesia. Hal itu saya lihat dipengaruhi budaya keseharian mereka
bermasyarakat. Dalam situasi berbeda kedua perbedaan itu bisa memberi dampak positif bagi tim. Tinggal bagaimana pelatih pintar mencermatinya saja.

Tidak punya keinginan untuk memboyong pemain asal Indonesia ke Penang?

Sampai sekarang saya belum berpikir ke arah sana. Bukan karena meragukan kemampuan, tapi aspek-aspek lain. Gaya bermain sepak bola Malaysia amat berbeda dibanding Indonesia. Saya khawatir pemain Indonesia akan kesulitan beradaptasi.

Paling tidak itu bisa dilihat gagal bersinarnya sejumlah pemain asing yang sukses di Indonesia. Emmanuel Kenmogne, striker yang haus gol saat bermain di Persija dan Persebaya saat berkiprah di Kelantan gagal bersinar. Ia dicoret di tengah musim karena mandul gol. Di tim saya demikian. Alberto Goncalves di masa pengujung kompetisi jarang masuk line-up. Bukan karena kemampuannya jelek, tapi ya karena kebutuhan strategi tadi.

PUJI - Jacksen F. Tiago memuji Andik Vermansah yang sukses beradaptasi dengan gaya bermain kompetisi Malaysia. Andik kini membela Selangor FA. (Facebook)

Anda pernah menyebut masih amat ingin melatih Timnas Indonesia. Keinginan itu masih ada?

Saya jawab tegas: menjadi pelatih Timnas Indonesia mimpi saya. Ya dulu saya sempat menangani Indonesia pada 2013, bukan permanen tapi caretaker. Saya hanya punya waktu singkat dan tidak diberi target apa-apa. Suatu saat jika berjodoh saya ingin kembali jadi pelatih Timnas Indonesia. Target saya bisa membawa Timnas Indonesia juara Piala AFF.

Anda melihat kekurangan apa yang membuat Timnas Indonesia selama ini sulit berprestasi?

Regenerasi pemain. Timnas Indonesia hanya diperkuat pemain itu-itu saja. Jarang ada pelatih yang berani mencoba sesuatu yang berbeda. Semestinya tidak seperti itu. Indonesia punya banyak pemain berbakat yang jarang diberi kesempatan.

Hal lain yang kurang adalah hati. Ini bukan bermaksud meremehkan banyak pemain Indonesia yang masih mengedepankan materi saat membela timnas negaranya. Saat membela timnas hal-hal seperti itu tidak perlu dipikirkan. Membela negara merupakan sebuah kebanggaan.

Wawancara seri pertama Bola.com dengan Jacksen F. Tiago bisa dibaca di sini: (---)

Baca Juga:

Dinilai Jacksen Pantas Main di LN, Ini Kata Achmad Jufriyanto

Jacksen Tiago, Foto Lawas PSM, dan Dua Almarhum

Luciano Leandro : Aman, Lisensi Saya Sama dengan Jacksen Tiago

Video Populer

Foto Populer