Sukses


Masa Kecil Evan Dimas: Tinggal di Rumah Anyaman Bambu

Bola.com, Surabaya - Nama Evan Dimas Darmono meroket saat mengantar Timnas Indonesia U-19 di Piala AFF 2013. Ia jadi pemain belia yang diperebutkan banyak klub, baik lokal dan luar negeri. Namanya pun jadi pujaan publik sepak bola nasional. Sebelum menekuni karier di sepak bola, gelandang serang yang kini membela Surabaya United itu ternyata hidup serba kekurangan. 

Kondisi ekonomi keluarga Evan terhitung prihatin. Sang ayah, Condro Darmono, hanya menjadi sekuriti salah satu perumahan mewah di Surabaya.

Sejak lahir, Evan tinggal di rumah yang dindingnya terbuat dari anyaman bambu. Namun, Evan tak sampai ikut membantu perekonomian keluarga seperti apa yang dilakukan Andik Vermansah dengan berjualan. Maklum, Evan hidup di kampung kecil pinggiran Surabaya. Di sana masih banyak hasil cocok tanam dan kebun yang bisa dimakan, kendati seadanya.

Karena kesulitan ekonomi, Evan sampai tak bisa membeli sepatu sepak bola. Beruntung, ia memiliki paman yang peduli dengannya. Semua kebutuhan sepak bola Evan dipenuhi oleh sang paman.

Hanya saja, karena letak latihan di klub pertamanya, Suryanaga Surabaya, relatif jauh, ia kerap menumpang kendaraan temannya.

“Kalau bapak tidak bisa mengantar karena harus bekerja, saya menumpang motor teman. Tapi kalau teman saya bolos latihan, saya harus naik angkot sendiri,” ujar Evan.

Setelah setahun lebih bergabung dengan Suryanaga, SSB Mitra Surabaya yang dikelola pemain legenda Persebaya Surabaya, Mursyid Effendi, berdiri. Lokasi latihan klub tersebut tak jauh dari rumah Evan di kawasan Ngemplak, Surabaya. Orangtua Evan kemudian memutuskan untuk memindahkan putranya ke sana.

“Dulu kalau berangkat latihan sering kepanasan di musim kemarau, kehujanan kalau musim hujan. Kadang sampai sakit karena tidak memakai jas hujan,” cerita pemain kelahiran Surabaya, 13 Maret 1995 itu.

Kini, nasib Evan Dimas sudah berbalik 180 derajat. Meski belum bisa membangun rumahnya sendiri, Evan sudah tinggal di rumah yang kondisinya jauh lebih baik. Ia juga memiliki mobil pribadi jenis Honda Mobilio untuk bepergian.

“Rumah yang keluarga saya tempati milik paman. Yang membangun juga paman saya. Uang saya tabung dan sebagian saya berikan ke orangtua untuk bayar sekolah adik. Suatu saat saya akan membangun rumah buat orangtua,” jelas Evan.

Evan Dimas mengaku amat terpukul melihat konflik sepak bola nasional tak berkesudahan. Kisruh PSSI-Kemenpora membuat kompetisi Indonesia Super League terhenti dan belum tahu kapan lagi akan digelar.

Evan jelas pusing dengan situasi tidak menentu itu. Pasalnya, tahun 2015 ini menjadi kesempatan pertamanya sebagai pesepak bola profesional. Harapan untuk mendapat kontrak dengan nominal besar dari Surabaya United pupus, karena ketiadaan kompetisi.

Ia kini hanya bisa mengharapkan bayaran sistem match fee saat klubnya berlaga di Piala Presiden dan Piala Jenderal Sudirman. Untuk menambah pemasukan, Evan yang sempat menjalani trial di klub Divisi II Spanyol, Llagostera, tampil di sejumlah turnamen antarkampung (tarkam).

"Semoga kondisi sepak bola nasional membaik, sehingga saya bisa menjalani karier dengan lancar. Saya ingin membahagiakan keluarga," ujar Evan.

Jerit hati Evan Dimas ini mewakili ribuan pesepak bola Tanah Air lainnya yang jadi korban perseteruan panjang PSSI dengan Kemenpora.

Video Populer

Foto Populer