Sukses


5 Pelatih Top yang Menganggur Bisa Dipinang Klub-klub Indonesia

Bola.com, Jakarta - Situasi sepak bola Indonesia masih belum kondusif. Konflik berkepanjangan sepanjang 2015 antara PSSI dan Menpora, Imam Nahrawi, terlihat masih memanas. Dampak nyata yang terasa kompetisi profesional di berbagai level berhenti total setahun ini.

Publik sepak bola nasional hanya disuguhi event-event kelas turnamen. Penghasilan pelaku sepak bola Tanah Air merosot draktis. Banyak di antara mereka menganggur karena kompetisi mati suri.

PT Liga Indonesia baru-baru ini mengumumkan rencana untuk menggelar kompetisi independen pengganti Indonesia Super League. Kompetisi level elite tersebut rencananya mulai dihelat bulan Februari atau Maret 2016 mendatang.

Sejumlah klub mulai pasang kuda-kuda. Mereka mulai mencari pelatih-pelatih untuk mengarsiteki tim saat berlaga di pentas kompetisi independen nantinya.

Selepas ajang Piala Presiden dan Piala Jenderal Sudirman diprediksi bakal banyak peremajaan komposisi ofisial dan awak tim. Bola.com mencatat ada lima pelatih yang statusnya menganggur jadi objek perbincangan. Mereka dirumorkan tengah didekati sejumlah klub ISL. Kehadiran mereka sudah barang tentu akan memberi warna buat kompetisi independen nantinya. Siapa-siapa saja mereka?

1. Robert Rene Albert

Walau hanya dua tahun berada di Indonesia, kiprah pelatih asal Belanda tersebut menyisakan kesan yang positif. Dua klub besar Indonesia, Arema Malang dan PSM Makasssar pernah ditangani Robert Rene Albert.

Pelatih berumur 61 tahun tersebut memulai kariernya di Indonesia dengan menakhodai Arema Indonesia pada tahun 2009. Ia datang menggantikan arsitek asal Bulgaria, Ivan Kolev, yang jadi kandidat utama nakhoda klub. Kolev kesulitan datang ke Indonesia saat itu. Arema yang butuh cepat seorang pelatih, karena hanya punya waktu sebulan mempersiapkan diri, akhirnya menunjuk Robert.

Pilhan yang pas. Tim Singo Edan sukses jadi juara Indonesia Super League musim 2009-2010. Yang terasa istimewa Arema kala dihuni banyak pemain muda macam, Kurnia Meiga, Dendi Santoso, dan Ahmad Bustomi. Pasukan Kera-kera Ngalam tak masuk hitungan tim unggulan juara.

Faktanya Arema mampu finis di urutan teratas klasemen dengan 73 poin hasil dari 23 kemenangan, 4 kali seri, dan 7 kekalahan, atau unggul enam poin dari Persipura Jayapura di peringkat kedua.

Robert Rene Albert (Istimewa).

Sayang, Robert Rene gagal mengawinkan gelar ISL dengan Piala Indonesia. Arema harus takluk 1-2 dari Sriwijaya FC di laga final.

Karena kondisi internal manajemen Arema berkonflik yang berimbas pada tersendatnya bayaran gaji ke pemain dan ofisial pada musim berikutnya Robert Rene pindah ke PSM Makassar.

Hanya ia hanya hitungan tiga bulan saja di klub Juku Eja. Robert memilih keluar dari tim kala PSM memutuskan keluar dari ISL untuk kemudian bergabung dengan kompetisi ilegal garapan pengusaha Arifin Panigoro, Liga Primer Indonesia.

Kemudian, Robert Rene melanjutkan kariernya sebagai pelatih di klub Malaysia, Sarawak FA pada tahun 2011. Ia mampu membawa Serawak menjadi juara Malaysia Premier League 2013. Pada medio 2014, Ia memutuskan mundur dari kursi pelatih Sarawak FA, karena klub terdegradasi dari pentas Malaysia Super League.

Meski cukup lama menganggur Robert Rene, ia tetap jadi gulali rebutan klub-klub Indonesia. Pada akhir 2014 ia sempat ditawari untuk melatih Persija Jakarta. Sayang, ia gagal merapat karena negosiasi nominal kontrak tidak mencapai titik temu.

Baru-baru ini, PSM Makassar menyatakan ketertarikannya meminang sang mentor. Tim Ayam Jantan dari Timur baru saja mendepak Liestiadi yang gagal di Piala Jenderal Sudirman. Robert Rene Albert bersaing persaingan dengan Luciano Leandro untuk menduduki posisi pelatih PSM pada 2016. Akan tetapi jika agenda kompetisi Indonesia Super League 2016 kembali batal, besar kemungkinan ia menolak pinangan PSM.

2. Dejan Antonic

Popularitas Dejan Antonic melesat ketika memegang kendali Pelita Bandung Raya (PBR) di ISL 2014. Ia mampu membawa PBR masuk ke semifinal dengan materi pemain kelas semenjana. Mereka bahkan masuk ke fase babak 8 besar dengan mengkandaskan Persija, yang relatif lebih diunggulkan.

Persija sempat ingin membajak Dejan untuk menghadapi musim 2015. Namun, pelatih asal Serbia berusia 46 tahun itu memutuskan bertahan di PBR (yang belakangan berganti nama menjadi Persipasi Bandung Raya). Ia siap menanggung derita pembayaran gajinya bakal sering tersendat karena klub tersebut tengah porak-poranda imbas krisis keuangan akut.

Namun, karena kompetisi ISL 2015 terhenti akibat persiteruan PSSI dengan Kemenpora ia meninggalkan klub yang dikapteni Gaston Castano tersebut. Dejan pulang kampung ke negara asalnya dan mengisi waktu luangnya dengan mengikuti pelatihan UEFA.

Manajemen PBR memanggil arsitek kelahiran  22 Januari 1969 itu untuk kembali menangani Yongki Aribowo dkk. di Piala Presiden 2015. Sayang mantan gelandang Persebaya Surabaya, Persema Malang, dan Persita Tangerang ersebut gagal membawa PBR lolos dari penyisihan grup.

Sebelum di PBR, Dejan sempat menorehkan tinta emas dengan mengantarkan Arema versi IPL lolos ke perempat final Piala AFC 2012.

Dejan Antonic bersiap untuk ujian tahap awal di markas UEFA. (Liputan6.com/Istimewa)

Belakangan nama Dejan kembali jadi pemberitaan. Sejumlah klub Indonesia menyatakan ketertarikan meminang sang mentor. Sebut saja Persija, PSM, dan Sriwijaya FC.

3. Aji Santoso

Nama Aji Santoso sebetulnya sudah dikenal oleh pecinta sepak bola Indonesia sejak menjadi pemain. Ia bek sayap kiri legendaris Tim Merah-Putih. Pria asal Malang itu merupakan salah satu pemain andalan kala Tim Garuda memenangi SEA Games 1991. Prestasi yang sampai saat ini belum bisa diulang kembali oleh Indonesia.

Saat aktif bermain, Aji pernah membela sejumlah klub besar Tanah Air, seperti: Arema Malang, Persebaya Surabaya, PSM Makassar, dan Persema Malang.

Prestasi gemilangnya sebagai pemain terjadi saat membela Persebaya dan PSM. Ia mampu membawa Tim Bajul Ijo meraih gelar juara Liga Indonesia musim 1996-1997 dan Tim Juku Eja pada musim 1999-2000.

Setelah pensiun dari pemain, Aji melanjutkan kariernya sebagai pelatih. Kiprahnya diawali dengan menjadi nakhoda Timnas Indonesia U-17 di Kualifikasi Piala AFC 2006. Walau gagal ke putaran final Aji (bersama Iwan Setiawan) melahirkan sejumlah pemain belia potensial macam Ramdani Lestaluhu, Oktovianus Maniani, Lucky Wahyu, dan Syamsir Alam.

Di level klub Aji sempat membesut Persik Kediri, Persebaya Surabaya, Persisam Putra Samarinda, Persema Malang, dan Persebaya 1927. Walau tak pernah berprestasi Aji kerap dipilih sebagai pelatih timnas.

Aji menjadi asisten pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2011 dan 2013 dengan prestasi runner-up. Ia sempat jadi caretaker di Timnas Indonesia saat Kualifikasi Piala Dunia 2014. Ngenesnya saat menghadapi Bahrain, Aji mencetak sejarah kelam kekalahan telak 0-10 pada 29 Februari 2012.

Di Tim Merah-Putih terakhir Aji tercatat menangani Timnas Indonesia U-23 di ajang SEA Games 2015 Singapura. Sayang, pelatih berumur 45 tahun itu gagal mengakhiri dahaga juara. Pencapaian agak lumayan dicapai Timnas U-23 yang diasuh Aji lolos ke perempat final Asian Games 2014.

 

Aji Santoso (Arief Bagus/ Bola.com)

Setelah itu, Aji berhenti sementara dari aktivitas melatih timnas atau klub. Ia fokus membina pemain muda di akademi yang didirikannya di Malang. Aji mengaku berminat kembali menangani klub jika kompetisi ISL 2016 jadi terlaksana. Persija disebut-sebut paling ngebet mendatangkannya. Pada musim 2014 Aji sempat jadi kandidat pelatih utama Persija.

4. Iwan Setiawan.

Iwan Setiawan yang mengantungi sertifikat KNVB Belanda namanya populer belakangan ini. Saat menangani Pusamania Borneo FC di Piala Presiden 2015 dan Piala Jenderal Sudirman, pelatih asal Aceh itu kerap mengumbar pernyataan-pernyataan kontroversial ala pelatih kawakan Jose Mourinho.

Iwan yang saat aktif bermain menghabiskan sebagian besar kariernya di Pelita Jaya, disebut-sebut sebagai salah satu pelatih muda berbakat. Reputasinya melesat saat menukangi Timnas Indonesia U-17 pada 2005. Timnas asuhannya banyak melahirkan pemain berbakat yang kini aktif bermain di sejumlah klub top.

Sayangnya di level klub Iwan tak pernah menorehkan prestasi yang luar biasa. Ia pernah menukangi Persibom Bolaang Mongondow, PSMS Medan, Persija Jakarta, dan Persela Lamongan. Kisah paling tragis terjadi saat ia melatih Tim Macan Kemayoran.

Sempat dielu-elukan suporter The Jakmania dengan mengantar Persija duduk di ranking lima besar ISL 2011-2012, Iwan didepak di pertengahan musim berikutnya karena tim ibu kota jadi juru kunci. Iwan merasa tidak gagal. Persija saat itu terjerat problem keuangan yang membuatnya kesulitan menggaet pemain top.

Iwan baru-baru ini kembali membuat sensasi saat bersumpah akan mundur jika tim asuhannya Borneo FC kalah dari tim amatir PS TNI di penyisihan Piala Jenderal Sudirman. Iwan mengatakan, PS TNI adalah tim amatir. Jika, Borneo FC kalah dari PS TNI maka dirinya akan mengundurkan diri. Apesnya Hamka Hamzah dkk. kalah adu penalti dengan skor 5-6 (2-2).

Pelatih Pusamania Borneo FC, Iwan Setiawan, saat bertanding melawan Persib dalam leg kedua perempatfinal Piala Presiden 2015 di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung, Sabtu (26/9/2015). (Bola.com/Arief Bagus)

Walau sempat dilarang mundur oleh pemilik Borneo FC, Nabil Husein, Iwan yang merasa malu tetap ngotot meninggalkan tim. Jika melihat pencapaian Tim Pesut Etam saat ini yang menembus semifinal, bisa jadi Iwan merasa menyesal. Karena kalau mau jujur kerangka tim Borneo FC saat ini hasil bentukan Iwan.

5. Luciano Leandro

Luciano Leandro salah satu pemain asing legendaris yang berkiprah di Indonesia di masa awal Liga Indonesia. Playmaker yang dikenal jago menyorongkan umpan terukur dan mengeksekusi tendangan bebas itu berkiprah di PSM Makassar dan Persija Jakarta.

Di Tim Macan Kemayoran Luciano mengangkat trofi juara Liga Indonesia musim 2001. Memutuskan gantung sepatu pada 2004, Luciano mudik ke negaranya Brasil untuk memperdalam ilmu kepelatihan.

Pada musim 2008-2009 Luciano datang ke Indonesia. Ia dikontrak sebagai pelatih oleh PSMS Medan. Sayang belum sempat beraksi di Tim Ayam Kinantan, ia diturunkan paksa dari posisinya karena administrator kompetisi PT Liga Indonesia menilai Luciano tidak mengantungi lisensi kepelatihan sesuai standar yang dipatok buat klub-klub kasta elite.

Luciano yang kecewa akhirnya pulang ke Brasil. Pada tahun 2011 ia sempat kembali datang ke Indonesia sebagai agen pemain asing. Merasa pekerjaan tersebut tidak sesuai kata hatinya ia kembali banting setir melatih klub-klub Divisi II di Negeri Samba.

 

Luciano Leandro ketika meresmikan hotel miliknya di Brasil beberapa waktu lalu. (Item)

Tiga bulan terakhir namanya kembali disebut-sebut bakal kembali ke Indonesia. PSM secara resmi melayangkan tawaran kontrak sebagai pelatih kepala ke Luciano. Entah karena alasan apa kesepekatan seperti jalan di tempat. Luciano Leandro yang disebut-sebut bakal melatih PSM di Piala Presiden dan Piala Jenderal Sudirman hingga saat ini masih berada di negaranya.

Ia agaknya ragu-ragu datang ke Indonesia karena kondisi sepak bolanya belum kondusif.

 

Video Populer

Foto Populer