Sukses


4 Hal yang Bikin Evan Dimas Pusing jika Menolak Espanyol B

Bola.com, Jakarta - Sesuai tampil memesona di Timnas Indonesia U-19 besutan Indra Sjafri, Evan Dimas digadang-gadang kariernya bakal meroket. 

Faktanya di usia yang demikian muda (20 tahun), sang gelandang serang banjir tawaran bermain di luar negeri. Namun, sampai saat ini Evan memilih berkiprah di kompetisi kasta elite Tanah Air, Indonesia Super League dengan menerima pinangan klub Surabaya United.

Apesnya di tahun pertamanya mencicipi karier profesional, dunia sepak bola nasional diguncang konflik PSSI dengan Kemenpora. Evan harus meratapi kenyataan pelaksanaan ISL 2015 macet. Tanda-tanda pelaksanaan kompetisi kasta tertinggi musim 2016 masih serba gelap, karena dua kubu yang bertikai masih sama-sama belum mau melunak.

Evan harus segera memikirkan masa depannya. Pasalnya, belum ada jaminan tahun 2016 konflik sepak bola Indonesia yang mengakibatkan kompetisi dan Timnas Indonesia vakum akan berakhir. Tawaran dari klub Spanyol, Espanyol B bisa jadi solusi mengatasi masalah-masalah yang dihadapi sang gelandang serang.

Setidaknya ada empat masalah yang akan dihadapi Evan Dimas, jika pemain Surabaya, 13 Maret 1995 mengabaikan tawaran dari Espanyol B dan kemudian memilih tetap menjalani karier di Indonesia di saat kondisi sepak bola nasional belum kondusif. Apa-apa saja sih masalah yang membuat Evan pusing?

Evan Dimas bersama kedua orangtuanya. (Bola.com/Zaidan Nazarul)

1. Membantu orangtua

Selama mendapat penghasilan dari sepak bola, Evan Dimas membantu kedua orangtuanya, Condro Darmono dan Ana. Sewaktu Evan kecil, keluarganya hanya mengandalkan pemasukan dari sang ayah yang bekerja sebagai petugas keamanan.

Saat ini, ayah Evan masih tetap bekerja. Namun, penghasilannya tak cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Sejak tampil di Timnas U-19, Evan sangat membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Setelah malang melintang di timnas, Evan ingin mencicipi kompetisi kasta tertinggi, ISL. Namun, keinginan Evan tak tercapai karena ISL musim 2015 berhenti akibat konflik PSSI dengan Kemenpora.

Sebenarnya, pendapatan tetap Evan dari kontrak bermain di Surabaya United sekitar Rp 500 juta per musim. Jumlah itu berdasarkan kontrak awal Evan Dimas dengan Surabaya United. Namun, kendala yang dialami Evan sama dengan pemain Indonesia yang lain, yakni pendapatan menurun akibat kompetisi berhenti.

Memang, jumlah Rp 500 juta atau sekitar Rp 41 juta per bulan tergolong lumayan untuk ukuran pemuda berusia 20 tahun. Itu dengan catatan ISL bergulir sehingga klub memberikan gaji penuh kepada pemainnya. Jumlah gaji Evan bila dipenuhi total oleh klub meski ISL vakum besarnya dua kali lipat gaji pokok manajer bank (kisaran gaji manajer bank berdasarkan situs qerja.com). Bila Evan menyisihkan 25 persen untuk keluarga, Evan masih punya Rp 30 juta tiap bulan.

Evan Dimas, buat membantu adiknya bayar sekolah rela turun kelas bermain tarkam di berbagai daerah. (Bola.com/Zaidan Nazarul)

2. Beli rumah

Evan Dimas memang telah memiliki tempat tinggal yang nyaman di rumah orangtuanya di Kawasan Ngemplak, Surabaya. Meski begitu, Evan sampai saat ini belum memiliki rumah pribadi yang dibeli dari jerih payah bermain sepak bola. Maklum, setelah berkutat dengan tim nasional sejak U-16 hingga masuk tim senior di Piala AFF 2014, Evan belum merasakan kompetisi ISL secara utuh.

Bila ISL berjalan pada musim 2015, Evan Dimas tak hanya mendapat pemasukan dari gaji (kontrak), tapi juga bonus kemenangan. Selain itu, Evan juga masih bisa mendapatkan pemasukan dari timnas. Di timnas senior pada Piala AFF 2014, uang saku pemain mencapai Rp 1 juta per hari. Seandainya Evan mengikuti TC dan pertandingan selama tiga bulan, Evan minimal mengantongi Rp 90 juta. Jumlah itu bisa digunakan untuk menabung beli rumah dengan cara cash atau dengan cara kredit (uang muka).

Sayangnya, kompetisi ISL 2015 terhenti akibat konflik PSSI dengan Kemenpora. Evan hanya bermain untuk Surabaya United di dua turnamen, yakni Piala Presiden dan Piala Jenderal Sudirman. Surabaya United terhenti di babak perempat final sehingga pemasukan pemain dari match-fee tidak terlalu banyak. Sebagai contoh di Piala Jenderal Sudirman, dari babak penyisihan grup sampai 8 besar, Surabaya mendapat match-fee Rp 660 juta. Jumlah itu digunakan untuk biaya operasional tim dan membayar pemain.

3. Bantu biaya sekolah adik

Saat ISL berhenti, Evan Dimas nekat bermain tarkam di beberapa daerah. Alasan utama Evan adalah membantu biaya sekolah dua adiknya, Tirta Bulan Meliana (14 tahun) dan Hanif Fahturohman (9 tahun). Selain dua adiknya itu, adik Evan yang paling kecil, Faida Noviana (4 tahun) akan masuk taman belajar (playgroup).

Memang, saat ini beban Evan untuk menyekolahkan adiknya belum terlalu besar. Adik pertama Evan, Tirta, bersekolah di SMA swasta. Dalam sebulan, kebutuhan untuk siswa SMA sekitar Rp 1 juta untuk SPP dan uang saku. Sementara, adik kedua Evan, Hanif, bersekolah di SD Negeri dan biaya SPP nya masih tergolong ringan. Namun, Evan juga memperhatikan uang jajan dan kebutuhan sehari-hari ketiga adiknya.

Kemesraan pesepak bola Surabaya United, Evan Dimas, dengan kekasihnya, Ishardianti Rahma. (Bola.com/Zaidan Nasarul)

4. Menikah

Usia Evan Dimas memang baru akan berusia 21 tahun pada 2016. Namun, Evan sudah harus memikirkan rencana lima atau enam tahun mendatang untuk menikah. Apalagi, saat ini Evan sudah punya pacar yang akan menjadi dokter, yakni Ishardianti Rahma. Tentu Evan harus mulai menabung dari sekarang untuk biaya pernikahan dan persiapan jadi kepala rumah tangga.

Tak main-main, sebagai seorang pria, Evan tak hanya memikirkan biaya pernikahan saja, tapi juga rumah, tabungan, dan kendaraan. Saat ini, Evan sudah memiliki mobil pribadi merek Honda Mobilio.

Video Populer

Foto Populer