Sukses


Memori Duel PSMS vs Persib dan Tahun Gerhana 1983

Bola.com, Jakarta - Persib Bandung dan PSMS Medan merupakan dua klub yang masuk dalam sejarah manis sepak bola Indonesia. Kedua tim melewati masa keemasaan pada dua edisi kompetisi Perserikatan 1983 dan 1985. 

Sedikit mengingatkan, duel dramatis Persib vs PSMS jilid pertama terjadi pada tahun yang sama di mana Indonesia dilintasi gerhana matahari total, sama seperti yang terjadi pada hari ini, Rabu (9/3/2016). 

Sayang, pada tahun 1983, pemerintah Orde Baru melarang masyarakat melihat gerhana karena dianggap menyebabkan kebutaan. Pemerintah melalui TVRI dan RRI meyampaikan pesan bahaya gerhana matahari. Sosialisasi itu bahkan telah dilakukan sejak tahun 1981. 

TVRI menayangkan detik-detik menjelang gerhana, kegelapan total saat gerhana terjadi, hingga munculnya matahari yang kembali menerangi bumi pada 11 Juni 1983. Aksi yang dilakukan pemerintah waktu itu kini menjadi sebuah lelucon dan oleh media dianggap sebagai pembodohan massal. 

"Ada semacam pembodohan massal, dengan mengatakan 'awas, hati-hati gerhana bisa membutakan mata'," kata Kepala Lapan Thomas Djamaluddin dalam wawancara khusus kepada Liputan6.com.

Hal yang begitu kontras terjadi pada Kamis, 10 November 1983, di mana sekitar 100 ribu masyarakat bisa menyaksikan peristiwa besar sepak bola nasional dengan bebas dan nyaman, plus kawalan khas dari RRI, yakni final Perserikatan antara PSMS Medan melawan Persib Bandung di Senayan. PSMS menang 3-2 lewat adu penalti setelah skor 0-0 menutup jalannya laga pada babak normal.

Panggung puncak kompetisi sepak bola amatir itu begitu dramatis dan menguras emosi para penonton. Pendukung Persib mengatakan pertandingan itu adalah tragedi bagi Maung Bandung. 

Persib pada musim 1983-1984 merupakan tim promosi dan langsung merangsek ke final. Persib yang dilatih Omo Suratmo dengan mudah mengalahkan Ayam Kinantan dengan skor 2-1 pada babak empat besar lewat dua gol Adjat Sudradjat. 

Dalam pertandingan final, Persib diperkuat Sobur (kiper), Suryamin/Adjid Hermawan, Dede Iskandar, Robby Darwis, Giantoro, Encas Tonif/Kosasih, Bambang Sukowiyono, Wolter Sulu, Adjat Sudradjat, Adeng Hudaya, dan Wawan Karnawan.

Meski kalah, Persib masih terhibur karena mendapat gelar tim terbaik dan Adjat Sudrajat menjadi pencetak gol terbanyak dengan delapan gol. Sementara, pendukung PSMS mengelu-elukan pahlawan mereka di final, kiper Ponirin Meka.

Drama final Persib vs PSMS kembali terjadi dua tahun kemudian di Senayan, tepatnya 23 Februari 1985. Partai ini merupakan salah satu sejarah sepak bola Indonesia karena memecahkan rekor penonton. Menurut buku Asian Football Confederation (AFC) terbitan 1987, pertandingan ditonton oleh 150.000 orang yang merupakan pertandingan terbesar dalam sejarah pertandingan amatir dunia.

"Perasaan saya ketika itu seperti berlaga di final Piala Dunia. Jumlah penontonnya luar biasa banyak. Katanya memecahkan rekor dari jumlah penonton," kata Adeng Hudaya, seperti dikutip dari Galamedia.

Lagi-lagi, Persib kalah dan PSMS menang dengan cara yang sangat dramatis, lewat adu penalti dengak skor 3-4. Namun, bagi pendukung Persib memori tahun 1985 itu sangat indah. Tertinggal dua gol dari Musimin Sidik, Persib mampu menyamakan kedudukan dan memaksa laga berlanjut lewat adu penalti.

Dua duel PSMSvs Persib berjalan sengit, dipenuhi penonton, tapi tak ada aksi anarkis. Pada final 1985, jumlah penonton yang melebihi kapasitas stadion tak membuat laga lantas menjadi anarkis.

 

 

Video Populer

Foto Populer