Sukses


4 Alasan Alfred Riedl Bukan Sosok Tepat Melatih Timnas Indonesia

Bola.com, Jakarta - Pada Jumat (10/6/2016) PSSI mengumumkan keputusan kontroversial menunjuk Alfred Riedl sebagai pelatih Timnas Indonesia yang akan tampil di Piala AFF 2016. Keputusan ini amat mengejutkan, karena sebelumnya otoritas tertinggi sepak bola Indonesia tersebut sempat menggelar seleksi pelatih dengan melibatkan tiga figur lokal.

Rahmad Darmawan, Nilmaizar, dan Indra Sjafri, sempat mempresentasikan program sebagai kandidat pelatih Tim Merah-Putih. Ironisnya, tak satupun di antara mereka yang akhirnya dipilih PSSI.

"Kami mengambil keputusan ini secara cepat karena Timnas harus segera terbentuk. Setelah ini Riedl akan mempersiapkan timnas jelang Piala AFF," ujar Hinca Panjaitan, Presiden PSSI sementara.

Alasan PSSI, kalau Timnas Indonesia hanya punya waktu pendek untuk mempersiapkan diri, sehingga mereka membutuhkan sosok pelatih yang memahami situasi rasanya tidak beralasan. Alfred Riedl, yang terakhir tercatat sebagai pelatih PSM Makassar pada awal tahun 2015, tidak lagi pernah bersentuhan dengan sepak bola Indonesia.

Ia diragukan tahu informasi terkini soal pemain-pemain Indonesia. Keputusan PSSI bak sebuah perjudian, dengan waktu yang terhitung mepet hanya lima bulan, Alfred Riedl diyakini tidak punya cukup waktu menyiapkan skuat yang kompetitif. Apalagi harus diingat lebih dari setahun Tim Merah-Putih tidak turun gelanggang internasional.

Benarkah keputusan PSSI menunjuk Alfred Riedl sebagai sebuah kesalahan? Bola.com menyodorkan empat alasan kalau pelatih asal Austria bukan figur yang tepat melatih Pasukan Garuda. Apa-apa saja?

2 dari 5 halaman

Faktor Kesehatan

Kondisi kesehatan Alfred Riedl beberapa tahun belakangan menurun draktis. Saat menjadi pelatih PSM Makassar pada awal 2015, pelatih asal Austria tersebut mengundurkan diri karena faktor kesehatan.

Alfred saat menukangi timnas Vietnam tahun 2006 pernah mengalami gagal ginjal. Ia bisa bertahan hidup karena sumbangan ginjal dari salah satu warga Vietnam. 

Puluhan warga Vietnam menawarkan donor ginjal kepada Riedl. Para calon donor itu ada yang bekerja sebagai pegawai bank, sopir truk, pedagang dan biksu.

Di usianya yang memasuki 66 tahun (kelahiran 2 November 1949) Alfred mengaku tidak lagi bugar secara fisik. Saat menerima pinangan dari PSM, ia mengaku awalnya sempat menolak karena faktor kesehatan. Namun, karena merasa tak enak dengan sahabatnya Iman Arif (mantan Ketua Badan Tim Nasional PSSI), ia bersedia kembali ke Indonesia.

Sayangnya, karena kondisi kesehatannya yang tak stabil ia akhirnya memutuskan mundur menjelang bergulirnya Indonesia Super League 2015.

3 dari 5 halaman

Buta Sepak Bola Indonesia

Setahun lebih meninggalkan Indonesia, Alfred Riedl mengaku putus hubungan dengan para stakeholder sepak bola Indonesia. Ia mengaku sama sekali tidak memantau perkembangan sepak bola Tanah Air.

Alfred yang pernah empat kali membela timnas Austria pada periode 1975–1978, mengaku menghabiskan sebagian besar waktu kosongnya bersama keluarga di Wina.

Saat ditunjuk menjadi pelatih Timnas Indonesia Piala AFF 2014 silam, Alfred bisa dibilang juga tidak benar-benar memahami situasi sepak bola Indonesia. Banyak pemain pilihannya, eks skuat Piala AFF 2010, yang tidak pada level permainan terbaik.

Ia banyak memilih pemain gaek dalam skuatnya. Amat berbeda ketika dirinya datang ke Indonesia pertama kali pada 2010. Alfred Riedl banyak memasukkan muka-muka baru yang menyegarkan skuat Tim Merah-Putih.

Alfred memilih pemain-pemain untuk mengikuti seleksi Timnas Piala AFF 2014, dengan memantau pertandingan-pertandingan kompetisi. Itupun dilakukan tidak secara full, karena ia sering pulang ke Austria untuk mengurusi masalah kesehatannya. Tugas menjadi talent scouting diserahkan ke asistennya, Wolfgang Pical.

Menyongsong Piala AFF 2016 nanti, ia tidak punya banyak waktu mengenali karakter pemain yang diinginkan. Pola memantau pertandingan kemungkinan bakal dipakai kembali. Durasi waktunya relatif pendek hanya interval bulan Juni-September. Pada bulan Oktober ia sudah harus menyiapkan skuat bayangan buat tampil di Piala AFF 2016, yang fase penyisihannya dihelat di Filipina dan Myanmar.

4 dari 5 halaman

Lama Menganggur

Pasca mundur dari PSM Makassar, praktis Alfred Riedl tidak melatih lagi. Ia hampir setahun lebih menganggur. Kesehariannya diisi dengan aktivitas bersama keluarga dan mengurusi kesehatan.

Situasi ini tentu membuat Alfred bisa kehilangan sentuhan sebagai pelatih. Walau sang legenda klub FK Austria Wien tersebut mengaku tetap update perkembangan sepak bola internasional dengan menonton siaran langsung pertandingan sepak bola internasional secara rutin tiap pekannya.

Situasi sama sebenarnya terjadi di Piala AFF 2014 lalu. Alfred juga menerima pekerjaan dari PSSI dalam kondisi menganggur. Tim terdekat yang ia tangani adalan Laos pada periode 2011–2012.

Minim jam terbang, Alfred diragukan bisa maksimal menjalankan tugas sebagai pelatih Timnas Indonesia. Apalagi, karena sudah terhitung lama meninggalkan dunia sepak bola ia juga tidak terhitung update kondisi lawan-lawan yang akan dihadapi Tim Garuda pada Piala AFF 2014 nanti.

5 dari 5 halaman

Gagal Berprestasi

Jadi figur yang dielu-elukan saat sukses membawa Timnas Indonesia ke final Piala AFF 2010, sebelum akhirnya dikalahkan Malaysia dengan agregat 4-2 pada partai puncak, Alfred Riedl jadi sosok pesakitan di Piala AFF edisi 2014.

Indonesia yang jadi unggulan juara jadi bulan-bulanan di fase penyisihan yang digelar di Hanoi, Vietnam. Di penyisihan Grup A, Indonesia bertengger di posisi tiga di bawah Vietnam dan Filipina.

Rekor pertandingan penyisihan yang dilakoni Timnas Indonesia melempem. Sempat bermain imbang 2-2 kontra Vietnam, pada laga selanjutnya Cristian Gonzales dkk. dibantai Filipina 0-4. Kemenangan 5-1 atas timnas Laos tak menolong Tim Garuda lolos ke semifinal.

Di Piala AFF 2014 Alfred dikritik menyajikan strategi yang monoton. Ia terlihat hanya mengandalkan pemain-pemain senior, yang sebenarnya kondisi kebugarannya tidak ideal. Stamina mereka sudah habis karena mengarungi kompetisi ISL yang durasi waktu penyelenggaraannya amat panjang, mulai dari Februari hingga pertengahan November.

Pemain-pemain belia macam Evan Dimas, Ramdani Lestaluhu, atau Zulham Zamrun, kalah bersaing dibandingkan Cristian Gonzales, Supardi, atau Firman Utina.

 

 

Video Populer

Foto Populer