Sukses


5 Pilar Timnas Indonesia yang Jadi Momok Menakutkan bagi Filipina

Bola.com, Jakarta - Duel Timnas Indonesia kontra Filipina dalam lanjutan penyisihan Grup A Piala AFF 2016 di Philippine Sport Stadium, Bocaue, Bulacan, pada Selasa (22/11/2016) terasa krusial bagi Tim Merah-Putih. Kemenangan jadi harga mati bagi anak-asuh Alfred Riedl agar peluang melaju ke semifinal turnamen tidak tertutup.

Kekalahan 2-4 dari Thailand, membuat posisi Tim Garuda sulit. Kini Timnas Indonesia menghuni posisi juru kunci di grup A, setelah Singapura dan Filipina berbagi skor 0-0 pada pertandingan pertama.

Timnas Indonesia dibayangi mimpi buruk kekalahan telak 0-4 dari Filipina di Piala AFF 2016. Namun, jika bicara rekor head to head, Boaz Solossa dkk. sejatinya tidak kalah kualitas dibanding The Azkals.

Pada sebuah laga uji coba yang digelar di Stadion Manahan, Solo, pada tahun 2013 Indonesia sempat menggasak Filipina 2-0. Pada Piala AFF edisi 2010, Timnas Indonesia menang dengan skor 1-0 secara beruntun pada laga semifinal.

Walau memang jika bicara konsistensi penampilan, Filipina relatif lebih baik dibanding Timnas Indonesia. Mereka selalu menembus semifinal di tiga edisi Piala AFF  terakhir.

Bandingkan dengan Tim Garuda, yang hanya sekali lolos ke final pada 2010, namun di dua perhelatan lanjutan selalu terkapar di penyisihan.

Status Filipina sebagai tuan rumah tidak berefek signifikan. Pada saat pertandingan perdana mereka melawan Singapura, jumlah penonton yang hadir di stadion tidak banyak. Pelatih Filipina, Thomas Dooley sempat melontarkan komentar nyinyir, yang menyebut timnya tidak merasa bermain di kandang sendiri.

Timnas Indonesia punya kelebihan dari sisi skill individu. Ada sejumlah pemain yang punya potensi menjadi momok menakutkan bagi kubu lawan. Mengandalkan keunggulan teknik di atas rata-rata, pemain-pemain ini bisa membuat lini pertahanan Filipina keteteran. Siapa saja mereka?

 

Boaz Solossa

1. Boaz Solossa

Boaz Solossa tidak hanya jadi figur pemimpin di tim. Pemain paling berpengalaman di Timnas Indonesia tersebut (ia tampil di Piala AFF sejak edisi 2004) merupakan mesin gol utama Tim Merah-Putih.

Boaz sudah mengoleksi empat gol saat ini. Terakhir ia membobol gawang Thailand pada pertandingan perdana penyisihan Grup A Piala AFF 2016.

Boaz Solossa (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Pemain kelahiran Sorong, 16 Maret 1986 tidak seperti striker target man, yang hanya terpaku menunggu sodoran umpan-umpan terukur. Ia pemain yang punya mobilitas tinggi, bergerak sendiri membuka ruang sekaligus menciptakan peluang emas.

Boaz punya kelebihan dari sisi kecepatan, ia sulit dipastikan sulit dihentikan kala mendapat sodoran bola daerah. Dengan melakukan sprint yang amat cepat, pemain Persipura Jayapura tersebut sering mencetak gol lewat skema serangan balik dengan memanfaatkan umpan-umpan diagonal.

Dengan kelebihan tersebut ia kerap dimainkan di posisi sayap. Ia bergerak dinamis, di sisi kiri, tengah, dan kanan. Selain itu, predator yang punya nama panggilan akrab Bochi itu juga punya tembakan jarak jauh yang membahayakan.

Keberhasilannya jadi top scorer Liga Indonesia musim 2008-2009, 2010-2011, dan 2013, mempertegas kalau dirinya merupakan bomber tajam yang amat membahayakan lini belakang Filipina. 

Andik Vermansah

2. Andik Vermansah

Sejak bermain di level Timnas Indonesia U-23,  Andik Vermansah sudah mencuri perhatian. Bermain sebagai winger yang dibekali kemampuan teknik di atas rata-rata plus modal dasar kecepatan, ia sosok yang amat membahayakan bagi lini belakang tim lawan yang dihadapi.

Andik yang bertubuh mungil kerap dijuluki Messi Indonesia, karena sepintas gaya bermainnya hampir sama. Kecil tapi amat merepotkan.

Dimainkan sebagai gelandang sayap kanan oleh Alfred Riedl, pemain kelahiran 23 November 1991 tersebut selalu menjadi objek perhatian lawan. Untuk mematikan pergerakannya Andik kerap mendapat tekel keras.

Andik Vermansah (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Saat pertandingan Timnas Indonesia melawan Thailand di penyisihan Grup A Piala AFF 2016, Andik kerap menyajikan ancaman di sisi kiri pertahanan Thailand lewat tusukan-tusukannya. Saat Tim Merah-Putih tertinggal 0-2 Alfred melakukan eksperimen dengan menggeser posisi Boaz ke kanan untuk berkolaborasi dengan Andik.

Hasilnya tokcer, intensitas serangan Tim Garuda melonjak. Thailand sempat kebobolan dua kali, sebelum akhirnya Tim Negeri Gajah Putih menutup pertandingan dengan skor 4-2.

Kubu Filipina dipastikan bakal memberi perhatian ekstra kepada Andik Vermansah. Permainan sang pemain sendiri sekarang kian berkembang, ia tidak lagi individualis tapi bisa bermain untuk kepentingan tim. Di klubnya Selangor FA ia jadi raja assist. Situasi serupa akan terjadi pada duel Indonesia kontra The Azkals nanti.

Lerby Eliandry

3. Lerby Eliandry

Pada awalnya publik sepak bola nasional ragu dengan kapasitas Lerby Eliandry mengisi posisi yang ditinggalkan Irfan Bachdim. Di empat laga uji coba pemain Pusamania Borneo FC terlihat mandul, kalah produktif dibanding Irfan yang mengoleksi tiga gol.

Namun, Lerby membuktikan kualitasnya sebagai bomber berbahaya saat menyumbang gol dalam duel Indonesia kontra Thailand.

Berbeda dengan Irfan, yang bisa jadi pemain bunglon sebagai penyerang sekaligus gelandang serang, style bermain Lerby cenderung hanya bisa diposisikan sebagai penyerang murni. Ia tipikal pemain yang jago dalam duel satu lawan satu dan jeli menemukan ruang kosong untuk menciptakan peluang emas sendiri.

Lerby Eliandry (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Walau secara naluri pemain kelahiran 21 November 1991 tersebut amat fasih sebagai target man, sang pemain amat berguna saat situasi bertahan. Dibandingkan dengan Irfan, Lerby lebih disiplin posisi.

Saat Tim Merah-Putih ditekan, ia mau mundur teratur ke zona tengah dan amat disiplin pada posisinya. Bandingkan dengan Irfan yang lebih sering bergerak liar, sehingga lini tengah muncul lubang yang gampang ditembus kubu lawan.

Kombinasi striker Pusamania Borneo FC dengan Boaz Solossa akan sangat membahayakan bagi poros pertahanan Filipina. Skema ofensif Timnas Indonesia lebih bervariasi, memadukan kecepatan bomber tembok yang kuat duel satu lawan satu dengan bek-bek lawan.

Stefano Lilipaly

4. Stefano Lilipaly

Kehadiran Stefano Lilipaly menjadi pembeda di Timnas Indonesia Piala AFF 2016. Ia jadi pemain penghubung antara sektor tengah dengan depan.

Sepeninggal Firman Utina, Tim Merah-Putih tak memiliki seorang playmaker yang matang membaca permainan. Memang di skuat Timnnas Indonesia ada figur Evan Dimas, yang sukses di Timnas Indonesia U-19.

Namun, usia Evan masih terlalu muda, butuh pemain lebih berpengalaman untuk memimpin lini tengah. Stefano merupakan figur yang pas. Ia dimatangkan di pentas kompetisi Belanda.

Stefano Lilipaly (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Terakhir ia bermain di kompetisi kasta kedua Negeri Kincir Angin, SC Telstar. Di klubnya ia jadi salah satu pemain andalan.

Keistimewaan Stefano Lilipaly ia juga bisa bermain di banyak posisi. Tak hanya jadi gelandang serang kelahiran 10 Januari 1990 tersebut bisa jadi fullback atau bahkan gelandang bertahan.

Dalam skema 4-4-2 yang diusung Alfred Riedl, Stefano yang dididik di Akademi Utrecht FC diharapkan jadi pemain yang bisa menjadi penyeimbang lini kedua, sebagai pembantu serangan sekaligus pelapis pertahanan.

Ada opsi yang membuat peran Lilipaly lebih terlihat, yakni memainkannya sebagai penyerang bunglon di belakang Boaz Solossa. Timnas Indonesia beradaptasi bermain dengan skema 4-5-1 untuk memadatkan jumlah gelandang.

Jika pakem itu dipakai, tenaga Evan Dimas bisa diberdayakan. Makin banyak pemain kreatif, membuat kreasi serangan Timnas Indonesia saat menjajal Filipina bervariasi.

Rizky Rizaldi Pora

5. Rizky Rizaldi Pora

Keputusan mengejutkan dibuat Alfred Riedl saat Timnas Indonesia bersua Thailand dengan memainkan Rizky Rizaldi Pora di sektor gelandang sayap kiri. Banyak pengamat pada awalnya lebih memprediksi Zulham Zamrun yang akan jadi starter.

Walau kalah ngetop dibanding Zulham, Rizky membuktikan kualitasnya sebagai winger ganas. Ia banyak mengirimkan umpan-umpan lambung yang kerap membahayakan lini pertahanan Tim Gajah Putih.

Rizky Rizaldi Pora (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Dibanding Zulham, Rizky punya keistimewaan dari sisi bertahan. Di saat Tim Merah-Putih mendapat tekanan ia mau fleksibel turun ke belakang untuk melapis bek sayap, Abduh Lestaluhu. Tugas itu sangat mudah dilakukan mengingat Rizky mengawali karier profesional sebagai fullback di klub Persita Tangerang.

Pemain-pemain rajin model Rizky tentu sangat berguna untuk melapis pertahanan. Filipina yang punya pemain-pemain jangkung akan banyak bermain dengan mengandalkan duel-duel atas di area kotak penalti Indonesia.

Rizky Rizaldi Pora akan jadi batu karang penghadangan akselerasi winger Filipina. Ia juga bakal menebar ancaman mempermulus skema serangan balik cepat Timnas Indonesia dengan umpan-umpan jarak jauh atau tusukan dari sisi kiri.

Video Populer

Foto Populer