Sukses


Thailand di Kualifikasi Piala AFC U-23 2020: Bukan Penggembira, Menghadirkan Ancaman Nyata

Bola.com, Jakarta - Suasana santai menyelimuti latihan Timnas Thailand U-23 di Stadion My Dinh, Hanoi, Kamis (21/3/2019). Sepintas, tak ada yang aneh dengan latihan itu. Namun, sejatinya itulah latihan pertama Thailand di Hanoi jelang kualifikasi Piala AFC U-23 2020.

Padahal, pada Jumat sore (22/3/2019) di Stadion My Dinh, Timnas Thailand U-23 akan menjalani laga pembuka Grup K, melawan tim yang tak bisa dipandang sebelah mata; Timnas Indonesia U-23.

Indonesia menumbangkan Thailand 2-1, hampir satu bulan lalu, dalam partai final Piala AFF U-22 2019 di Kamboja. Imbasnya, Thailand gagal menyegel gelar juara. Tetapi, fakta itu tak membuat Thailand jadi kalang kabut.

Bahkan, kesan santai diperlihatkan Thailand menyambut kualifikasi Piala AFC U-23 2020. Mereka baru menggelar latihan perdana pada Senin sore (18/3/2019) di Bangkok. Latihan di negara asal ditutup pada Rabu sore (20/3/2019) dengan uji coba melawan tim universitas lokal.

Pada Rabu malam mereka bertolak ke Hanoi. Pesawat yang membawa mereka terlambat sekitar 30 menit sehingga baru tiba di Bandara Noi Bai, Hanoi, hampir tengah malam. Rombongan harus menunggu lama hingga barang bawaan mereka seluruhnya bisa diambil.

Belum lagi sang pelatih, Alexandre Gama, sempat tertahan terkait problem visa, yang membuat rombongan kembali menunggu beberapa waktu lamanya di Bandara Noi Bai.

Namun, suasana santai tak hilang dari Timnas Thailand U-23, seperti yang diperlihatkan dalam sesi latihan Kamis sore di Stadion My Dinh. Hal itu bisa saja didasari fakta bahwa apa pun hasil yang dicatatkan tim Gajah Perang ini di kualifikasi Piala AFC U-23 2020, mereka akan tetap lolos ke putaran final lantaran Thailand merupakan tuan rumah Piala AFC U-23 2020.

Lebih dari itu, Gama tenang-tenang saja karena ia meyakini pemain dalam tim asuhannya merupakan yang terbaik. Kesolidan tak hanya ditentukan berapa lama mereka bergabung dalam latihan.

Pelatih asal Brasil itu menyebut pemain-pemainnya memiliki kecerdasan, skills mumpuni, dan kualitas. Mereka diyakini cepat beradaptasi dalam satu tim dan memahami instruksinya saat di lapangan.

“Saya percaya diri dengan setiap pemain yang saya pilih. Saya mengenal mereka dengan baik karena saya sudah terbiasa melatih klub di Thailand sebelumnya, beberapa pemain pernah bekerja bersama sama sebelumnya," kata Gama.

2 dari 3 halaman

Komposisi Terbaik

Pemain yang menghuni Timnas Thailand U-23 saat ini berbeda dibandingkan yang dibawa ke Kamboja untuk Piala AFF U-22 2019. Dari ajang itu, hanya tersisa tujuh pemain saja yang dipertahankan pelatih Alexandre Gama.

Mereka adalah Korraphat Nareechan, Chatchai Saengdao, Saringkan Promsupa, Marco Ballini, Patcharapol Intanee, Anon Amornlerdsak, dan Korrawit Tasa.

Skuat yang ada sekarang, yang diboyong ke Hanoi, dianggap lebih mumpuni. Gambarannya, ada tujuh pemain dalam tim yang jebolan Asian Games 2018, yakni Nont Muangngam, Shinnaphat Leeaoh, Saringkan Promsupa, Worachit Kanitsribampen, Ratthanakorn Maikami, Supachok Sarachat, dan Supachai Jaided.

Jika melihat daftar pemain sekarang, perombakan besar terjadi di sektor tengah. Dari tujuh pemain, hanya ada satu pemain tersisa saja dari Piala AFF U-22 2019. Selebihnya merupakan pemain panggilan baru, namun wajah lama. 

Sementara di lini belakang, dari sembilan pemain, empat di antaranya merupakan alumnus Piala AFF U-22 2019. Untuk sektor penjaga gawang dan lini depan, yang masing-masing diisi tiga pemain, masing-masing menyisakan satu pemain jebolan Piala AFF U-22 2019.

Satu di antara pemain bintang Thailand yang diboyong untuk kualifikasi Piala AFC U-23 2020 ini adalah Supachai Jaided. Pemain milik Buriram United itu bisa dibilang andalan. Meski baru berusia 20 tahun, ia sudah menembus Timnas Thailand senior, ikut bermain di Piala AFF 2018 serta Piala Asia 2019.

Pemanggilan pemain-pemain terbaik ini jadi bukti keseriusan Thailand. Santai boleh, tetapi tetap serius. Saat sudah di lapangan, hanya ada keseriusan. Begitu kira-kira gambaran Timnas Thailand U-23 di kualifikasi Piala AFC U-23 2020 ini.

"Kami datang tanpa tekanan. Saya rasa tekanan ada di tim lawan karena mereka ingin lolos," kata Gama.

3 dari 3 halaman

Bukan Penggembira

Gama menyebut turnamen ini tetap penting untuk tim asuhannya. Ia menegaskan pemainnya tetap akan menjaga citra Thailand sebagai satu di antara tim tangguh di ASEAN dan bahkan Asia, terutama di level kelompok usia.

"Setiap pemain mengetahui, kami datang ke sini untuk bekerja keras memberikan yang terbaik. Kami harus menunjukkan kami punya kualitas. Saya ingin pertandingan yang bisa meningkatkan performa tim," kata Gama.

Gama ingin menggunakan kualifikasi untuk menguji pemainnya serta melihat sejauh mana kekuatan tim asuhannya, juga memantau perkembangan pesaing, paling tidak di antara Grup K, sebagai evaluasi untuk putaran final tahun depan. Dari situ, ia dan staf pelatih bisa mencermati kelebihan dan kekurangan tim.

Mantan pelatih Chiangrai United dan Buriram United itu merasa beruntung Thailand bergabung dengan Vietnam, Indonesia, dan Brunei Darussalam. Persaingan di grup ini dianggap cukup ketat. Ia menilai pemainnya akan banyak mendapat pengalaman dan pelajaran dari Grup K.

Sebagai tuan rumah putaran final, Timnas Thailand U-23 tak ingin sekadar jadi penggembira. Mereka dipastikan ingin mencatatkan prestasi setinggi mungkin. Vietnam sudah memberikan contoh, saat mereka mampu jadi finalis edisi 2018.

Melihat rekam jejak Thailand di putaran final Piala AFC U-23, dari dua keikutsertaan, Thailand selalu gagal melaju ke fase gugur alias tertahan di fase penyisihan grup saja. Hal itu terjadi pada Piala AFC U-23 edisi 2016 dan 2018. 

Sebagai catatan, Piala AFC U-23 kali pertama digelar pada edisi 2013 sehingga sejauh ini baru terselenggara tiga kejuaraan (2013, 2016. 2018), satu lagi baru digelar pada 2020.

Satu hal lagi yang akan membuat Thailand akan tetap serius di Hanoi adalah rasa lapar akan kemenangan. 

"Meski kami sudah pasti tampil di putaran final, saya masih lapar dengan kemenangan dan saya harap setiap pemain merasakan hal sama. Tak ada pertandingan yang gampang di regional ASEAN belakangan ini. Saya ingin menguji bagaimana pemain mengatasi permainan tingkat tinggi," tutur Gama.

Dengan begitu, Thailand akan tetap jadi batu sandungan buat peserta lain di Grup K. Meski sudah pasti bermain di putaran final, Thailand bukan sekadar "pupuk bawang" melainkan menghadirkan ancaman nyata bagi siapa pun yang berhadapan dengan mereka. 

Nantinya, seandainya Timnas Thailand U-23 memenangi persaingan di kualifikasi dan keluar sebagai juara Grup K, jumlah tim yang lolos ke putaran final dari jalur runner-up terbaik akan bertambah menjadi lima, dari sebelumnya empat tim.

Video Populer

Foto Populer