Sukses


3 Jebolan Akademi Arema yang Kurang Bersinar Setelah Pulang dari Perantauan

Bola.com, Malang - Liga 1 2020 menjadi musim keemasan Akademi Arema. Ya, musim ini, ada lebih banyak jebolan akademi Singo Edan yang bermain di tim senior.

Jumlah alumnus Akademi bertambah setelah tim Singo Edan memulangkan Kushedya Hari Yudo dan Teguh Amiruddin yang sempat merantau ke sejumlah klub lain.

Sebelumnya sudah ada Dendi Santoso, Ahmad Alfarizi, Vikrian Akbar, Aji Saka, Andreas Fransisco, dan Titan Fawazzi yang berlabel jebolan internal klub.

Namun, khusus pemain yang kembali dari perantauan, ada sejumlah kisah kurang mengenakkan. Banyak dari mereka yang kurang bersinar setelah pulang ke Arema.

Ada yang minim kesempatan tampil, hingga performanya naik turun. Bola.com mencatat tiga lulusan Akademi Arema yang kurang bersinar saat pulang dari perantauan. 

 

Video

2 dari 4 halaman

Yericho Cristiantoko

Nama yang satu ini sempat menjadi andalan di Timnas Indonesia kelompok usia. Dia juga menimba ilmu di SAD Uruguay hingga CS Vise Belgia.

Yericho pernah menjadi bagian Akademi Arema tahun 2007. Posisinya sebagai bek kiri dan sempat mendapat julukan Roberto Carlos-nya Indonesia karena jadi andalan Timnas U-15 hingga U-19.

Tapi, setelah dipulangkan Arema pada musim 2013, dia hanya jadi pelengkap. Waktu itu, Arema dihuni pemain berlabel bintang dan ditangani Rahmad Darmawan.

Posisi bek kiri banyak ditempati bek asing, Thierry Gathuessi dan Ahmad Alfarizi. Sepanjang musim, dia hanya turun dua kali. Yericho juga lebih banyak berkutat dengan cedera lutut yang membuatnya tak bisa bermain maksimal.

Kariernya sempat berantakan setelah dilepas Arema. Dia memutuskan naik meja operasi untuk memulihkan cedera lutut setelah keluar dari tim Singo Edan.

Namanya kembali muncul ketika dikontrak Borneo FC 2017. Setelah itu, Yericho berkiprah di Liga 2 bersama PSS Sleman, Kalteng Putra dan musim lalu di Sriwijaya FC.

3 dari 4 halaman

Jefri Kurniawan

Pemain asal Kabupaten Malang ini menimba ilmu di Akademi Arema tahun 2004-2007. Dia satu tahun lebih muda dari angkatan generasi emas akademi seperti Ahmad Alfarizi, Dendi Santoso dkk.

Tapi, semasa menimba ilmu, permainannya kurang menonjol, sehingga Jefri tidak langsung promosi ke tim senior Arema. Dia lebih dulu bertualang tim level dua di Malang, Persekam Kabupaten Malang dan Persikoba Batu. Setelah itu berlanjut ke sejumlah tim kasta kedua lain.

Titik balik kariernya terjadi saat membela Persenga Ngawi dan terpilih sebagai pemain terbaik Piala Kemerdekaan tahun 2015. Kariernya melesat dan mulai gabung tim kasta tertinggi Indonesia, yakni Gresik United, Borneo FC dan Persija Jakarta.

Baru pada tahun 2018 Jefri dipulangkan Arema. Butuh waktu kurang lebih 10 tahun untuk bisa memperkuat klub impiannya semasa kecil.

Namun, dia hanya mendapat sembilan kali kesempatan bermain. Jefri pun hanya bertahan semusim di Arema FC.

4 dari 4 halaman

Ikhfanul Alam

Bek Ikhfanul Alam juga menempuh perjalanan berliku untuk mencatatkan namanya sebagai pemain tim senior Arema FC. Butuh waktu hampir 10 tahun untuk bisa mewujudkan impiannya kembali ke Arema.

Setelah menimba ilmu di Akademi Arema, dia memutuskan berkarier di Persikoba Kota Batu tahun 2009. Waktu itu, usianya masih tujuh tahun. Setelah itu, dia melanjutkan karier di beberapa klub kasta kedua.

Dia sempat istirahat dari sepak bola karena jadi anggota Polri tahun 2012. Kariernya di sepak bola berlanjut dan membela PS Polri, kemudian Bhayangkara FC. Tapi, untuk dapat kesempatan main, dia harus pindah ke klub Liga 2, Kalteng Putra.

Baru pada musim 2019, dia resmi jadi pemain Arema. Namun, Alam hanya dapat kesempatan main enam kali. Dia harus bersaing dengan nama besar, di antaranya Hamka Hamzah dan bek asing Arthur Cunha.

Musim ini, dia harus terlempat dari skuat Arema. Pelatih baru Arema, Mario Gomez melepas semua stoper musim lalu. Itu merupakan imbas banyaknya jumlah kebobolan Arema, yakni 62 gol dalam semusim. Meski jarang main, dia tetap masuk daftar cuci gudang pemain Arema. 

Video Populer

Foto Populer