Sukses


Deretan Pemain Loyalis di Arema FC, Mulai dari Faktor Kedekatan hingga Dukungan Aremania

Bola.com, Malang - Arema FC yang baru berdiri pada 1987 memiliki sejumlah pemain dengan karakter loyalis. Bahkan hingga saat ini ada pemain yang masih aktif bermain bersama Singo Edan, meski cukup banyak juga yang sudah pensiun.

Pemain-pemain berkarakter loyalis kerap bertahan bukan karena faktor materi. Apalagi Arema FC merupakan klub yang juga sempat harus kembang-kempis dalam urusan finansial.

Para pemain tersebut pernah mendapatkan tawaran menggiurkan dari sejumlah klub lain. Namun, mereka memilih tetap setia bersama Singo Edan.

Banyak faktor yang membuat mereka betah bermain untuk Singo Edan, mulai dari karena merupakan orang asli Malang, merasa ingin membalas jasa, hingga kekaguman terhadap Aremania yang mendukung Singo Edan.

Satu nama yang cukup lama membela Arema adalah Nanang Supriadi.

Untuk era saat ini, mungkin tak banyak yang tahu dengan sosok Nanang Supriadi. Tapi, bagi Aremania yang sudah bertahun-tahun memberi dukungan untuk Singo Edan, mereka pasti ingat dengan nama yang satu ini.

Nanang Supriadi merupakan gelandang kreatif yang pernah dimiliki Singo Edan di musim 1993-2004. Total 11 musim dia membela Arema.

Pemain yang akrab dengan nomor punggung 8 ini merupakan pemain asal Malang. Dia mengaku setia karena bahagia bermain untuk tim kelahirannya dan bisa dekat dengan keluarga.

“Karena faktor dekat dengan rumah dan tentu tim kebanggaan daerah sendiri. Toh, main di mana saja intinya tetap main sepak bola,” jelasnya.

Semasa jaya, dia sempat dilirik sejumlah klub, satu di antaranya tim rival, Persebaya Surabaya. Tapi, dia setiap dengan Arema meski waktu itu kondisi keuangan tim morat-marit.

Prestasi yang pernah diraihnya di Arema adalah juara divisi 1 pada 2004 silam. Musim sebelumnya Arema terdegradasi dari kasta tertinggi. Dia mengakhiri kebersamaannya di Arema karena usia sudah mulai uzur pada 2005. Kini, Nanang bekerja sebagai karyawan swasta dan tetap menjaga kondisi dengan bermain sepak bola di dekat rumahnya di Malang.

Siapa saja selain Nanang Supriadi yang menjadi pemain loyalis bersama Arema FC? Berikut ulasan Bola.com:

Video

2 dari 5 halaman

Dendi Santoso

Bisa dibilang Dendi Santoso merupakan pemecah rekor loyalitas bersama Arema. Sejak promosi dari Akademi Arema ke tim senior pada 2008 silam, dia masih bertahan hingga saat ini.

Artinya sudah 12 tahun Dendi mengenakan seragam Singo Edan. Pemain 29 tahun ini juga memegang status one man club yang masih aktif hingga saat ini.

“Saya dididik dan dibesarkan Arema. Dekat juga dengan keluarga. Meskipun setiap musim ada saja yang menawari untuk pindah,” kata pemain 29 tahun ini.

Artinya ada unsur ingin balas jasa dalam benak Dendi. Tidak mudah memegang prinsip seperti Dendi karena tawaran menggiuarkan selalu datang di pengujung musim. Namun buktinya sampai saat ini dia masih bisa setia berkontribusi untuk Arema.

Dendi merupakan generasi emas Akademi Arema. Saat level junior, dia pernah membawa gelar juara Piala Suratin 2007. Bakatnya tidak disia-siakan tim senior. Sampai sekarang dia masih jadi pemain kunci di sektor sayap kanan.

Berbagai gelar di level tim senior sudah didapatkannya. Seperti juara ISL 2010 hingga beragam turnamen pramusim.

“Ada satu trofi yang sampai sekarang ingin saya dapatkan. Piala Indonesia atau Copa Indonesia karena saya belum dapat juara di turnamen itu,” tegasnya.

3 dari 5 halaman

Kurnia Meiga

Andaikan sampai saat ini Kurnia Meiga masih aktif bermain, dia juga menyandang status sebagai one man club. Total dia mengabdi selama 9 tahun untuk Singo Edan.

Meiga mengawali karir profesionalnya di Arema pada 2008. Namun, ia baru dapat kesempatan bermain musim 2010 silam. Hingga 2017, dia selalu jadi pilihan utama. Sayang, kariernya terputus karena sakit pembengkakan syaraf mata.

Sejak 2010 dan ikut membawa Arema juara ISL, Meiga terpanggil ke Timnas Indonesia senior. Namanya makin melambung. Tentu iming-iming kontrak besar dari klub lain berdatangan. Tapi, dia memilih tetap di Arema. Padahal Meiga bukanlah putra daerah.

Dia menimba ilmu di Diklat Ragunan, Jakarta. Tentunya Persija Jakarta yang jadi klub kampung halamannya. Namun, karena dia merasa mengawali karier bersama Arema, Meiga memilih setia.

Pada 2015, Meiga sempat menghilang. Dia dikabarkan akan trial ke klub Jepang, Gamba Osaka, karena kompetisi Indonesia waktu itu terhenti oleh sanksi FIFA.

Namun, kabar trial itu tidak terbukti. Meiga menghilang karena pemulihan cedera lutut dan kembali ke Arema musim 2016 silam. Hingga saat ini, banyak Aremania yang memintanya untuk kembali jika sudah pulih dari sakit.

 

4 dari 5 halaman

Ahmad Alfarizi

Bek kiri ini merupakan satu di antara beberapa pemain yang masuk generasi emas Akademi Arema. Ahmad Alfarizi merpakan pemain yang satu angkatan dengan Dendi Santoso.

Dia juga loyal membela Singo Edan sejak promosi ke tim senior musim 2009 silam. Namun, kariernya di Arema sempat terputus pada 2013 silam.

Waktu itu, pemain yang akrab disapa Jhon ini memilih dipinjamkan ke Persija Jakarta. Alasannya, waktu itu dia jarang dapat kesempatan bermain.

Maklum, Arema tengah dihuni banyak pemain bintang. Pelatih Arema kala itu, Rahmad Darmawan memilih pemain asing, Thierry Gathuessi sebagai bek kiri.

Dia tampil gemilang dengan Persija kala itu. Hanya setengah musim di ibu kota, dia kembali berbaju Arema melanjutkan pengabdiannya.

Hingga saat ini, Alfarizi bertahan dan jadi bek kiri terbaik yang pernah dimiliki Arema selain Aji Santoso. Alfarizi bertahan di Arema karena faktor kedekatan dengan keluarga dan tentunya Arema adalah klub impiannya sejak kecil.

Dia sempat dikaitkan dengan sejumlah klub seperti PSM Makassar dan Bali United beberapa waktu lalu. Tapi. Jhon masih berkostum Arema hingga sekarang.

5 dari 5 halaman

Hendro Siswanto

Gelandang pengangkut air ini bukan pemain asal Malang. Hendro Siswanto juga sempat jadi petualang dengan berpindah klub setiap musim saat masih muda.

Namun, sejak bergabung Arema pada musim 2012, Hendro seakan menemukan pelabuhan yang nyaman. Sampai kini akhirnya dia masih bermain untuk Arema. Artinya sekarang adalah tahun kesembilan dia berada di Malang.

“Saya sudah nyaman di Malang. Sekarang juga jadi warga sini karena punya KTP Malang,” jelasnya.

Loyalitas Hendro sempat mendapatkan sejumlah ujian. Dia nyaris pindah ke Madura United pada 2017 silam. Waktu itu, Hendro mengalami cedera lutut panjang.

Madura United bersedia menamungnya. Kedua klub sudah mencapai kata sepakat terkait kontrak. Namun, pelatih Arema waktu itu, Aji Santoso mengaku butuh tenaga Hendro. Kebetulan kondisinya juga sudah pulih.

Hendro ingin bertahan karena Aji Santoso merupakan pelatih pertamanya di Timnas Indonesia kelompok usia. Sampai saat ini, Hendro akhirnya tetap jadi bagian Arema. Pada musim 2020, ia justru dipercaya menjadi kapten tim.

Video Populer

Foto Populer