Sukses


Serbuan Pemain Eropa Timur di Kompetisi Kasta Elite Indonesia yang Mengoyang Dominasi Amerika Latin dan Afrika

Bola.com, Jakarta - Pentas Shopee Liga 1 2020 diramaikan kehadiran pemain-pemain bule asal Eropa Timur. Kehadiran mereka mengikis dominasi pesepak bola asal Afrika dan Amerika Latin yang menghiasi kompetisi kasta elite generasi Liga Indonesia sejak medio 1990-an.

Delapan tenaga pemain asal Eropa Timur tercatat terpakai oleh para peserta kompetisi. Namun, belakangan berkurang satu setelah Persela Lamongan melepas bek asal Macedonia, Jasmin Mecinovic.

Bicara pemain Eropa Timur di Liga 1, terutama sejak Perserikatan dan Galatama dileburkan menjadi Liga Indonesia pada 1993, maka yang terlintas pertama di dalam pikiran adalah Dejan Gluscevic.

Penyerang Montenegro itu lima tahun berkarier di Liga Indonesia; bersama Pelita Jaya pada 1994, dan 1998-1999, di mana ia dipinjamkan ke Mastrans Bandung Raya pada 1995-1997. Nama Gluscevic kian populer setelah menorehkan tinta emas pada musim keduanya di Tanah Air.

Gluscevic berhasil membawa Mastrans Bandung Raya merengkuh trofi Liga Indonesia 1995-1996 sekaligus menyabet gelar top scorer dengan 30 gol dari 33 penampilan.

Selain Gluscevic, pemain Eropa Timur lain yang populer di Liga Indonesia adalah Dejan Antonic. Pria yang saat ini melatih PSS Sleman tersebut dua tahun berkiprah di Tanah Air dengan membela Persebaya Surabaya pada 1995-1996, Persita Tangerang 1997, dan Persema Malang pada 1997.

Dejan Gluscevic (Dok. Pribadi)

Antonic, yang tercatat sebagai warga negara Serbia, bukan pemain sembarangan. Dia adalah lulusan Timnas U-20 Yugoslavia yang meraih gelar Piala Dunia U-20 1987 seangkatan dengan Zvonimir Boban dan Davor Suker.

Di masa-masa awal Liga Indonesia, klub-klub kontestan kasta elite cenderung hati-hati memakai jasa pemain asal Eropa Timur. Banyak di antara mereka kesulitan beradaptasi dengan cuaca Indonesia yang trofis. 

Ambil contoh kasus yang menimpa Dejan. Menjadi tandem Kurniawan Dwi Yulianto di Pelita Jaya, Dejan sukses melesakan 21 gol pada musim perdana. Walau terhitung produktif, Dejan dinilai tak memenuhi ekspektasi klubnya hingga akhirnya dipinjamkan ke Mastrans Bandung Raya pada musim kedua di Indonesia.

 

Video

2 dari 4 halaman

Awalnya Diragukan

Publik sepak bola Tanah Air dibuat terbuai aksi-aksi pemain asal Amerika Latin. Sebut saja Luciano Leandro, Jacksen F. Tiago, atau Carlos De Mello. Pesona mereka meminggirkan kehebatan pemain asal Balkan atau pecahan Uni Soviet.

Anggapan pemain Eropa Timur sulit berkembang di Indonesia berlanjut hingga periode medio 2000-an. Bisa dihitung jari klub memakai jasa mereka.

Persija Jakarta pernah mendatangkan duo Moldova pada musim 2005: Blajco Alexander, Pusca Garnedi. Sayangnya mereka hanya bertahan di turnamen pramusim saja, karena dinilai penampilannya mengecewakan.

Mereka mengulanginya lagi pada musim 2007-2008 dengan mendaratkan Evgeny Khmaruk. Nasib sang kiper lebih mending dibanding kedua pendahulunya, walau kariernya juga pendek di Tim Macan Kemayoran.

Tren berubah memasuki musim 2009-2010, ketika  Arema mendatangkan gelandang serang asal Slovakia, Roman Chmelo.

Awalnya sempat diragukan bakal bisa sukses, sang pemain membius para penikmat sepak bola nasional dengan aksi energik ala pesepak bola berdarah Balkan. Sejak 2009 hingga 2012, tendangan keras pemain bernomor punggung 9 ini setia menemani kiprah Arema di Indonesia Super League (ISL), membentuk duet lini tengah mematikan bersama Esteban Guillen untuk menyokong duo pemain Singapura, Noh Alam Shah dan Muhammad Ridhuan.

Pelan-pelan tren berubah. Satu persatu legiun impor asal Eropa Timur menyerbu Indonesia. Ilija Spasojevic, striker asal Montenegro tampil memikat bersama PSM Makassar pada musim 2011-2013. Hingga saat ini sang pemain masih berkarier di negara kita dan sudah resmi menjadi warga negara Indonesia.

Banyak klub berani mengontrak pemain asal Eropa Timur karena mereka mulai kesulitan mendatangkan legiun asing asal Afrika. Pihak keimigrasian mengeluarkan daftar hitam negara-negara Afrika, yang menyulitkan pesepak bola berkulit gelap berkarier di Indonesia.

Pada era terkini atau 20 tahun setelah Dejan Gluscevic mendarat, bomber Persija Jakarta asal Kroasia, Marko Simic, jadi simbol kesuksesan pemain asal Eropa Timur di negara kita.

3 dari 4 halaman

Pesona Simic

Warna Eropa Timur di Liga Indonesia era Liga 1 bangkit berkat kegarangan Simic. Kepopuleran striker berusia 31 tahun ini langsung meningkat drastis setelah membawa Persija menjuarai Piala Presiden 2018 sekaligus pemain tersubur turnamen pramusim itu dengan 11 gol.

Pada musim pertamanya bersama Persija di Liga 1 2018 setelah melanglang buana di Vietnam dan Malaysia, Simic berhasil mengantar tim ibu kota menjuarai kompetisi dan menorehkan 18 gol dari 30 laga.

Memasuki tahun keduanya, Simic gagal mempertahankan gelar bagi Persija. Namun, eks Melaka United ini berhasil merebut penghargaan top scorer Liga 1 209 dengan mencetak 28 gol dari 32 laga.

Total hingga Liga 1 2019 rampung, Simic mengemas 61 gol bersama Persija di kompetisi resmi, termasuk Piala Indonesia, Piala AFC, dan Kualifikasi Liga Champions Asia.

Selain karena ketajamannya, kebekenan Simic juga dipengaruhi oleh perawakannya yang tinggi besar khas pemain Eropa Timur. Bumbu-bumbu masalah di luar lapangan, seperti dugaan pelecehan terhadap pedangdut Via Vallen pada 2018, makin meningkatkan popularitasnya.

Selain Simic di pentas Shopee Liga 1 2020 ada Aleksandar Rakic, Danilo Sekulic pesepak bola asal Serbua yang membela Barito Putera. Di Persita Tangerang ada sosok Eldar Hasanovic (Bosnia) dan Yevhen Budnik (Ukraina). Persela Lamongan sempat meminang Jasmin Mecinovic asal Macedonia.

Kehadiran mereka membuat persaingan kompetisi kasta elite kian seru. Anggapan kalau pemain asal Eropa Timur tak bisa berkembang di Indonesia pelan-pelan hilang.

4 dari 4 halaman

Sebaran Pemain asal Eropa Timur

Bhayangkara FC: Vladimir Vujovic (2018, Montenegro), Nikola Komazec (2018, Serbia)

Bali United: Milos Krokotic (2018, Montenegro)

PSM Makassar: Serif Hasic (2020, Bosnia)

Persija Jakarta: (Marko Simic (2018-2020, Kroasia)

Persib Bandung: Vladimir Vujovic (2017, Montenegro), Bojan Malisic (2018-2019, Serbia), Rene Mihelic (2019, Slovenia)

Borneo FC: Srdan Lopicic (2018, Montenegro)

PSIS Semarang: Peter Planic (2018, Serbia)

Persikabo: Aleksandar Rakic (2018, Serbia), Dmitri Rekish (2018, Belarusia)

Arema FC: Srdjan Ostojic (2018, Serbia), Balsa Bozovic (2018, Montenegro)

Persik Kediri: Nikola Asceric (2020, Serbia)

Persita Tangerang: Eldar Hasanovic (2020, Bosnia), Yevhen Budnik (2020, Ukraina)

PSS Sleman: Yevhen Bokhashvili (2019-2020, Ukraina)

Barito Putera: Danilo Sekulic (2020, Serbia), Aleksandar Rakic (2020, Serbia)

Persela Lamongan: Jasmin Mecinovic (2020, Macedonia)

Video Populer

Foto Populer