Sukses


Widodo C Putro Berbagi Cerita Tentang Karier Kepelatihan

Bola.com, Jakarta - Pelatih Persita Tangerang, Widodo C Putro berbagi kisah mengenai keputusannya berkarier sebagai pelatih setelah gantung sepatu di Petrokimia Gresik pada 2004. Ia mengaku keinginannya menjadi arsitek tim sudah muncul saat masih aktif bermain bersama Petrokimia.

Widodo C Putro merupakan mantan striker Timnas Indonesia yang cemerlang. Ia selalu membela tim besar di Indonesia, seperti Warna Agung, Petrokimia Putra, dan Persija Jakarta.

Ia bercerita mengenai keputusannya untuk menjadi pelatih muncul saat masih bermain bersama Petrokimia pada 2004. Ketika itu tanpa berpikir panjang, Widodo langsung mengambil lisensi kepelatihan.

"Pada 2004 ada niat ingin menjadi pelatih ketika terakhir bermain di Petrokimia. Akhirnya saya mulai melanjutkan kursus lisensi C, karena lisensi D sudah ada," ujar Widodo C Putro kepada Bola.com, Jumat (7/8/2020).

Setelah menjadi pelatih yang diawalinya dengan menjadi asisten di Petrokimia dan Persijap Jepara, Widodo sempat merasakan sejumlah tim ditanganinya, seperti Timnas Indonesia U-21 dan menjadi asisten pelatih Timnas Indonesia, baik senior maupun U-23.

Widodo C Putro pun kini memegang lisensi AFC Pro dan memiliki karier yang cenderung stabil. Ia sempat menangani Bali United dan kemudian hijrah ke Persita Tangerang untuk membawa Pendekar Cisadane promosi ke Liga 1 2020.

Mantan striker Timnas Indonesia yang menjebol gawang Kuwait dengan gol fantastis di Piala Asia 1996 itu juga sempat menangani Gresik United, Persepam Madura, dan Sriwijaya FC.

Video

2 dari 2 halaman

Kiat dari Widodo

Sebagai pelatih, Widodo C Putro memang belum membawa tim yang diasuhnya meraih prestasi. Namun, kariernya terbilang cukup stabil di persepakbolaan Indonesia.

Bicara soal kepelatihan, Widodo C Putro punya kiat yang memang bisa diteladani oleh calon-calon pelatih di masa depan. Menurutnya, seorang pelatih tidak boleh memandang besar atau kecil sebuah tim atau klub tempatnya bekerja.

"Tim besar dan tim kecil sebenarnya sama dan tidak ada perbedaannya. Ketika sepakat menangani sebuah klub, yang harus dipikirkan adalah target dari klub itu," tegas Widodo.

"Ada beberapa tipe pelatih, seperti otoriter, semi-otoriter, dan bisa berkompromi. Jadi tinggal memilih, mana yang sesuai dengan karakter tim dan bisa bersinergi dengan semua elemen yang ada di dalamnya," lanjut pelatih Persita Tangerang itu.

Suka dan duka menjadi pelatih sudah dirasakan oleh pemilik gol dengan tendangan salto di Piala Asia 1996 itu. Widodo mengaku pernah sangat sedih ketika tak bisa mencapai target dan timnya harus mengalami kekalahan.

"Suka dan duka adalah bagian dari proses melatih. Duka ketika tim kalah dalam pertandingan atau target tidak bisa tercapai. Namun, semua itu harus terus diperbaiki. Bicara suka, tentu bila tim menang dan target tercapai, tak terkecuali ketika ada kejutan karena pemain mendapatkan panggilan memperkuat Timnas Indonesia, atau pemain bisa menjadi top scorer, serta bisa mengorbitkan pemain muda," papar Widodo.

"Satu hal yang pasti, semua itu tidak akan mudah," ujar Widodo mengakhiri pembicaraan.

Video Populer

Foto Populer