Sukses


Momen-Momen Menyesakkan Timnas Indonesia pada Final SEA Games

Bola.com, Jakarta - Harus diakui, Timnas Indonesia tidak bisa dibilang sebagai kekuatan sepak bola terbaik di Asia Tenggara. Untuk urusan prestasi, jika hanya dihitung berdasarkan jumlah trofi SEA Games misalnya, meski sering lolos ke final, mayoritas berakhir pahit.

Dari tujuh penampilan di final SEA Games, Timnas Indonesia cuma berhasil meraih dua kali juara. Sisa lima final berakhir menyesakkan.

Thailand masih merajai peta persepakbolaan di Asia Tenggara dengan koleksi 16 emas alias juara. Mereka juga mencatatkan empat kali ruunner up, yang berarti sudah 20 kali mereka mentas di partai puncak SEA Games.

Adapun medali emas terakhir Indonesia di SEA Games cabang olahraga sepak bola terjadi nyaris 30 tahun lalu, tepatnya pada 1991. Tentu ini sudah lama sekali buat Merah Putih untuk sekadar menunjukkan bahwa kualitas Timnas Indonesia sejajar dengan raksasa Asia Tenggara.

Agaknya, periode 80-an akhir dan 90-an awal adalah momen terbaik buat Timnas Indonesia yang hingga kini sulit diulang kembali. Berikut ini Bola.com merangkum beberapa momen menyesakkan yang menimpa Timnas Indonesia pada final SEA Games.

Video

2 dari 5 halaman

SEA Games 1979, Kalah dari Malaysia di Jakarta

SEA Games 1979 yang digelar di Jakarta adalah sejarah bagi Timnas Indonesia setelah meraih medali pertama pada cabang sepak bola. Pada SEA Games edisi pertama 1977, tim sepak bola Indonesia hanya menempati peringkat keempat.

Indonesia yang berstatus tuan rumah menantang Malaysia pada partai final tahun 1979. Di depan hampir 100 ribu penonton di Stadion Utama Senayan (sekarang SUGBK), Indonesia yang ditangani pelatih asal Belanda, Wiel Coerver, kalah 0-1 lewat gol yang dicetak Mokhtar Dahari pada menit ke-21. Kemenangan itu membuat Malaysia mempertahankan medali emas.

3 dari 5 halaman

SEA Games 1997, Kalah Dramatis

Timnas Indonesia pernah terlibat duel sengit melawan Thailand dalam final SEA Games ke-11, 18 Oktober 1997 silam di SUGBK. Ini menjadi pertemuan kedua bagi Indonesia dan Thailand pada laga final, setelah sebelumnya terjadi pada tahun 1991 di Manila.

Pertarungan edisi 1997 hampir mirip dengan 1991. Kedua tim imbang dengan skor 1-1 hingga 120 menit. Pada edisi kali ini, Indonesia tertunduk lesu setelah kalah lewat adu penalti. Dua eksekusi penalti dari Ronny Wabia dan Uston Nawawi yang melambung tipis di atas mistar, membuat Indonesia harus rela menyerahkan medali emas kepada Thailand yang menang 5-3.

Pada babak final, Stadion Utama Senayan dipenuhi 110 ribu penonton. Penonton bertindak brutal dengan melempar aneka benda dan membakar bangku kayu pada saat jeda. Akibat kerusuhan ini, pertandingan babak kedua sempat terhenti selama satu jam.

Seperti dilaporkan Harian Kompas edisi 19 Oktober 1997, seusai kalah lewat adu penalti, Ronny Wabia menangis. Ia juga dipapah rekan-rekannya karena tak sanggup berjalan keluar lapangan. Sang pelatih, Henk Wullems, mencoba menghibur anak buahnya.

Henk mengakui Timnas Indonesia tak mempersiapkan diri menghadapi babak adu penalti. "Lagipula, dalam adu tendangan penalti, faktor yang paling penting adalah mental dan kesiapan pemain untuk mengeksekusi. Kalau mereka bagus dalam latihan, tetapi tidak siap, hal itu juga tidak mungkin," ujar Henk Wullems.

4 dari 5 halaman

SEA Games 2011, Lagi-Lagi Dikalahkan Malaysia di Jakarta

Pada 2011, Indonesia yang bertindak sebagai tuan rumah digadang-gadang meraih medali emas. Rahmad Darmawan yang bertugas sebagai arsitek tim juga berhasil mengumpulkan materi pemain terbaik walau ada gejolak dualisme sepak bola Indonesia pada saat itu.

Memasuki babak semifinal, Timnas Indonesia U-23 tampil gemilang melawan Vietnam. Gol dari tendangan bebas Wanggai dan gol Tibo membawa Tim Garuda Muda ke final untuk bertemu Malaysia di partai puncak. Timnas Indonesia U-23 pun digadang-gadang bakal menjadi juara setelah penampilan sempurna kontra tim dari Negeri Paman Ho.

Di final, Timnas Indonesia U-23 pun unggul cepat berkat gol Gunawan yang membuat puluhan ribu suporter yang memadati SUGBK bersorak kegirangan. Namun Malaysia bukan tanpa perlawanan karena terbukti mampu menyamakan skor melalui Asraruddin Putra Omar. Skor 1-1 bertahan hingga perpanjangan waktu dan pertandingan harus ditentukan melalui adu penalti.

Timnas Indonesia U-23 yang lebih diunggulkan akhirnya harus gigit jari. Mereka takluk 3-4 dari Malaysia setelah dua tembakan dari Gunawan dan Ferdinand digagalkan kiper Malaysia, Khairul Fahmi Che Mat. Malaysia pun berpesta di SUGBK, sementara para pengawa Timnas Indonesia U-23 hanya bisa tertunduk lesu.

"Tim tidak bisa maksimal karena kondisi pemain tidak sebugar ketika di semifinal. Malaysia juga lebih pengalaman. Kiper dan eksekutor mereka siap menghadapi penalti," kata Rahmad setelah kekalahan menyakitkan tersebut.

5 dari 5 halaman

SEA Games 2019, Air Mata Garuda, Tawa Bahagia Vietnam

Julukkan spesialis runner-up pada ajang besar Asia Tenggara masih melekat di skuad Timnas Indonesia, baik itu kelompok U-22 maupun senior. Itu semakin kuat setelah pada SEA Games 2019, Egy Maulana Vikri kandas 0-3 oleh Vietnam.

Buat Vietnam, keberhasilan ini berarti lebih buat mereka. Sebelumnya, tim sepak bola putri juga berhasil meraih medali emas, sehingga Vietnam sukses mengawinkan emas sepak bola di nomor putra dan putri.

Timnas Vietnam berhasil melewati seluruh pertandingan tanpa kekalahan. Satu-satunya hasil imbang yang diterima oleh Vietnam adalah kala bersua Thailand, yakni 2-2.

Sementara buat Indonesia, ini semakin memperpanjang kegagalan Merah Putih meraih emas SEA Games 2019 setelah terakhir kali melakukannya pada SEA Games 1991 silam.

Video Populer

Foto Populer