Sukses


Sepak Bola Indonesia Hari Ini: Tanpa Penonton, Pedagang Asongan, dan Penjual Atribut

Bola.com, Jakarta - Setahun lebih mati suri, denyut nadi sepak bola nasional hidup lagi. Laga uji coba antara Timnas Indonesia kontra Tira Persikabo menjadi pertandingan non-kompetitif pertama di tengah pandemi COVID-19.

Tanpa penonton dan begitu banyak peraturan, begitulah kondisi yang terjadi di Stadion Madya, Senayan, Jakarta Pusat, pada Jumat (5/3/2021) malam WIB, lokasi pelaksanaan partai Timnas Indonesia melawan Tira Persikabo.

Minus sayup-sayup suporter, pedagang asongan serta penjual atribut di sekitaran stadion yang memang sudah tidak ada lagi. Pertandingan sepak bola terasa hampa.

Sepak bola Indonesia identik dengan pedagang asongan dan penjual atribut tim, namun fenomena itu tidak berlaku lagi di Kompleks Gelora Bung Karno (GBK) dalam tiga tahun belakangan.

Sejak kembali dibuka untuk SEA Games 2018 pasca-renovasi, Kompleks GBK tertutup untuk pedagang asongan dan penjual atribut ilegal. Pihak pengelola mengakalinya dengan menyediakan tempat atau stand resmi untuk disewa.

Untungnya, para awak media yang meliput uji coba Timnas Indonesia kontra Tira Persikabo telah terbiasa dengan situasi ini. Mereka memanfaatkan pedagang resmi untuk sekadar membeli kopi atau mie instan demi mengganjal perut di tengah kesibukan.

"GBK sepertinya sudah tidak ada pedagang asongan. Adanya pedagang resmi yang dikelola pihak GBK di beberapa sudut stadion. Itu cukup membantu. Kami bisa ngopi, jajan camilan, makan mie instan, hingga berbagai minuman untuk bekal saat meliput," kata Herry Ibrahim, seorang fotografer media olahraga nasional, kepada Bola.com.

Herry berharap kondisi yang terjadi di Kompleks GBK tidak menular ke stadion lainnya di Indonesia. Menurutnya, keberadaan pedagang asongan dan penjual atribut sangat banyak membantu.

"Untuk stadion-stadion di daerah, khususnya tuan rumah Piala Menpora, seperti Stadion Gelora Bandung Lautan Api dan Stadion Manahan, sepertinya masih ada pedagang asongan dan penjual atribut yang berjualan di depan stadion. Tentunya penting bagi jurnalis yang ingin mengganjal perut dan mencicipi mie ayam, angkringan, bahkan kedai kopi. Sebab, jurnalis selalu datang lebih awal ke stadion," jelasnya.

"Sebab terkadang, konsumsi yang disediakan panitia kerap telat atau bahkan tidak ada. Intinya, keberadaan pedagang asongan cukup membantu, di samping panpel harus lebih memperhatikan konsumsi untuk para awak media dalam setiap pertandingan," imbuh fotografer ternama di kalangan pewarta foto olahraga tersebut.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Bawa Bekal Jadi Siasat

Ketiadaan pedagang asongan dan penjual atribut disiasati oleh awak media dengan berbagai cara. Rizky Ahmad Fauzi, jurnalis media cetak nasional, misalnya. Lain kali ketika meliput Timnas Indonesia, ia berencana membawa bekal dari rumah.

"Susah juga memang saat kondisinya seperti ini. Besok-besok mungkin saya akan bawa camilan sendiri, minimal snack," tutur wartawan yang karib dipanggil RAF itu.

Hampir dalam setiap liputan, RAF juga kerap jajan merchandise. Imbas dari pertandingan tanpa penonton, penjual atribut turut lenyap dari sekitaran stadion.

Video Populer

Foto Populer