Sukses


Liga 1: Deja Vu, Kisah Pilu Boaz Solossa Terdepak dari Persipura yang Mirip dengan Eduard Ivakdalam

Bola.com, Jakarta - Agak menyedihkan melihat karier Boaz Solossa harus berakhir seperti ini. Kontraknya diputus manajemen Tim Mutiara Hitam karena kasus indisipliner.

Boaz Solossa adalah sosok legenda yang mempersembahkan banyak gelar buat Persipura. Kariernya amat panjang di tim Tanah Papua tersebut.

Bakat Boaz yang mulai mencuat di PON 2004, meneken kontrak profesional pertamanya di Persipura pada tahun 2005. Di musim pertamanya ia langsung mempersembahkan gelar Liga Indonesia.

Ia jadi motor dominasi Persipura di pentas Indonesia Super League. Tim Mutiara Hitam sukses menjadi jawara kasta elite musim 2008-2009, 2010-2011, 2013, dan 2016 (kompetisi non resmi PSSI.

Pada musim 2008-2009, 2010-2011, 2013 pemain yang identik dengan nomor punggung 86 tersebut jadi top scorer plus pemain terbaik kompetisi.

Pelatih Persipura Jayapura, Jacksen Tiago, sempat menyebut Boaz pemain ajaib. Hal ini mengacu pada ketangguhan mentalitasnya. Sang penyerang yang menjadi kapten Timnas Indonesia di Piala AFF 2016, tiga kali mengalami cedera berat. Ia sempat divonis sulit merumput lagi. Tapi yang terjadi sebaliknya, Boaz pasca cedera makin buas dalam urusan mencetak gol.

Tak heran karena karakternya yang kuat Jacksen mendapuknya menjadi kapten Tim Mutiara Hitam pada musim 2013. Ia rela mengorbankan gelandang legendaris, Eduard Ivakdalam, yang sejak 2003 menjadi kapten demi memberi jalan buat Boaz menjadi pemimpin tim.

Edu sempat merasa sakit hati ketika terdepak dari tim. Pria yang kini melatih tim PON Papua, merasa jasa-jasanya di tim tak dihargai manajemen.

Bocoran yang Bola.com dapat kala itu, keputusan mendepak Edu karena sang pemain dianggap terlalu punya pengaruh kuat ke tim. Jacksen kepayahan mengatur para pemain Persipura yang lebih cenderung nurut ke Edu. Sementara pelatih asal Brasil ini ingin melakukan peremajaan tim karena pemain-pemain uzur mulai menurun kinerjanya. Boaz sebagai kapten baru Persipura adalah simbol wajah baru Persipura.

Karena sosok Boaz yang populer di Papua membuat kasus pencoretan Eduard Ivakdalam tak berkobar berkepanjangan. Tapi selepas Edu pergi satu per satu pemain senior Persipura hengkang pada musim 2014.

Ricardo Salampessy dan Ortizan Solossa cabut pindah tim. Nama terakhir disebut adalah abang kandung Boaz.

Walau Ortizan terpental dari Tim Cendrawasih, Boaz masih tetap loyal ke Persipura. Dalam sesi wawancara eksklusif dengan Bola.com pada 2018, Boaz Solossa secara blak-blakan menyebut dirinya ingin menutup karier di klub kampung halamannya.

"Saya ingin pensiun di Persipura. Tidak pernah terpikir sedikitpun untuk pindah klub," kata pemain kelahiran Sorong, Papua, 16 Maret 1986 tersebut.

 

Video

2 dari 2 halaman

Manajemen Tidak Tahan Lagi

Ngenesnya, menjelang Liga 1 2021, Boaz Solossa didepak manajemen Persipura bareng rekannya sesama pemain senior, Tinus Pae. Nasibnya mirip dengan Eduard Ivakdalam.

Hanya saja, berbeda dengan Edu, pencoretan Boaz diiringi kabar tak sedap. Keputusan Persipura menendangnya karena perilaku indisipliner berulangkali.

Boaz sebagai kapten dinilai manajemen Persipura memberi contoh buruk ke pemain muda Persipura.

 "Apakah hal–hal indisipliner ini sudah sering terjadi? Ya benar, para pemain atau ofisial yang berada dan pernah berada di tim ini pasti tahu itu. Silakan tanyakan saja kalau kami dianggap berbohong, hampir setiap tahun hal ini terjadi, berlangsung terus menerus, dan kami selalu sabar serta mentolerir pelanggaran mereka itu. Apakah kami tidak hargai mereka? Kami terlalu sayang, terlalu hormat, dan terlalu menghargai mereka,” beber Tomi Mano, Ketua Umum Persipura pada Senin (5/7/2021).

Tomi Mano cs. mengaku sudah tidak tahan lagi dengan kelakuan kedua pemain.

"Sampai kami rela disindir oleh pihak lain karena dianggap terlalu lemah sama mereka. Tetapi kami tetap sabar dan itu karena kami hormati mereka. Kami terus menunggu mereka berubah. Banyak pemain muda kita yang jadikan mereka sebagai contoh. Tapi hal itu terus berlanjut tidak ada perubahan, hanya karena rasa hormat dan begitu hargai mereka. Kami sabar, sabar dan sabar.  Tuhan Yang Maha Tahu segalanya, tetapi untuk kali ini bagi kami sudah kelewatan,” tegas Tomi Mano.

Tomi Mano menceritakan, kejadian di Kediri waktu proses pencoretan salah satu pemain muda dan sanksi kepada 2 pemain muda lainnya. Saat itu Tim Pelatih, kata Tomi Mano memanggil 4 pemain senior (Boaz, Tinus Pae, Ian Kabes, serta Ricardo Salampessy) dan meminta tanggapan mereka terkait hal indisipliner tersebut.

"Mereka berempat sepakat untuk sanksi atas pelanggaran indisipliner. Sayangnya baru beberapa hari kemudian mereka melakukan pelanggaran yang sama. Bahkan sampai saat ujicoba melawan Persita, hal itu terjadi. Ini yang membuat kami sangat kecewa. Baru saja kita coret pemain karena indisipliner, tiba-tiba mereka lakukan, apa maksudnya? Ini seperti menampar muka kami. Manajemen seperti tidak dihargai sama sekali. Hal lain yang kagetkan kami adalah selama ini rupanya ada upaya untuk mengajak pemain lain untuk terlibat. Ini kan bisa mengganggu kondisi tim dan ini juga sangat kita sayangkan," jelas Tomi Mano.

Pria yang akrab disapa BTM itu juga menyebutkan, bahwa manajemen sama sekali tidak berpikir untuk menggantung nasib mereka, seperti yang sudah ditudingkan oleh para netizen kepada manajemen Persipura.

"Apa untungnya buat kami bila lakukan hal itu? Tidak ada untungnya sama sekali. Jadi tidak benar. Kami baru bisa mengambil keputusan saat seluruh manajemen ada dalam rapat. Karena semua harus berikan masukan dan pertimbangan, dan kami juga harus mendengarkan dan mengumpulkan masukan saran lain. Sayangnya rapat belum kami lakukan, ternyata kami sudah disudutkan dan dituduh macam-macam di sosial media. Oleh karena itu kami putuskan untuk perlu menjelaskan dasar dan alasan dari kebijakan yang kami ambil," ujar pria yang menjabat sebagai Wali Kota Jayapura itu.

Video Populer

Foto Populer